
Rupiah vs Yen yang Layaknya Liverpool vs Manchester City
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
26 February 2019 12:22

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Bahkan rupiah menjadi yang terbaik di Asia.
Pada Selasa (26/2/2019) pukul 12:00 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 13.985. Rupiah menguat 0,21% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Seiring perjalanan pasar, penguatan rupiah menebal. Pada pukul 12:09 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 13.975 di mana rupiah menguat 0,29%.
Di level Asia, hanya rupiah dan yen Jepang yang masih menguat di hadapan dolar AS sementara mata uang lainnya berkubang di zona merah. Hanya ada dua kuda pacu, yang bisa saling menyalip jika kompetitornya terpeleset.
Situasi ini mirip Liga Primer Inggris, jarak antara Liverpool dan Manchester City begitu ketat. Tidak ada ruang untuk kesalahan sekecil apapun.
Sejak pagi, yen menempati posisi puncak. Namun kemudian yen terpeleset, dan rupiah mampu menyalip. Rupiah pun resmi menjadi mata uang terbaik Asia, setidaknya untuk saat ini.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 12:11 WIB:
Sepertinya investor mulai move on dari ingar-bingar damai dagang AS-China. Kemarin, sentimen ini begitu kuat mendorong penguatan mata uang dan bursa saham Benua Kuning.
Kini pelaku pasar menunggu perkembangan selanjutnya, yaitu kedatangan Presiden China Xi Jinping ke resor golf Mar-a-Lago di Florida untuk memenuhi undangan Presiden AS Donald Trump. Rencananya, pertemuan ini akan menjadi finalisasi dan pengesahan dokumen kesepakatan dagang AS-China. Dengan begitu, perang dagang yang berkobar sejak awal 2018 resmi berakhir.
Namun pertemuan ini kemungkinan baru terjadi bulan depan. Sembari menunggu, pelaku pasar pun mencairkan keuntungan yang didapat dari pasar keuangan Asia. Hasilnya, mata uang Asia ramai-ramai melemah.
Rupiah masih mampu bertahan di zona hijau, kemungkinan karena topangan harga minyak. Pada pukul 12:12 WIB, harga minyak jenis brent dan light sweet terkoreksi masing-masing 0,25% dan 0,45%. Secara mingguan, harga brent dan light sweet amblas masing-masing 2,85% dan 1,39%.
Penurunan harga minyak akan membuat biaya impor komoditas ini menjadi lebih murah. Sesuatu yang tentu menguntungkan bagi negara net importir minyak seperti Indonesia.
Artinya, devisa yang 'terbakar' untuk impor minyak dan produk-produk turunannya juga akan lebih sedikit. Ini membuat rupiah memiliki modal yang lebih besar sehingga berpeluang untuk menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Pada Selasa (26/2/2019) pukul 12:00 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 13.985. Rupiah menguat 0,21% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Seiring perjalanan pasar, penguatan rupiah menebal. Pada pukul 12:09 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 13.975 di mana rupiah menguat 0,29%.
Situasi ini mirip Liga Primer Inggris, jarak antara Liverpool dan Manchester City begitu ketat. Tidak ada ruang untuk kesalahan sekecil apapun.
Sejak pagi, yen menempati posisi puncak. Namun kemudian yen terpeleset, dan rupiah mampu menyalip. Rupiah pun resmi menjadi mata uang terbaik Asia, setidaknya untuk saat ini.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 12:11 WIB:
Sepertinya investor mulai move on dari ingar-bingar damai dagang AS-China. Kemarin, sentimen ini begitu kuat mendorong penguatan mata uang dan bursa saham Benua Kuning.
Kini pelaku pasar menunggu perkembangan selanjutnya, yaitu kedatangan Presiden China Xi Jinping ke resor golf Mar-a-Lago di Florida untuk memenuhi undangan Presiden AS Donald Trump. Rencananya, pertemuan ini akan menjadi finalisasi dan pengesahan dokumen kesepakatan dagang AS-China. Dengan begitu, perang dagang yang berkobar sejak awal 2018 resmi berakhir.
Namun pertemuan ini kemungkinan baru terjadi bulan depan. Sembari menunggu, pelaku pasar pun mencairkan keuntungan yang didapat dari pasar keuangan Asia. Hasilnya, mata uang Asia ramai-ramai melemah.
Rupiah masih mampu bertahan di zona hijau, kemungkinan karena topangan harga minyak. Pada pukul 12:12 WIB, harga minyak jenis brent dan light sweet terkoreksi masing-masing 0,25% dan 0,45%. Secara mingguan, harga brent dan light sweet amblas masing-masing 2,85% dan 1,39%.
Penurunan harga minyak akan membuat biaya impor komoditas ini menjadi lebih murah. Sesuatu yang tentu menguntungkan bagi negara net importir minyak seperti Indonesia.
Artinya, devisa yang 'terbakar' untuk impor minyak dan produk-produk turunannya juga akan lebih sedikit. Ini membuat rupiah memiliki modal yang lebih besar sehingga berpeluang untuk menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular