Investor Asing Borong Rp 264,3 M, IHSG Melesat 0,37%

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
25 February 2019 17:15
Sektor Jasa Keuangan Pimpin Laju IHSG
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Sektor jasa keuangan yang menguat 0,57% menjadi sektor dengan kontribusi terbesar bagi penguatan IHSG. Penguatan sektor jasa keuangan terjadi seiring dengan aksi beli atas saham-saham bank BUKU 4: PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) naik 2,11%, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) naik 1,54%, dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) naik 0,86%.

Damai dagang AS-China yang kian dekat membuat investor gencar memburu saham-saham bank BUKU 4. Sejauh ini, balas-membalas bea masuk yang dilakukan kedua negara jelas sudah menyakiti perekonomian masing-masing, berikut perekonomian dunia. Jika sampai bea masuk tersebut dipangkas habis alias dihilangkan, tentu arus perdagangan dunia akan kembali pulih dan mendorong pertumbuhan ekonomi ke level yang lebih tinggi.


Permintaan atas kredit lantas berpotensi meningkat dan mengerek naik pendapatan dari bank-bank di tanah air.

Selain itu, pergerakan rupiah juga mendukung untuk melakukan aksi beli atas saham-saham bank BUKU 4. Hingga akhir perdagangan, rupiah menguat 0,28% di pasar spot ke level Rp 14.015/dolar AS.

Selain karena perpanjangan periode gencatan senjata AS-China, kinerja rupiah terkerek oleh komentar bernada kalem atau dovish dari pejabat The Federal Reserve yang merupakan bank sentral AS. Kini, sejumlah pejabat The Fed mulai mencemaskan angka inflasi yang relatif rendah, pertanda ekonomi sedang kurang bergairah.

"Angka pengangguran turun ke level terendah dalam hampir 50 tahun, tetapi inflasi jarang menyentuh target 2%. Kita harus waspada dengan ekspektasi inflasi, jangan sampai terjangkau terlalu rendah," tegas Presiden The Fed New York John Williams, seperti dikutip dari Reuters.

"Inflasi sudah cukup lama berada di bawah target. Jangan terlalu cepat puas," tambah Presiden The Fed San Francisco Mary Daly, juga mengutip Reuters.


Pernyataan Williams dan Daly diinterpretasikan oleh pelaku pasar bahwa The Fed akan membiarkan laju inflasi agak terakselerasi. Hal ini akan dilakukan dengan menahan tingkat suku bunga acuan dalam beberapa waktu ke depan.

Pernyataan pejabat The Fed tersebut lantas menepis kekhawatiran yang sempat muncul bahwa bank sentral masih akan mengerek suku bunga acuan pada tahun ini. Kekhawatiran ini muncul menyusul rilis risalah rapat The Fed edisi Januari 2019.

"Banyak peserta rapat berpandangan bahwa menahan suku bunga acuan di tingkat yang sekarang untuk beberapa waktu bisa menimbulkan risiko. Oleh karena itu, jika ketidakpastian berkurang maka The Fed perlu meninjau kembali stance sabarnya," sebut risalah rapat The Fed. (ank/tas)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular