Ini Pemicu IHSG Loyo Sendirian di Regional

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
04 March 2019 13:15
Ini Pemicu IHSG Loyo Sendirian di Regional
Foto: (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Mengawali hari dengan oke, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) justru terkoreksi hingga akhir sesi 1, Senin (4/3/2019). Sempat dibuka menguat 0,13%, naik lagi 0,57%, tapi kemudian IHSG akhirnya ditutup melemah 0,06% di level 6.496,14.

Saham-saham yang berkontribusi signifikan bagi pelemahan IHSG diantaranya PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (-1,28%), PT Astra International Tbk/ASII (-0,69%), PT Matahari Department Store Tbk/LPPF (-5,88%), PT Bank Danamon Indonesia Tbk/BDMN (-1,27%), dan PT AKR Corporindo Tbk/AKRA (-3,6%).

IHSG melemah kala seluruh bursa saham utama kawasan Asia kompak diperdagangkan menguat: indeks Nikkei naik 1,1%, indeks Shanghai naik 2,64%, indeks Hang Seng naik 1,16%, indeks Straits Times naik 0,73%, dan indeks Kospi naik 0,13%.


Damai dagang AS-China menjadi tajuk utama perdagangan hari ini. Wall Street Journal (WSJ) melaporkan pada Minggu (3/3/2019), kedua negara hampir merampungkan kesepakatan dagang yang akan membuat keduanya menurunkan beberapa bea masuk yang telah dikenakan satu sama lain dalam perang dagang.

Perundingan dagang yang digelar bulan lalu di Washington telah membantu AS dan China mempersempit perbedaan di antara mereka. Itu artinya perjanjian formal akan siap ditandatangani ketika Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping bertemu pada bulan ini.

Masih melansir laporan WSJ, China dikabarkan secara tentatif setuju menurunkan bea masuk atau melonggarkan hambatan-hambatan bagi produk-produk impor asal AS seperti pertanian, kimia, dan otomotif.

Para negosiator dari China juga menawarkan untuk mempercepat penghapusan batas kepemilikan asing di bidang usaha mobil dan menurunkan bea masuk kendaraan menjadi hingga di bawah 15%.

Sebagai timbal baik dari itikad baik tersebut, pihak AS akan menghapuskan sebagian besar sanksi dagang yang dikenakannya kepada China tahun lalu.

Pemberitaan ini muncul selepas Trump mengumumkan bahwa dirinya telah meminta China untuk menghapuskan seluruh bea masuk yang dibebankan terhadap produk agrikultur asal AS.

Bursa Saham Regional Menguat, Inilah Kenapa IHSG Malah LoyoFoto: Presiden AS Donald Trump bereaksi selama konferensi pers setelah pertemuan puncaknya dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, di JW Marriott Hotel di Hanoi, Vietnam 28 Februari 2019. (REUTERS / Jorge Silva)

"Saya sudah meminta China untuk segera menghapus seluruh bea masuk atas produk-produk agrikultur kami (termasuk daging sapi, daging babi, dan sebagainya) berdasarkan fakta bahwa kami mencapai kemajuan yang baik dalam negosiasi dagang dan saya tidak menaikkan bea masuk menjadi 25% pada 1 Maret. Ini sangat penting untuk petani kami, dan saya!" cuit Trump melalui akun @realDonaldTrump pada 1 Maret waktu setempat.

Sejauh ini, balas-membalas bea masuk yang dilakukan kedua negara terlihat jelas sudah menyakiti perekonomian masing-masing, termasuk perekonomian dunia.

Di China, pada 1 Maret lalu Manufacturing PMI periode Februari 2019 versi Caixin diumumkan di level 49,9, seperti dilansir Trading Economics. Angka di bawah 50 menunjukkan bahwa aktivitas manufaktur mengawali kontraksi jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

Pada tanggal yang sama, AS merilis data Manufacturing PMI periode Februari 2019 versi ISM di level 54,2. Walaupun berada di atas level 50 yang menunjukkan adanya ekspansi jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, ekspansi yang terjadi tak sekencang yang diharapkan. Melansir Forex Factory, konsensus untuk data tersebut berada di level 55,6.

Jika sampai bea masuk yang telah dikenakan satu sama lain dikurangi atau dihilangkan sepenuhnya, tentu arus perdagangan dunia akan kembali pulih dan mendorong pertumbuhan ekonomi ke level yang lebih tinggi.

Sayang, aksi ambil untung yang dilakukan investor asing membuat IHSG tak bisa memanfaatkan momentum yang ada. Hingga akhir sesi 1, investor asing membukukan jual bersih senilai Rp 173,3 miliar di pasar saham tanah air. Jika bertahan hingga akhir perdagangan, maka investor asing akan membukukan jual bersih selama 3 hari berturut-turut.

Pelemahan rupiah membuat investor asing terus melakukan aksi ambil untung. Hingga siang hari, rupiah melemah 0,07% di pasar spot ke level Rp 14.120/dolar AS.


Kenaikan harga minyak mentah dunia menjadi momok bagi rupiah. Hingga siang hari, harga minyak mentah WTI kontrak pengiriman bulan April menguat 0,48% ke level US$ 56,07/barel, sementara minyak Brent kontrak pengiriman bulan yang sama naik 0,4% ke level US$ 65,33/barel.

Kenaikan harga minyak mentah dunia tentu menjadi kabar buruk bagi rupiah karena dapat membuat defisit perdagangan migas yang kerap menjadi biang kerok bengkaknya defisit neraca transaksi berjalan (current account deficit/CAD) menjadi melebar.

Sebagai informasi, belum lama ini CAD periode kuartal-IV 2018 diumumkan senilai US$ 9,1 miliar atau 3,57% dari PDB, naik dari capaian kuartal-III 2018 yang sebesar 3,37% dari PDB. CAD pada kuartal-IV 2018 merupakan yang terparah sejak kuartal-II 2014.



Ruang bagi investor asing untuk melakukan ambil untung sejatinya memang terbilang masih besar. Sepanjang tahun ini (hingga penutupan perdagangan hari Jumat, 1/3/2019), investor asing telah membukukan beli bersih senilai Rp 9,96 triliun dan IHSG telah menguat sebesar 4,93% dalam periode tersebut.

Adapun 5 besar saham yang dilepas investor asing adalah: PT Astra International Tbk/ASII (Rp 58,1 miliar), PT Gudang Garam Tbk/GGRM (Rp 46,5 miliar), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 44,3 miliar), PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (Rp 11,4 miliar), dan PT Bumi Resources Tbk/BUMI (Rp 10,6 miliar).

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ank/tas) Next Article Tutup Akhir Pekan di Zona Merah, Pergerakan IHSG Flat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular