
Di Tahun Pemilu, Bank Ini Bakal Kerek Bunga Kredit 25 Bps
Yanurisa Ananta, CNBC Indonesia
18 February 2019 20:58

Jakarta, CNBC Indonesia - Guna berjaga-jaga di tahun politik, PT Bank Maybank Indonesia Tbk (BNII) berencana menaikkan bunga kredit sebesar 25 basis poin (bps).
Direktur Keuangan Maybank Indonesia Thilagavathy Nadason, mengatakan, hal ini dilakukan untuk mengantisipasi bila pemilihan umum tidak berjalan sesuai dengan harapan, bank masih memiliki likuiditas.
"Untuk jaga-jaga supaya electionnya kalau tidak smooth kita tetap butuh likuiditas. Jadi dari segi itu, cost of liquidity akan naik juga," kata Thilagavathy usai konferensi pers laporan keuangan full year 2018, Senin (18/2/2019).
Ia melanjutkan, tahun ini Maybank Indonesia menargetkan pertumbuhan kredit sebesar 8%-9% tahun ini. Dengan pertumbuhan kredit sebesar ini, Thilagavathy berharap net Interest income (NII) perusahaan bisa tumbuh di kisaran 4%-5%. Saat ini, NII Maybank sebesar 5,2%.
"Kita harap dengan naiknya loan sebanyak 9%. NII bisa tumbuh di kisaran 4%-5% dan kebanyakan squeez-nya itu dari cost of find," ucapnya.
Kenaikan bunga kredit itu, kata Thilagavathy, tidak akan sebesar dengan kenaikan bank Indonesia (BI) rate. Dia berharap, tahun ini likuiditas akan meningkat lebih dari yang dibutuhkan. "Secara buffer memang konservatif," ujarnya.
Thila menambahkan, kenaikan bunga kredit sebenarnya sudah terjadi sejak Desember 2018 lalu. Bunga kredit naik antara 10 bps dan 25 bps. Thilagavathy menyebut angka kenaikan itu tidak akan lebih dari itu.
"Segmennya bisnis banking, yaitu commercial dan UMKM dulu. Untuk KPR kan udah fix rate tiga tahun tidak bisa. Jadi setelah itu koperasi yang besar-besar pun kami akan coba naikkan suku bunga sedikit di 2019," imbuhnya.
PT Bank Maybank Indonesia Tbk (BNII) mencatatkan laba bersih setelah pajak dan Kepentingan Non Pengendali (PATAMI-Profit After Tax and Minority Interest) sebesar Rp2,2 triliun sepanjang 2018. Laba bersih itu naik 21,6% dibanding laba bersih periode sebelumnya.
(dru) Next Article Laba Naik 22%, Saham Maybank Indonesia Melesat 11%
Direktur Keuangan Maybank Indonesia Thilagavathy Nadason, mengatakan, hal ini dilakukan untuk mengantisipasi bila pemilihan umum tidak berjalan sesuai dengan harapan, bank masih memiliki likuiditas.
"Untuk jaga-jaga supaya electionnya kalau tidak smooth kita tetap butuh likuiditas. Jadi dari segi itu, cost of liquidity akan naik juga," kata Thilagavathy usai konferensi pers laporan keuangan full year 2018, Senin (18/2/2019).
![]() |
"Kita harap dengan naiknya loan sebanyak 9%. NII bisa tumbuh di kisaran 4%-5% dan kebanyakan squeez-nya itu dari cost of find," ucapnya.
Kenaikan bunga kredit itu, kata Thilagavathy, tidak akan sebesar dengan kenaikan bank Indonesia (BI) rate. Dia berharap, tahun ini likuiditas akan meningkat lebih dari yang dibutuhkan. "Secara buffer memang konservatif," ujarnya.
Thila menambahkan, kenaikan bunga kredit sebenarnya sudah terjadi sejak Desember 2018 lalu. Bunga kredit naik antara 10 bps dan 25 bps. Thilagavathy menyebut angka kenaikan itu tidak akan lebih dari itu.
"Segmennya bisnis banking, yaitu commercial dan UMKM dulu. Untuk KPR kan udah fix rate tiga tahun tidak bisa. Jadi setelah itu koperasi yang besar-besar pun kami akan coba naikkan suku bunga sedikit di 2019," imbuhnya.
PT Bank Maybank Indonesia Tbk (BNII) mencatatkan laba bersih setelah pajak dan Kepentingan Non Pengendali (PATAMI-Profit After Tax and Minority Interest) sebesar Rp2,2 triliun sepanjang 2018. Laba bersih itu naik 21,6% dibanding laba bersih periode sebelumnya.
(dru) Next Article Laba Naik 22%, Saham Maybank Indonesia Melesat 11%
Most Popular