Pekan Ini, Gerak Rupiah Bak Lagu Tommy Page

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
02 March 2019 08:46
AS-China Panas Lagi, Prospek Damai Dagang Samar-samar
Ilustrasi Dolar AS (CNBC Indonesia)
Akan tetapi, situasi berubah pada tengah pekan. AS, entah kena angin apa, kembali bersikap agak galak terhadap China. 

Diawali oleh paparan Robert Lighthizer, Kepala Perwakilan Dagang AS, di depan Komisi Perpajakan House of Representatives yang menyatakan bahwa sebuah negosiasi tidak akan begitu saja mengubah hubungan dagang AS-China. Dia pun membuka kemungkinan AS untk kembali menerapkan kenaikan bea masuk bagi produk-produk made in China.

"Kenyataannya adalah ini menjadi tantangan yang berlangsung dalam waktu yang sangat lama. Saya tidak cukup bodoh untuk percaya satu negosiasi bisa mengubahnya. Jika ada ketidaksepakatan, maka AS akan bertindak proporsional," tegasnya, dikutip dari Reuters.

Trump kemudian ikut memanaskan situasi. Dirinya menyatakan siap membatalkan perundingan dagang dengan China jika hasilnya tidak memuaskan. 

"Saya selalu siap untuk keluar. Saya tidak pernah takut untuk keluar dari kesepakatan, termasuk dengan China," tegasnya, dikutip dari Reuters. 

Situasi tambah keruh ketika Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) menjatuhkan sanksi kepada China karena dianggap memberikan subsidi yang terlalu besar kepada petaninya. Putusan ini adalah hasil dari gugatan yang dilayangkan Washington. 

"China memberikan dukungan yang terlalu eksesif sehingga membatasi peluang bagi petani AS untuk mengekspor produk ke negara tersebut. Kami berharap China segera mematuhi ketentuan WTO," tegas Lighthizer, mengutip Reuters. 

Kementerian Perdagangan China dalam pernyataan tertulis, seperti dikutip dari Reuters, menyatakan program subsidi pertanian dilakukan dalam koridor yang diperkenankan oleh WTO. Subsidi di sektor pertanian, menurut China, juga sebuah praktik yang lumrah di berbagai negara. Oleh karena itu, China menyesalkan keputusan WTO yang memenangkan gugatan AS. 


Hubungan AS-China yang kembali tegang menyebabkan pelaku pasar khawatir. Jangan-jangan damai dagang yang selama ini diidamkan bisa buyar. Ini tentu menjadi sebuah risiko besar bagi perekonomian global, risiko perlambatan menjadi semakin nyata. 

Oleh karena itu, investor pun mundur teratur sejak pertengahan hingga akhir pekan. Mata uang Asia ramai-ramai melemah, dan rupiah tidak terkecuali. 

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular