
Paling Jago Jaga Marjin, BBCA Paling Banyak Dikoleksi Asing
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
02 March 2019 08:04

Komentar yang dilontarkan Jahja terkait NIM bukan tanpa alasan. Saat ini, bank-bank besar di tanah air memang sedang menghadapi tekanan terhadap NIM masing-masing. Penyebabnya adalah kenaikan suku bunga acuan yang dieksekusi oleh Bank Indonesia (BI). Sepanjang tahun lalu, BI mengerek naik suku bunga acuan sebesar 175 bps.
Seiring dengan kenaikan suku bunga acuan, bank terpaksa menaikkan suku bunga deposito yang mereka tawarkan. Namun di sisi lain, suku bunga kredit tak bisa dikerek naik lantaran permintaan yang relatif terbatas.
Melansir Statistik Perbankan Indonesia periode Desember 2018 yang dipublikasikan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), rata-rata suku bunga kredit bank umum untuk modal kerja (denominasi rupiah) turun sebesar 34 bps pada Desember 2018 jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (dari 10,71% menjadi 10,37%). Sementara untuk kredit investasi, rata-rata suku bunganya turun sebesar 18 bps (dari 10,56% menjadi 10,38%).
Namun menariknya, Bank BCA sendiri justru menjadi yang paling kebal dalam menghadapi masalah ini. Sepanjang tahun 2018, dari seluruh bank yang masuk dalam kategori BUKU 4 (bank dengan modal inti di atas Rp 30 triliun), penurunan NIM dari Bank BCA merupakan yang paling tipis. Sepanjang tahun lalu, NIM dari BBCA hanya turun sebesar 6 bps menjadi 6,13%, dari yang sebelumnya 6,19% pada tahun 2017.
Jika dibandingkan dengan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) yang NIM-nya masing-masing terpangkas sebesar 48 bps, penurunan NIM Bank BCA bisa dibilang sangat-sangat tipis.
Penurunan NIM Bank BCA yang sangat terbatas salah satunya disebabkan oleh membesarnya porsi dana murah yang terdiri dari tabungan dan giro. Pada tahun 2017, tabungan dan giro berkontribusi sebesar 76,3% dari total Dana Pihak Ketiga (DPK) perusahaan. Pada tahun 2018, nilainya naik menjadi 76,7%.
Naiknya porsi dana murah membuat biaya dana/cost of fund perusahaan mengalami penurunan. Pada tahun 2018, cost of fund perusahaan adalah sebesar 1,81%, turun 21 bps dibandingkan posisi tahun 2017 yang sebesar 2,02%.
(ank/roy)
Seiring dengan kenaikan suku bunga acuan, bank terpaksa menaikkan suku bunga deposito yang mereka tawarkan. Namun di sisi lain, suku bunga kredit tak bisa dikerek naik lantaran permintaan yang relatif terbatas.
Melansir Statistik Perbankan Indonesia periode Desember 2018 yang dipublikasikan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), rata-rata suku bunga kredit bank umum untuk modal kerja (denominasi rupiah) turun sebesar 34 bps pada Desember 2018 jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (dari 10,71% menjadi 10,37%). Sementara untuk kredit investasi, rata-rata suku bunganya turun sebesar 18 bps (dari 10,56% menjadi 10,38%).
Jika dibandingkan dengan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) yang NIM-nya masing-masing terpangkas sebesar 48 bps, penurunan NIM Bank BCA bisa dibilang sangat-sangat tipis.
Penurunan NIM Bank BCA yang sangat terbatas salah satunya disebabkan oleh membesarnya porsi dana murah yang terdiri dari tabungan dan giro. Pada tahun 2017, tabungan dan giro berkontribusi sebesar 76,3% dari total Dana Pihak Ketiga (DPK) perusahaan. Pada tahun 2018, nilainya naik menjadi 76,7%.
Naiknya porsi dana murah membuat biaya dana/cost of fund perusahaan mengalami penurunan. Pada tahun 2018, cost of fund perusahaan adalah sebesar 1,81%, turun 21 bps dibandingkan posisi tahun 2017 yang sebesar 2,02%.
(ank/roy)
Next Page
Paling Banyak Diburu Investor Asing
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular