Syukuri Saja, Setidaknya Rupiah Bukan yang Terlemah di Asia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
01 March 2019 16:50
Syukuri Saja, Setidaknya Rupiah Bukan yang Terlemah di Asia
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Arie Pratama)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Positifnya, setidaknya rupiah tidak lagi jadi mata uang terlemah di Asia. 

Pada Jumat (1/3/2019), US$ 1 dihargai Rp 14.110 kala penutupan pasar spot. Rupiah melemah 0,36% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya dan menyentuh titik terlemah sejak 15 Februari. 

Mengawali perdagangan pasar spot, rupiah sudah melemah 0,26%. Depresiasi rupiah terus menebal, dan dolar AS berhasil menembus level Rp 14.100.


Pelemahan hari ini membuat rupiah terdepresiasi selama 3 hari beruntun. Dalam periode ini, rupiah melemah hingga 0,87%. 




Sejak pagi tadi, rupiah menyandang 'gelar' sebagai mata uang terlemah di Asia. Namun saat penutupan pasar spot valas Indonesia, posisi rupiah agak membaik.

Kini baht Thailand menjadi mata uang terlemah di Asia, disusul oleh yen Jepang. Rupiah menjadi mata uang terlemah ketiga, lumayan ada perbaikan.
 

Baht 'dihukum' oleh pasar seiring rilis data inflasi. Pada Februari 2019 laju inflasi tercatat 0,73% year-on-year (YoY), laju tercepat sejak November 2018. Angka inflasi Februari berada di atas konsensus pasar yang dihimpun Reuters yaitu 0,58% YoY.  

Sementara yen tertekan akibat rilis data Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur edisi Februari 2019 versi Markit/Nikkei yang sebesar 48,9. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 50,3. Angka di bawah 50 berarti dunia usaha di Negeri Matahari Terbit sedang pesimistis, sehingga sepertinya Jepang akan lebih lama terjebak dalam stagnasi ekonomi. 


Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 16:24 WIB: 

 


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Mata uang Asia, termasuk rupiah, memang sulit menandingi keperkasaan dolar AS. Pada pukul 16:28 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback secara relatif terhadap enam mata uang utama dunia) menguat 0,18%. Dollar Index tidak pernah melemah sepanjang hari ini. 

Data-data ekonomi Negeri Paman Sam sebenarnya kurang mendukung penguatan dolar AS. Sepanjang 2018, ekonomi Negeri Paman Sam tumbuh 2,9% dibandingkan tahun sebelumnya atau di bawah target pemerintah yaitu 3%. Ternyata pemangkasan tarif Pajak Penghasilan (PPh) tidak mampu mendorong pertumbuhan ekonomi secepat yang diperkirakan. 

Pada kuartal IV-2016, ekonomi Negeri Adidaya tumbuh 2,6% secara kuartalan yang disetahunkan (quarterly annualized). Jauh melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yang mencapai 3,4%. Padahal pada kuartal IV ada perayaan Thanksgiving, Hari Natal, dan Tahun Baru. 

Kemudian, jumlah klaim tunjangan pengangguran pada pekan yang berakhir 23 Februari naik 8.000 dibandingkan pekan sebelumnya menjadi 225.000. Ini menjadi angka tertinggi dalam 10 bulan terakhir. 

Perkembangan ini tentu membuat The Federal Reserves/The Fed semakin hati-hati. Kenaikan suku bunga acuan kemungkinan besar tidak akan terjadi dalam waktu dekat sehingga tidak suportif terhadap dolar AS.  

Namun masalahnya, kondisi di negara lain juga tidak lebih baik. Apalagi di Eropa dan Jepang, yang merupakan 'sparring partner' AS. 

PMI manufaktur Zona Euro versi IHS/Markit edisi Februari 2019 menunjukkan angka 49,3. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 50,5 dan menjadi pencapaian terendah sejak Juni 2013. Di Jepang, seperti sudah disinggung, PMI manufaktur juga turun. 

Artinya, Bank Sentral Uni Eropa (BoE) dan Bank Sentral Jepang (BoJ) kemungkinan besar masih akan terjebak dalam siklus kebijakan moneter longgar. Sekalem-kalemnya The Fed, masih ada kemungkinan Federal Funds Rate untuk naik pada tahun ini, walau cuma sekali. 

"Jadi dolar AS tetap akan diminati, selama bank sentral Eropa dan Jepang masih berkutat dengan kebijakan moneter yang cenderung longgar seperti sekarang," ujar Daisuke Karakama, Chief Market Economist di Mizuho Bank.



TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular