Sudah 4 Hari Harga CPO Menukik Tajam, Ada Apa?

Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
27 February 2019 17:36
Hingga pukul 16:30 WIB, harga CPO kontrak Mei di Bursa Malaysia Derivatives Exchange anjlok 1,69% ke posisi MYR 2.146/ton.
Foto: Kelapa sawit (REUTERS/Lai Seng Sin)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nasib harga minyak kelapa sawit mentah (CPO) pada perdagangan hari Rabu ini (27/2/2019) kembali menuai belas kasihan.

Pasalnya, hingga pukul 16:30 WIB, harga CPO kontrak Mei di Bursa Malaysia Derivatives Exchange anjlok 1,69% ke posisi MYR 2.146/ton.

Ini merupakan pelemahan harga CPO hari ke-4 secara beruntun yang kembali terjadi sejak 26 Desember 2018.

Dengan begini, kenaikan harga CPO sejak awal tahun hanya tinggal 1,18%. Turun dari puncaknya yang pernah mencapai 9,29%.



Bahkan, pelemahan harga CPO hari ini terjadi ditengah harga minyak kedelai di bursa Chicago yang masih menguat 0,3%.

Biasanya, pergerakan harga CPO akan berkorelasi positif dengan minyak kedelai. Pasalnya, kedua produk tersebut merupakan substitusi yang saling bersaing di pasar minyak nabati global.

Nampaknya pelaku pasar masih mencermati peningkatan produksi yang terus terjadi di tahun ini.

Sebagai informasi, produksi minyak sawit Negeri Jiran pada bulan Januari mencapai 1,74 ton, meningkat 9,6% dibanding periode yang sama tahun 2018 yang hanya 1,59 juta ton.

Sama halnya dengan produksi minyak sawit Indonesia yang pada bulan Januari tercatat naik 0,5% YoY.

Bahkan, berdasarkan rilis data yang dilakukan oleh Malaysian Palm Oil Association (MPOA), produksi minyak sawit Negeri Jiran pada periode 1-20 Februari meningkat 3,5% dibanding periode yang sama bulan Januari.

Kenyataan ini membuat pelaku pasar agak kecewa, lantaran sebelumnya memperkirakan produksi akan turun di sepanjang kuartal I-2019.

Prediksi tersebut dilandasi pola produksi sawit secara tiap tahun yang memang biasanya akan turun pada bulan Desember-Maret sebagai imbas adanya faktor musiman.

Bila produksi terus meningkat, maka inventori minyak sawit di Indonesia dan Malaysia yang sudah tinggi sejak akhir tahun lalu akan sulit untuk dikurangi.

Apalagi pelaku pasar juga memperkirakan permintaan minyak sawit dari China akan terpangkas sebagai akibat dari kesepakatan dagangnya dengan AS.

Sebab Negeri Panda dikabarkan telah memberikan penawaran untuk membeli lebih banyak produk asal AS sebagai bagian dari kesepakatan kedua negara.

Dengan begitu, posisi CPO akan terancam karena China akan membeli lebih banyak kedelai Negeri Paman Sam.

"untuk saya, kabar ini (damai dagang) tidak terdengar terlalu bagus karena China akan membeli kedelai, yang membuat impor minyak sawit akan berkurang," ujar pialang yang berbasis di Kuala Lumpur, mengutip Reuters.

Meningkatnya pasokan kala permintaan berkurang sudah tentu akan membuat keseimbangan fundamental di pasar akan menjadi terganggu.

Selain itu, nilai tukar Ringgit yang menguat 0,12% hingga hari ini juga memberi beban tambahan karena membuat harga CPO relatif lebih mahal bagi pemegang mata uang lain. Alhasil daya tarik CPO berkurang.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/hps) Next Article Inventori Masih Penuh, Harga CPO Terendah Dalam 1 Minggu

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular