Rupiah vs Mata Uang Asia: Menang 1, Kalah 9...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
06 March 2019 15:13
Rupiah vs Mata Uang Asia: Menang 1, Kalah 9...
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Namun derita rupiah tidak selesai sampai di situ. 

Pada Rabu (6/3/2019) pukul 14:19 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.150. Rupiah melemah 0,25% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. 

Mata uang Asia juga sebagian besar melemah di hadapan dolar AS. Bahkan beberapa mata uang Benua Kuning melemah lebih dalam ketimbang rupiah.  


Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 14:30 WIB: 



Melemah di hadapan dolar AS, bagaimana status rupiah saat satu lawan satu dengan mata  uang Asia? Tidak kalah mengenaskan... 

Rupiah hanya menguat terhadap ringgit Malaysia. Namun melawan mata uang Benua Kuning lainnya, rupiah selalu kalah. Dari mulai yen Jepang sampai peso Filipina mampu menguat terhadap rupiah. 

Berikut perkembangan nilai tukar mata uang utama Asia terhadap rupiah pada pukul 14:34 WIB: 




(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Rupiah sepertinya mulai terserang ambil untung alias profit taking. Maklum, rupiah sudah menguat begitu tajam di hadapan kompatriotnya di Asia. 

Terhadap yen, rupiah menguat 3,54% sejak awal tahun. Kemudian di hadapan won Korea Selatan, rupiah perkasa dengan apresiasi 2,87%. Juga melawan rupee India, rupiah menguat 2,95%. 

Di Asia Tenggara, rupiah menguat 1,14% terhadap dolar Singapura sejak awal tahun. Lalu di hadapan peso Filipina, rupiah menguat 0,93%. 

Investor sepertinya sudah banyak mengoleksi rupiah, sehingga mata uang Tanah Air rentan mengalami aksi jual saat keuntungan yang diperoleh dirasa cukup besar. Apalagi kalau ada 'pelatuk' untuk mencairkan keuntungan itu. 

Salah satu pemicu tersebut, misalnya, adalah arah kebijakan moneter Bank Indonesia (BI). Dalam acara CNBC Indonesia Outlook 2019, Gubernur BI Perry Warjiyo membuka peluang untuk menurunkan BI 7 Day Reverse Repo Rate. 

"Ke depan arah suku bunga akan lebih turun, kalau stabilitas ini kita jaga. Suku bunga sudah hampir mencapai puncaknya," kata Perry. 


Prospek penurunan suku bunga acuan membuat berinvestasi di aset-aset berbasis rupiah menjadi kurang menarik, apalagi di instrumen berpendapatan tetap seperti obligasi. Kebetulan investor asing sudah cukup banyak mengoleksi obligasi pemerintah Indonesia.

Sejak awal tahun hingga 5 Maret, kepemilikan asing di obligasi pemerintah bertambah Rp 51,08 triliun. Jumlah yang besar ini bisa turun sewaktu-waktu ketika berinvestasi di Surat Berharga Negara (SBN) dirasa sudah tidak lagi menarik, salah satunya karena potensi penurunan suku bunga acuan.


TIM RISET CNBC INDONESIA



(aji/aji) Next Article Rupiah Kian Perkasa, Begini Analisis Penguatannya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular