Demi Harga, RI Akan Kurangi Ekspor Karet Dalam 3 Bulan

Samuel Pablo, CNBC Indonesia
26 February 2019 09:42
Sentimen pasar yang negatif dan ketidakpastian ekonomi global ditengarai berdampak buruk pada pasar komoditas tersebut.
Foto: REUTERS/Andy Gao
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution memberikan keterangan pers terkait hasil Special Ministerial Committe Meeting of The International Tripartite Rubber Council (ITRC) di kantor Kemenko Perekonomian, Senin (25/2/2019) sore.

Salah satu hasil pertemuan adalah tiga negara produsen utama karet alam yang tergabung dalam ITRC, yakni Thailand, Indonesia, dan Malaysia sepakat mengurangi ekspor karet sebanyak 200.000 hingga 300.000 ton per tahun melalui mekanisme pengaturan jumlah ekspor (Agreed Export Tonnage Scheme/AETS).

Hal itu dilakukan untuk mengerek harga karet alam dunia yang terus tertekan sejak awal tahun lalu hingga kini. Sentimen pasar yang negatif dan ketidakpastian ekonomi global ditengarai berdampak buruk pada pasar komoditas tersebut.

"Ini dilakukan untuk menunjukkan pada pasar bahwa kelebihan pasokan kita tidak banyak-banyak amat. Kita tahan jumlah tertentu dan kita akan lihat pergerakan harganya," kata Darmin di kantornya, Senin (25/2/2019).



Pejabat senior ketiga negara akan membuat penghitungan perinci serta porsi pengurangan ekspor masing-masing negara pada Senior Officials Meeting (SOM) di Bangkok pada tanggal 4 Maret mendatang.

Darmin pun menegaskan pemerintah RI menginginkan pengurangan ekspor dapat dilakukan dalam kurun waktu 3 bulan sesudah pertemuan tersebut.

"Ini penting supaya harga kembali ke fundamentalnya. Bisa terjadi harga meningkat lebih tinggi. Kalau itu terjadi, kita lakukan kebijakan jangka menengah yakni menaikkan permintaan karet di dalam negeri," ujar Darmin.



Saat ini, proporsi produksi karet alam ketiga negara ITRC kurang lebih Thailand sekitar 52%, Indonesia 38%, dan sisanya Malaysia.

Sepanjang 2017, industri dalam negeri RI baru mampu menyerap 618,7 ribu ton karet dengan pengguna terbesar adalah industri ban sebanyak 253 ribu ton, industri alas kaki sejumlah 93,5 ribu ton dan industri vulkanisir ban sebesar 92 ribu ton.

"Jadi penyerapan dalam negeri kita belum sampai satu juta ton, sementara Malaysia dan Thailand sudah melampaui itu. Inilah kenapa kita coba dorong dengan menggunakan karet sebagai campuran aspal di jalan nasional hingga kabupaten/kota. Dalam 2-3 hari kita akan rilis panjang jalan yang bisa digunakan," kata Darmin.

Eks Gubernur Bank Indonesia itu menjelaskan, apabila upaya ITRC mampu mendorong naik harga karet global, maka harga jual karet di tingkat petani juga akan ikut terkerek. Dia mencontohkan, seminggu lalu harga ekspor karet ada di kisaran US$ 1,2/kg, sementara harga petani di level Rp 7.000-7.500/kg.

"Saat pasar mendengar kita berangkat untuk pertemuan di Thailand kemarin, harga langsung bergerak naik dari US$ 1,2/kg menjadi US$ 1,45/kg hari ini," kata Darmin.

Demi Harga, RI Akan Kurangi Ekspor Karet Dalam 3 BulanFoto: kiri-kanan: Kementerian BUMN Wahyu Kuncoro, Dirjen Perkebunan Kasdi Subagyono, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution, Ketum Gapkindo Moenardji Soedargo, Kepala BP3 Kemendag Kasan Muhri saat pertemuan dengan Pelaku Usaha Karet di kantor Kemenko Perekonomian (CNBC Indonesia/Samuel Pablo)


Sepanjang tahun lalu, produksi karet alam dunia mencapai 13,5 juta ton dengan konsumsi sebesar 13,4 juta ton dan surplus stok global hanya sekitar 168 ribu ton.

Adapun data Kementerian Pertanian menunjukkan produksi karet alam RI di tahun 2018 mencapai 3,76 juta ton, dengan target produksi tahun ini naik menjadi 3,81 juta ton.

"Dengan jumlah surplus global tadi, kalau kita keluarkan kebijakan mengurangi ekspor 300 ribu ton, anda bisa mengira-ngira apa yang akan terjadi," pungkasnya.

Simak video terkait harga karet di bawah ini.

[Gambas:Video CNBC]


(miq/miq) Next Article Harga Karet Anjlok, Ini Cara Pemerintah Naikkan Harga

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular