Susah Beranjak dari Level 6.500, Sudah Mahalkah Valuasi IHSG?

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
27 February 2019 15:12
Tenang, Ini Tahun Politik
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Tapi tenang, walaupun saat ini sedang terseok-seok, IHSG masih mempunyai peluang yang besar untuk terus tancap gas di sisa tahun ini. Perlu diketahui, sepanjang tahun ini (hingga penutupan perdagangan kemarin, 26/2/2019), IHSG telah membukukan penguatan sebesar 5,59%.

Kehadiran tahun politik seharusnya membawa optimisme bagi pelaku pasar saham tanah air. Bagaimana tidak, ternyata performa IHSG selalu kinclong saat perhelatan pesta politik digelar. Dalam 3 pemilihan presiden terakhir (2004, 2009, dan 2014), IHSG membukukan imbal hasil yang sangat-sangat impresif.

Pada tahun 2004, IHSG melejit hingga 44,6%. Kala itu, pasangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Muhammad Jusuf Kalla memenangkan pertarungan melawan Megawati Soekarnoputri- Hasyim Muzadi.

Pada tahun 2009, IHSG meroket hingga 87%. Pada pertarungan tahun 2009, SBY berhasil mempertahankan posisi RI-1, namun dengan wakil yang berbeda. Ia didampingi oleh Boediono yang sebelumnya menjabat Gubernur Bank Indonesia (BI). SBY-Boediono berhasil mengalahkan 2 pasangan calon yakni Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto dan Jusuf Kalla-Wiranto.

Beralih ke tahun 2014, mantan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo berhasil menempati tahta kepemimpinan tertinggi di Indonesia dengan menggandeng Jusuf Kalla sebagai wakilnya. Pada saat itu, IHSG melejit 22,3%.

Mengingat penguatan IHSG sepanjang tahun ini yang ‘baru’ mencapai 5,59%, tentu potensi upside dari IHSG menjadi masih besar.

Kini, mari berharap supaya AS dan China bisa segera menyegel kesepakatan dagang yang akan menghapuskan seluruh bea masuk yang telah dibebankan oleh masing-masing negara. Lebih lanjut, investor sudah selayaknya berharap bahwa Presiden AS Donald Trump bisa mencapai kesepakatan dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un terkait dengan denuklirisasi.

Sebagai informasi, kedua pimpinan negara dijadwalkan bertemu selama 2 hari di Vietnam, dimulai hari ini. Pasca keduanya melakukan pertemuan di Singapura pada tahun lalu, hubungan antara AS dan Korea Utara bisa dibilang pasang-surut. Korea Utara beberapa kali mengeluarkan pernyataan keras, menolak melakukan denuklirisasi tanpa adanya kompensasi apapun dari pihak AS.

Ribut-ribut AS-Korea Utara seringkali membuat bursa saham dunia terkoreksi. Sejauh ini, perang dagang dengan China terbukti sudah membuat laju perekonomian AS melambat. Jika berbicara mengenai perang senjata nuklir dengan Korea Utara, dipastikan dampaknya akan lebih parah.

Jika kini masalah denuklirisasi bisa dituntaskan dengan baik, ditambah dengan kesepakatan dagang AS-China (jika ada), rasanya mudah bagi IHSG untuk membukukan penguatan sebesar 2-digit pada tahun ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/ank)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular