Duh, 5 Hari Beruntun Asing Tinggalkan Pasar Saham RI

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
06 March 2019 11:18
Duh, 5 Hari Beruntun Asing Tinggalkan Pasar Saham RI
Jakarta, CNBC Indonesia - Investor asing belum berhenti meninggalkan pasar saham Indonesia. Pada perdagangan hari ini, Rabu (6/3/2019), investor asing membukukan jual bersih (net sell) senilai Rp 52,5 miliar, menandai jual bersih yang kelima berturut-turut.

Pada perdagangan kemarin, jual bersih investor asing bahkan mencapai Rp 1,17 triliun. Hari ini, 5 besar saham yang dilepas investor asing yakni PT Matahari Department Store Tbk/LPPF (Rp 39,9 miliar), PT Gudang Garam Tbk/GGRM (Rp 25,2 miliar), PT Perusahaan Gas Negara Tbk/PGAS (Rp 10,7 miliar), PT United Tractors Tbk/UNTR (Rp 10,5 miliar), dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 8,3 miliar).

Sentimen yang ada memang masih tak mendukung bagi investor asing untuk melakukan aksi beli (net buy)di pasar saham domestik. Pelaku pasar khawatir bahwa perekonomian China akan mengalami hard landing pada tahun ini.


Setelah tumbuh 6,6% tahun lalu dan ditargetkan naik 6,5% tahun ini, kemarin, Perdana Menteri Li Keqiang dalam pertemuan tahunan parlemen China mengumumkan bahwa target pertumbuhan ekonomi tahun 2019 dipangkas menjadi ke kisaran 6%-6,5%. Jika terealisasi pertumbuhan ekonomi di batas bawah 6%, maka itu akan menjadi pertumbuhan ekonomi terlemah dalam nyaris 3 dekade.

Duh, 5 Hari Beruntun Asing Tinggalkan Pasar Saham RIFoto: Presiden Tiongkok Xi Jinping, Perdana Menteri Tiongkok Li Keqiang dan Li Zhanshu, ketua Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional (NPC), menyanyikan lagu kebangsaan selama sesi pembukaan NPC di Aula Besar Rakyat di Beijing, Cina, 5 Maret 2019. REUTERS / Jason Lee

Memang, gelontoran stimulus sudah diberikan supaya China tak mengalami hard landing. China juga mengumumkan pemotongan tingkat pajak dan biaya untuk korporasi senilai hampir 2 triliun yuan (US$ 298,31 miliar atau sekitar Rp 4.222 triliun). Stimulus fiskal tersebut diarahkan untuk mendukung pertumbuhan di sektor manufaktur, transportasi, dan konstruksi.

Tak hanya itu, pemerintah China juga menaikkan batas atas penerbitan obligasi oleh daerah dari CNY 1,35 triliun pada 2018 menjadi CNY 2,15 triliun pada tahun ini. Tujuannya adalah agar daerah tetap mampu menjaga kinerja pembangunannya masing-masing.

Namun, gelontoran stimulus tersebut tertutupi oleh potensi eskalasi perang dagang dengan AS. Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo menyatakan Presiden AS Donald Trump bisa saja membatalkan kesepakatan dagang dengan China jika hasilnya tidak menguntungkan.


"Ya," kata Pompeo ketika menjawab pernyataan apakah Trump bisa meninggalkan perundingan jika hasilnya tidak memuaskan.

"Perkembangan [perundingan dengan China] memang baik, tetapi harus benar. Ini harus berguna bagi AS, jika tidak maka akan kami paksakan terus. Kami akan mencoba mendapatkan hasil yang baik, saya percaya itu bisa," lanjutnya, seperti dikutip dari Reuters.

Jika AS dan China sampai gagal menyegel kesepakatan dagang, maka perang bea masuk antar keduanya akan tereskalasi dan semakin membatasi ruang gerak perekonomian China untuk bertumbuh.

Mengingat China merupakan negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia, tentu perlambatan ekonomi di sana akan membuat perekonomian negara-negara lain, termasuk Indonesia, ikut berada dalam tekanan.

Selain kekhawatiran soal China, aksi jual investor asing di pasar saham juga dipicu oleh pelemahan nilai tukar rupiah. Pada perdagangan hari ini, rupiah melemah 0,14% di pasar spot ke level Rp 14.135/dolar AS.

Dolar AS memang sedang berada dalam posisi yang kuat, ditunjukkan oleh indeks dolar AS yang naik sebesar 0,07%. Indeks Dolar AS tercatat sudah menguat selama 6 hari berturut-turut.

Pada hari ini, greenback mendapatkan suntikan energi dari rilis data ekonomi AS yang menggembirakan. Kemarin, Non-Manufacturing PMI periode Februari 2019 versi ISM diumumkan di level 59,7, di atas konsensus yang sebesar 57,4, seperti dilansir dari Forex Factory.


Kemudian, penjualan hunian baru periode Desember 2018 diumumkan sejumlah 621.000 unit (annualized), mengalahkan konsensus yang sebesar 597.000 unit, seperti dilansir dari Forex Factory.

Dengan data-data ekonomi AS yang oke, pelaku pasar menaruh harapan bahwa The Federal Reserve selaku bank sentral AS tetap akan mengeksekusi kenaikan suku bunga acuan pada tahun ini.

Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 5 Maret 2019, kemungkinan bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps (basis poin) pada tahun ini adalah 4,5%. Memang masih kecil, tapi probabilitas tersebut membesar jika dibandingkan posisi minggu lalu yang sebesar 2,1% saja.

Pelemahan rupiah tentu tak menguntungkan bagi investor asing karena bisa membuat mereka menderita kerugian kurs.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ank/tas) Next Article Asing Kabur, IHSG Memerah Meski Bursa Regional Hijau

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular