
Masih Koreksi, Damai Dagang Tak Menolong Harga SUN
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
04 March 2019 20:40

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah ditutup terkoreksi meskipun pelaku pasar global sedang diterpa angin positif.
Koreksi terjadi sejak pagi dan bertepatan dengan momentum menjelang lelang rutin besok.
Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu seiring/tidak senada dengan koreksi/apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder.
Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun.
Seri acuan yang paling terkoreksi adalah FR0068 dengan kenaikan yield 4,7 basis poin (bps) menjadi 8,2%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Dua seri acuan lain yaitu yang bertenor 10 tahun dan 20 tahun turut terkoreksi, sedangkan seri FR0077 bertenor 5 tahun masih menguat.
Lelang rutin akan digelar besok oleh pemerintah dengan menawarkan surat berharga syariah negara (SBSN) besok senilai Rp 8 triliun.
Umumnya, menjelang lelang pelaku pasar melakukan aksi jual sehingga menurunkan harga di pasar sekunder sekaligus menaikkan yield-nya di pasar, sehingga berharap yield lelang akan tinggi dan harganya terdiskon.
Sumber: Refinitiv
Koreksi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih melemah.
Indeks tersebut turun 0,04 poin (0,02%) menjadi 242,56 dari posisi kemarin 242,6.
Koreksi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 511 bps, melebar dari posisi kemarin 508 bps.
Yield US Treasury 10 tahun turun lagi hingga 2,74% dari posisi kemarin 2,75%.
Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini kembali terjadi inversi pada tenor 2 tahun dan tenor 5 tahun, padahal sempat menghilang beberapa hari terakhir.
Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding seri lebih panjang.
Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.
Sumber: Refinitiv
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 945,7 triliun SBN, atau 38,03% dari total beredar Rp 2.486 triliun berdasarkan data per 1 Maret.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 52,45 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama.
Koreksi di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas dan pasar uang.
Dari pasar surat utang negara berkembang, hanya India dan Singapura yang menguat sedangkan sisanya terkoreksi.
Di negara maju, penguatan hanya dialami pasar bund Jerman, OAT Perancis, dan US Treasury di AS.
Kondisi itu mencerminkan pelaku pasar global masih memburu aset berisiko di tengah optimisme perang dagang.
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
Saksikan video Suku Bunga Tinggi Jadi Tantangan Emisi Obligasi
[Gambas:Video CNBC]
(irv/irv) Next Article AS-China Makin Tak Jelas, Reli Harga SUN Berakhir
Koreksi terjadi sejak pagi dan bertepatan dengan momentum menjelang lelang rutin besok.
Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu seiring/tidak senada dengan koreksi/apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder.
Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun.
Seri acuan yang paling terkoreksi adalah FR0068 dengan kenaikan yield 4,7 basis poin (bps) menjadi 8,2%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Dua seri acuan lain yaitu yang bertenor 10 tahun dan 20 tahun turut terkoreksi, sedangkan seri FR0077 bertenor 5 tahun masih menguat.
Lelang rutin akan digelar besok oleh pemerintah dengan menawarkan surat berharga syariah negara (SBSN) besok senilai Rp 8 triliun.
Umumnya, menjelang lelang pelaku pasar melakukan aksi jual sehingga menurunkan harga di pasar sekunder sekaligus menaikkan yield-nya di pasar, sehingga berharap yield lelang akan tinggi dan harganya terdiskon.
Yield Obligasi Negara Acuan 4 Mar 2019 | |||||
Seri | Jatuh tempo | Yield 1 Mar 2019 (%) | Yield 4 Mar 2019 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 4 Mar'19 |
FR0077 | 5 tahun | 7.495 | 7.488 | -0.70 | 7.4265 |
FR0078 | 10 tahun | 7.84 | 7.86 | 2.00 | 7.8296 |
FR0068 | 15 tahun | 8.154 | 8.201 | 4.70 | 8.1846 |
FR0079 | 20 tahun | 8.273 | 8.313 | 4.00 | 8.291 |
Avg movement | 2.50 |
Koreksi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih melemah.
Indeks tersebut turun 0,04 poin (0,02%) menjadi 242,56 dari posisi kemarin 242,6.
Koreksi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 511 bps, melebar dari posisi kemarin 508 bps.
Yield US Treasury 10 tahun turun lagi hingga 2,74% dari posisi kemarin 2,75%.
Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini kembali terjadi inversi pada tenor 2 tahun dan tenor 5 tahun, padahal sempat menghilang beberapa hari terakhir.
Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding seri lebih panjang.
Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.
Yield US Treasury Acuan 4 Mar 2019 | |||||
Seri | Benchmark | Yield 1 Mar 2019 (%) | Yield 4 Mar 2019 (%) | Selisih (Inversi) | Satuan Inversi |
UST BILL 2019 | 3 Bulan | 2.435 | 2.435 | 3 bulan-5 tahun | -11.6 |
UST 2020 | 2 Tahun | 2.559 | 2.555 | 2 tahun-5 tahun | 0.4 |
UST 2021 | 3 Tahun | 2.538 | 2.533 | 3 tahun-5 tahun | -1.8 |
UST 2023 | 5 Tahun | 2.556 | 2.551 | 3 bulan-10 tahun | -31.1 |
UST 2028 | 10 Tahun | 2.755 | 2.746 | 2 tahun-10 tahun | -19.1 |
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 945,7 triliun SBN, atau 38,03% dari total beredar Rp 2.486 triliun berdasarkan data per 1 Maret.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 52,45 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama.
Koreksi di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas dan pasar uang.
Dari pasar surat utang negara berkembang, hanya India dan Singapura yang menguat sedangkan sisanya terkoreksi.
Di negara maju, penguatan hanya dialami pasar bund Jerman, OAT Perancis, dan US Treasury di AS.
Kondisi itu mencerminkan pelaku pasar global masih memburu aset berisiko di tengah optimisme perang dagang.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang | |||
Negara | Yield 1 Mar 2019 (%) | Yield 4 Mar 2019 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 9.02 | 9.09 | 7.00 |
China | 3.195 | 3.213 | 1.80 |
Jerman | 0.187 | 0.165 | -2.20 |
Perancis | 0.577 | 0.565 | -1.20 |
Inggris | 1.296 | 1.301 | 0.50 |
India | 7.591 | 7.556 | -3.50 |
Italia | 2.724 | 2.767 | 4.30 |
Jepang | -0.011 | 0 | 1.10 |
Malaysia | 3.908 | 3.909 | 0.10 |
Filipina | 6.344 | 6.348 | 0.40 |
Rusia | 8.4 | 8.4 | 0.00 |
Singapura | 2.273 | 2.265 | -0.80 |
Thailand | 2.545 | 2.57 | 2.50 |
Turki | 14.63 | 14.85 | 22.00 |
Amerika Serikat | 2.755 | 2.746 | -0.90 |
Afrika Selatan | 8.725 | 8.745 | 2.00 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
Saksikan video Suku Bunga Tinggi Jadi Tantangan Emisi Obligasi
[Gambas:Video CNBC]
(irv/irv) Next Article AS-China Makin Tak Jelas, Reli Harga SUN Berakhir
Most Popular