
Bos BCA: Jelang Pembagian Dividen, Permintaan Dolar Naik
Monica Wareza, CNBC Indonesia
28 February 2019 12:56

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) cenderung menguat sejak awal tahun. Namun itu tidak bisa membuat Indonesia terlena, karena perjalanan masih panjang.
"Currency itu jangka panjang. Apalagi sebentar lagi ada pembagian dividen, sebagian investor harus keluar pada saat butuh dolar AS cukup banyak dalam beberapa bulan," kata Jahja Setiaadmadja, Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), dalam acara CNBC Indonesia Outlook 2019 di Hotel Westin, Jakarta, Kamis (28/2/2019).
Kala permintaan valas sedang tinggi, lanjut Jahja, rupiah bisa agak tertekan. Sebab rupiah akan mengalami tekanan jual untuk ditukarkan ke valas sehingga mata uang Tanah Air berpotensi terdepresiasi.
Kala rupiah tertekan, tambah Jahja, Bank Indonesia (BI) tentu akan melakukan pengawalan ketat. Caranya adalah dengan menggunakan cadangan devisa untuk intervensi di pasar, baik pasar valas maupun obligasi pemerintah.
"BI memang harus ekstra ketat mengawal market, ada cycle di mana agak slow. BI harus menggelontorkan dolar AS untuk cover likuiditas," katanya.
Namun, Jahja menegaskan bahwa situasi itu hanya sementara. Selepas tekanan mereda, maka situasi akan berangsur normal.
"Kalau ada hiccup jangan nervous. Nanti akan kembali normal," ujarnya.
Saksikan video pernyataan BI soal nilai tukar rupiah yang kemurahan di bawah ini:
[Gambas:Video CNBC]
(aji/roy) Next Article Tekanan Masih Besar, Rupiah Akhir 2021 Bisa di Rp 15.000/USD
"Currency itu jangka panjang. Apalagi sebentar lagi ada pembagian dividen, sebagian investor harus keluar pada saat butuh dolar AS cukup banyak dalam beberapa bulan," kata Jahja Setiaadmadja, Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), dalam acara CNBC Indonesia Outlook 2019 di Hotel Westin, Jakarta, Kamis (28/2/2019).
"BI memang harus ekstra ketat mengawal market, ada cycle di mana agak slow. BI harus menggelontorkan dolar AS untuk cover likuiditas," katanya.
Namun, Jahja menegaskan bahwa situasi itu hanya sementara. Selepas tekanan mereda, maka situasi akan berangsur normal.
"Kalau ada hiccup jangan nervous. Nanti akan kembali normal," ujarnya.
Saksikan video pernyataan BI soal nilai tukar rupiah yang kemurahan di bawah ini:
[Gambas:Video CNBC]
(aji/roy) Next Article Tekanan Masih Besar, Rupiah Akhir 2021 Bisa di Rp 15.000/USD
Most Popular