
Private Placement, Urban Jakarta Bakal Raih Dana Rp 584 M
Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
19 February 2019 18:22

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten pengembang properti, PT Urban Jakarta Propertindo Tbk (URBN) berencana menerbitkan saham baru melalui skema penambahan modal tanpa memberikan hak memesan efek terlebih dahulu (PMHMETD) atau private placement.
Dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), perseroan akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 320.366.000 saham baru atau mewakili 10% dari total modal ditempatkan dan disetor perseroan.
Saham baru tersebut diterbitkan dari saham dalam portepel dengan nilai nominal Rp 100/saham.
"Perusahaan perlu memperbaiki struktur permodalan dan menambah likuiditas saham yang ada di BEI dalam rangka perolehan dana kas atau setoran modal untuk pengembangan kegiatan usaha perseroan," tulis manajemen Urban Jakarta, Selasa (19/2/2019).
Dana hasil private placement tersebut akan digunakan untuk melunasi utang yang timbul dari Perjanjian Pinjaman Konversi Kedua dengan cara konversi utang menjadi saham.
Pada 17 September 2018, perseroan meneken Perjanjian Pinjaman Konversi Kedua, di mana perusahaan mendapatkan pinjaman sebesar US$ 4,55 juta, atau setara dengan Rp 66,03 miliar (dengan kurs Rp 14.500 per dolar Amerika Serikat) dari dua pemegang sahamnya yakni Ibukota Development Ltd (IDL) dan PT Nusa Wijaya Propertindo.
Dengan demikian, transaksi ini merupakan transaksi afiliasi karena Jason Chen, Direktur URBN, juga menjabat Direktur IDL.
Kedua perusahaan menyetujui untuk mengkonversi pinjaman tersebut menjadi saham biasa. Dana pinjaman itu digunakan perseroan untuk membiayai kerja sama operasi dengan PT Adhi Karya Tbk (ADHI) dan afiliasinya.
Adapun sisa dana private placement akan digunakan menambah modal kerja untuk keperluan ekspansi.
Manajemen URBN mengungkapkan dengan asumsi harga saham per 31 Desember 2018, yakni Rp 2.030/saham, maka sebanyak 32,53 juta saham digunakan untuk konversi pinjaman kedua menjadi saham.
Sementara sisa saham sebanyak 287,84 juta akan menjadi dana baru private placement yang masuk ke perseroan dengan total dana mencapai Rp 584,31 miliar.
Struktur permodalan perusahaan saat ini yakni 79,94% milik Nusa Wijaya Propertindo, Robert Soeharsono 0,01%, Ibukota Development Ltd 8,81% dan publik 11,24%. Maka setelah private placement, struktur pemegang saham Urban Jakarta menjadi Nusa Wijaya 72,67%, Ibukota, 8,93%, publik 10,22%, dan Robert 0,01%.
Aksi korporasi ini akan dimintakan persetujuan pada RUPSLB pada 27 Maret mendatang, dengan recording date atau tanggal penentuan pemegang saham yang berhak hadir dalam RUPSLB.
Perusahaan akan meminta persetujuan pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham mengenai jumlah saham yang akan diterbitkan dalam rangka pelaksanaan konversi pinjaman, dalam RUPSLB yang akan diselenggarakan 27 Maret 2019.
Urban Jakarta mencatatkan saham perdana di BEI pada 10 Desember 2018. Perusahaan melepas 360 juta saham atau setara 11,24% dengan harga penawaran umum Rp 1.200/saham. Dalam gelaran penerbitan saham perdana (IPO) ini, URBN meraup dana segar sebesar Rp 430 miliar.
Simak ulasan Tri Rachman Barata, Direktur Independen Urban Jakarta.
[Gambas:Video CNBC]
(tas) Next Article URBN Targetkan Laba Rp 180 Miliar Di 2019
Dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), perseroan akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 320.366.000 saham baru atau mewakili 10% dari total modal ditempatkan dan disetor perseroan.
Saham baru tersebut diterbitkan dari saham dalam portepel dengan nilai nominal Rp 100/saham.
Dana hasil private placement tersebut akan digunakan untuk melunasi utang yang timbul dari Perjanjian Pinjaman Konversi Kedua dengan cara konversi utang menjadi saham.
Pada 17 September 2018, perseroan meneken Perjanjian Pinjaman Konversi Kedua, di mana perusahaan mendapatkan pinjaman sebesar US$ 4,55 juta, atau setara dengan Rp 66,03 miliar (dengan kurs Rp 14.500 per dolar Amerika Serikat) dari dua pemegang sahamnya yakni Ibukota Development Ltd (IDL) dan PT Nusa Wijaya Propertindo.
Dengan demikian, transaksi ini merupakan transaksi afiliasi karena Jason Chen, Direktur URBN, juga menjabat Direktur IDL.
Kedua perusahaan menyetujui untuk mengkonversi pinjaman tersebut menjadi saham biasa. Dana pinjaman itu digunakan perseroan untuk membiayai kerja sama operasi dengan PT Adhi Karya Tbk (ADHI) dan afiliasinya.
Adapun sisa dana private placement akan digunakan menambah modal kerja untuk keperluan ekspansi.
Manajemen URBN mengungkapkan dengan asumsi harga saham per 31 Desember 2018, yakni Rp 2.030/saham, maka sebanyak 32,53 juta saham digunakan untuk konversi pinjaman kedua menjadi saham.
Sementara sisa saham sebanyak 287,84 juta akan menjadi dana baru private placement yang masuk ke perseroan dengan total dana mencapai Rp 584,31 miliar.
Struktur permodalan perusahaan saat ini yakni 79,94% milik Nusa Wijaya Propertindo, Robert Soeharsono 0,01%, Ibukota Development Ltd 8,81% dan publik 11,24%. Maka setelah private placement, struktur pemegang saham Urban Jakarta menjadi Nusa Wijaya 72,67%, Ibukota, 8,93%, publik 10,22%, dan Robert 0,01%.
Aksi korporasi ini akan dimintakan persetujuan pada RUPSLB pada 27 Maret mendatang, dengan recording date atau tanggal penentuan pemegang saham yang berhak hadir dalam RUPSLB.
Perusahaan akan meminta persetujuan pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham mengenai jumlah saham yang akan diterbitkan dalam rangka pelaksanaan konversi pinjaman, dalam RUPSLB yang akan diselenggarakan 27 Maret 2019.
Urban Jakarta mencatatkan saham perdana di BEI pada 10 Desember 2018. Perusahaan melepas 360 juta saham atau setara 11,24% dengan harga penawaran umum Rp 1.200/saham. Dalam gelaran penerbitan saham perdana (IPO) ini, URBN meraup dana segar sebesar Rp 430 miliar.
Simak ulasan Tri Rachman Barata, Direktur Independen Urban Jakarta.
[Gambas:Video CNBC]
(tas) Next Article URBN Targetkan Laba Rp 180 Miliar Di 2019
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular