Harga Minyak Anjlok, Rupiah Tak 'Tenggelam' Terlampau Dalam

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
02 March 2019 13:49
Harga Minyak Anjlok, Rupiah Tak 'Tenggelam' Terlampau Dalam
Ilustrasi Eksplorasi Minyak Lepas Pantai (REUTERS / Isaac Urrutia)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak dunia bergerak turun pada pekan ini. Koreksi harga si emas hitam sedikit banyak membantu nilai tukar rupiah sehingga tidak melemah terlalu dalam. 

Pada pekan ini, harga minyak jenis brent anjlok 3,39% dan light sweet amblas 2,78%. Namun sejak awal tahun, harga brent masih menanjak 20,95% sementara light sweet melesat 22,88%. 

 

Harga minyak terempas akibat prospek perlambatan ekonomi global. Tidak hanya di negara maju, di negara berkembang pun kondisinya setali tiga uang. 

Di Amerika Serikat (AS), pertumbuhan ekonomi sepanjang 2018 tercatat 2,9% dibandingkan tahun sebelumnya atau di bawah target pemerintah yaitu 3%. Ternyata pemangkasan tarif Pajak Penghasilan (PPh) tidak mampu mendorong pertumbuhan ekonomi secepat yang diperkirakan. 

Pada kuartal IV-2016, ekonomi Negeri Adidaya tumbuh 2,6% secara kuartalan yang disetahunkan (quarterly annualized). Jauh melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yang mencapai 3,4%. Padahal pada kuartal IV ada perayaan Thanksgiving, Hari Natal, dan Tahun Baru. 

Di negara berkembang, situasinya tidak lebih baik. Pertumbuhan ekonomi Brasil pada 2018 tercatat 1,1%, sama seperti 2017. Sementara pada kuartal IV-2018, ekonomi Negeri Samba tumbuh 1,1% YoY, melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu 1,3% YoY. 

Kemudian pertumbuhan ekonomi India pada kuartal IV-2018 adalah 6,6%, laju paling lambat dalam lima kuartal terakhir. Angka ini juga di bawah ekspektasi pasar yang memperkirakan 6,9%, juga di bawah target pemerintah 7%. 

Lalu di China, angka Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur pada Februari adalah 49,2. Angka di bawah 50 menunjukkan aktivitas manufaktur mengalami kontraksi. Ini menjadi kontraksi selama 3 bulan berturut-turut. 



(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Saat ekonomi melambat, tentu ada persepsi permintaan energi akan ikut turun. Hasilnya tentu harga minyak terkoreksi. 

"Saat perlambatan ekonomi semakin terlihat di depan mata, itu akan menjadi berita buruk bagi harga minyak. Sebenarnya tampak bahwa tren harga minyak bergerak ke atas, tetapi langsung ada koreksi begitu data-data ekonomi muncul," tutur John Kilduff, Partner di Again Capital yang berbasis di New York, dikutip dari Reuters. 

"Pasar sedang gugup dan butuh arahan. Jadi ketika data-data ekonomi dirilis, pasar langsung bereaksi," kata Phil Flynn, Analis di Price Futures Group yang berbasis di Chicago, dikutip dari Reuters. 

Akan tetapi, penurunan harga minyak membantu nilai tukar rupiah. Sepanjang pekan ini, rupiah memang melemah 0,39% terhadap dolar AS. Meski melemah, tetapi depresiasi rupiah tidak sedalam mata uang utama Asia lainnya. 


Koreksi harga minyak membuat biaya impor komoditas ini menjadi lebih murah. Ini tentu sangat menguntungkan bagi negara net importir minyak seperti Indonesia, yang mau tidak mau harus mengimpor untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri karena produksi yang belum memadai. 

Jika biaya impor minyak turun, maka tekanan di neraca perdagangan dan transaksi berjalan (current account) akan berkurang. Artinya pasokan devisa dari kegiatan ekspor-impor bisa lebih baik sehingga menopang nilai tukar mata uang Tanah Air. 



TIM RISET CNBC INDONESIA



(aji/aji) Next Article Sepekan Melejit 5% Lebih, Harga Minyak Dunia kini Terpeleset

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular