
AS-China Kian Mesra, IHSG Awali Pekan dengan Senyuman
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
25 February 2019 09:58

Nilai tukar rupiah yang ikut merespons positif kabar perpanjangan periode gencatan senjata AS-China menambah optimisme pelaku pasar untuk mengoleksi saham-saham di dalam negeri. Hingga berita ini diturunkan, rupiah menguat 0,39% di pasar spot ke level Rp 14.000/dolar AS. Sedikit lagi, rupiah akan menyentuh level Rp 13.900-an.
Selain karena damai dagang AS-China, kinerja rupiah terbantu oleh komentar dovish [bernada kalem] dari pejabat The Federal Reserve, bank sentral AS. Kini, sejumlah pejabat The Fed mulai mencemaskan angka inflasi yang relatif rendah, pertanda ekonomi sedang kurang bergairah.
"Angka pengangguran turun ke level terendah dalam hampir 50 tahun, tetapi inflasi jarang menyentuh target 2%. Kita harus waspada dengan ekspektasi inflasi, jangan sampai terlalu rendah," tegas Presiden The Fed New York John Williams, seperti dikutip dari Reuters.
"Inflasi sudah cukup lama berada di bawah target. Jangan terlalu cepat puas," tambah Presiden The Fed San Francisco Mary Daly, mengutip Reuters.
Pernyataan Williams dan Daly diinterpretasikan oleh pelaku pasar bahwa The Fed akan membiarkan laju inflasi agak terakselerasi. Hal ini akan dilakukan dengan menahan tingkat suku bunga acuan dalam beberapa waktu ke depan.
Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 24 Februari 2019, kemungkinan bahwa The Fed tak akan menaikkan suku bunga acuan pada tahun ini mencapai 81,3%.
TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/tas)
Selain karena damai dagang AS-China, kinerja rupiah terbantu oleh komentar dovish [bernada kalem] dari pejabat The Federal Reserve, bank sentral AS. Kini, sejumlah pejabat The Fed mulai mencemaskan angka inflasi yang relatif rendah, pertanda ekonomi sedang kurang bergairah.
"Angka pengangguran turun ke level terendah dalam hampir 50 tahun, tetapi inflasi jarang menyentuh target 2%. Kita harus waspada dengan ekspektasi inflasi, jangan sampai terlalu rendah," tegas Presiden The Fed New York John Williams, seperti dikutip dari Reuters.
Pernyataan Williams dan Daly diinterpretasikan oleh pelaku pasar bahwa The Fed akan membiarkan laju inflasi agak terakselerasi. Hal ini akan dilakukan dengan menahan tingkat suku bunga acuan dalam beberapa waktu ke depan.
Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 24 Februari 2019, kemungkinan bahwa The Fed tak akan menaikkan suku bunga acuan pada tahun ini mencapai 81,3%.
TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/tas)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular