Pekan Ini, Gerak Rupiah Bak Lagu Tommy Page

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
02 March 2019 08:46
Pekan Ini, Gerak Rupiah Bak Lagu Tommy Page
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Life is full of lots of ups and downs, begitu Tommy Page mengawali lagu Shoulder to Cry On. Sepertinya lirik itu cocok untuk menggambarkan nasib rupiah pekan ini. Mohon maaf kalau generasi milenial tidak kenal Tommy Page, karena si tampan ini adalah idola remaja pada awal dekade 1990-an...

Sepanjang pekan ini, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di perdagangan pasar spot melemah 0,39% secara point-to-point. Posisi rupiah pada akhir pekan menyentuh titik terlemah sejak 15 Februari. 




Sejatinya rupiah mengawali pekan dengan baik dengan menguat di 2 hari perdagangan awal. Namun di sisa 3 hari kemudian rupiah selalu mengakhiri perdagangan pasar spot di zona merah. Naik-turun, itulah mengapa lagu Shoulder to Cry On menjadi tepat menggambarkan nasib mata uang Tanah Air. 

Gerak serupa juga dialami oleh mayoritas mata uang utama Asia. Menguat pada awal pekan, mata uang Benua Kuning kemudian menyerah di hadapan greenback. 

Berikut pergerakan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia sepanjang minggu ini: 

 

(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Awal pekan ini memang masa-masa indah bagi pasar keuangan Asia. Bagaimana tidak, ada kabar gembira terkait hubungan dagang AS-China.  

Selepas dialog intensif selama 2 pekan di Beijing dan Washington, hubungan kedua negara terlihat begitu harmonis. Dialog berjalan lancar, dan menghasilkan gambaran besar dari kesepakatan dagang AS-China yang mencakup perlindungan terhadap kekayaan intelektual, perluasan investasi sektor jasa, transfer teknologi, pertanian, nilai tukar, dan halangan non-tarif (non-tariff barrier) di bidang perdagangan. 


Begitu mulusnya perundingan sampai Presiden AS Donald Trump memutuskan untuk memperpanjang masa 'gencatan senjata' dengan China yang sedianya berakhir kemarin. Sebagai informasi, Trump dan Presiden China XI Jinping dalam pertemuan di Argentina pada awal Desember 2018 sepakat untuk menunda kenaikan tarif bea masuk selama 90 hari.  

Masa tenang itu akan diisi dengan dialog untuk mencapai kesepakatan dagang. Apabila tidak tercapai kesepakatan pada 1 Maret, maka seyogianya AS akan menaikkan tarif bea masuk bagi impor produk-produk China senilai US$ 200 miliar dari 10% menjadi 25%.  

Akhirnya Trump memutuskan untuk menunda kenaikan tarif tersebut. Menurutnya, perundingan dagang dengan China membuahkan hasil yang memuaskan. Bahkan kemudian Trump berencana mengundang Xi ke resor golf miliknya di Florida untuk mengesahkan perjanjian dagang. 

"Saya senang mendapat laporan bahwa AS telah mencapai kemajuan yang substansial dalam pembicaraan dagang dengan China dalam hal struktural seperti perlindungan terhadap kekayaan intelektual, transfer teknologi, pertanian, jasa, mata uang, dan lain-lain. Sebagai hasil dari pembicaraan yang produktif ini, saya akan menunda kenaikan tarif yang sedianya dijadwalkan terjadi pada 1 Maret. Saya juga akan mengadakan pertemuan dengan Presiden Xi di Mar-a-Lago untuk finalisasi kesepakatan. Ini adalah akhir pekan yang menyenangkan bagi AS dan China!" cuit Trump melalui Twitter, beberapa waktu lalu.  


Aura damai dagang yang semakin terasa ini membuat pelaku pasar girang dan emoh bermain aman. Aset-aset berisiko di pasar keuangan negara berkembang kebanjiran peminat, termasuk di Indonesia. Derasnya arus modal asing ini menyokong penguatan rupiah. 


(BERLANJUT KE HALAMAN 3)


Akan tetapi, situasi berubah pada tengah pekan. AS, entah kena angin apa, kembali bersikap agak galak terhadap China. 

Diawali oleh paparan Robert Lighthizer, Kepala Perwakilan Dagang AS, di depan Komisi Perpajakan House of Representatives yang menyatakan bahwa sebuah negosiasi tidak akan begitu saja mengubah hubungan dagang AS-China. Dia pun membuka kemungkinan AS untk kembali menerapkan kenaikan bea masuk bagi produk-produk made in China.

"Kenyataannya adalah ini menjadi tantangan yang berlangsung dalam waktu yang sangat lama. Saya tidak cukup bodoh untuk percaya satu negosiasi bisa mengubahnya. Jika ada ketidaksepakatan, maka AS akan bertindak proporsional," tegasnya, dikutip dari Reuters.

Trump kemudian ikut memanaskan situasi. Dirinya menyatakan siap membatalkan perundingan dagang dengan China jika hasilnya tidak memuaskan. 

"Saya selalu siap untuk keluar. Saya tidak pernah takut untuk keluar dari kesepakatan, termasuk dengan China," tegasnya, dikutip dari Reuters. 

Situasi tambah keruh ketika Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) menjatuhkan sanksi kepada China karena dianggap memberikan subsidi yang terlalu besar kepada petaninya. Putusan ini adalah hasil dari gugatan yang dilayangkan Washington. 

"China memberikan dukungan yang terlalu eksesif sehingga membatasi peluang bagi petani AS untuk mengekspor produk ke negara tersebut. Kami berharap China segera mematuhi ketentuan WTO," tegas Lighthizer, mengutip Reuters. 

Kementerian Perdagangan China dalam pernyataan tertulis, seperti dikutip dari Reuters, menyatakan program subsidi pertanian dilakukan dalam koridor yang diperkenankan oleh WTO. Subsidi di sektor pertanian, menurut China, juga sebuah praktik yang lumrah di berbagai negara. Oleh karena itu, China menyesalkan keputusan WTO yang memenangkan gugatan AS. 


Hubungan AS-China yang kembali tegang menyebabkan pelaku pasar khawatir. Jangan-jangan damai dagang yang selama ini diidamkan bisa buyar. Ini tentu menjadi sebuah risiko besar bagi perekonomian global, risiko perlambatan menjadi semakin nyata. 

Oleh karena itu, investor pun mundur teratur sejak pertengahan hingga akhir pekan. Mata uang Asia ramai-ramai melemah, dan rupiah tidak terkecuali. 


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular