Asing 'Kabur' 6 Hari Berturut-Turut, IHSG Terkapar Lagi

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
15 February 2019 16:52
Asing 'Kabur' 6 Hari Berturut-Turut, IHSG Terkapar Lagi
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Dibuka menguat 0,09%, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) justru mengakhiri perdagangan terakhir di pekan ini dengan pelemahan sebesar 0,48% ke level 6.389,08.

IHSG senasib dengan bursa saham utama kawasan Asia yang juga ditransaksikan melemah: indeks Nikkei turun 1,13%, indeks Shanghai turun 1,37%, indeks Hang Seng turun 1,87%, indeks Straits Times turun 0,34%, dan indeks Kospi turun 1,34%.

Kekhawatiran terkait eskalasi perang dagang AS-China membuat bursa saham Benua Kuning ditinggalkan investor. Pada hari ini, negosiasi dagang tingkat menteri yang digelar di Beijing telah berakhir.

Negosiasi ini melibatkan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer, Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin, dan Wakil Perdana Menteri China Liu He.

Mereka mengakhiri pembicaraan pada tengah hari di hari Jumat dan para delegasi berpisah tanpa mengumumkan apapun, seperti dilansir dari AFP.

Kisi-kisi terkait dengan hasil negosiasi dagang bisa didapat dari cuitan Mnuchin. Dirinya mengatakan bahwa negosiasi berlangsung dengan produktif.

"Pertemuan yang produktif dengan Wakil Perdana Menteri China Liu He dan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer." cuit Mnuchin melalui akun @stevenmnuchin1.

Namun tetap saja, tak jelasnya hasil pertemuan kedua negara membuat investor resah. Apalagi, pada hari Kamis (14/2/2019) Bloomberg melaporkan bahwa AS dan China nyaris tak mencapai progres apapun dalam negosiasi dagang yang digelar di Beijing, menurut orang-orang yang familiar dengan jalannya negosiasi dagang tersebut.

Dalam rapat tertutup yang digelar, kedua pihak gagal untuk menipiskan ketidaksepahaman terkait reformasi struktural yang diminta AS kepada China.

Perkembangan ini menimbulkan pertanyaan terkait dengan perpanjangan periode gencatan senjata bidang perdagangan antara AS dan China yang akan berakhir pada 1 Maret. Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa dirinya terbuka untuk memperpanjang masa tenang tersebut jika kedua negara mendekati kesepakatan yang akan membuat China melakukan reformasi struktural atas kebijakan ekonomi dan perdagangannya.

Jika Trump sampai tak puas dengan hasil negosiasi dagang, periode gencatan senjata menjadi sangat mungkin untuk tidak diperpanjang. Lantas, bea masuk bagi produk impor asal China senilai US$ 200 miliar akan dinaikkan menjadi 25% (dari yang saat ini 10%) mulai tanggal 2 Maret.

Pihak China pun dimungkinkan untuk mengambil kebijakan balasan jika hal ini sampai terjadi, membawa perang dagang ke suatu level baru yang semakin panas.
Dari dalam negeri, tekanan bagi IHSG datang dari rilis data perdagangan internasional periode Januari 2019. Pada pagi hari, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa ekspor turun sebesar 4,7% YoY sepanjang bulan lalu, lebih dalam dari konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia yakni penurunan sebesar 0,61% YoY. Sementara itu, impor terkoreksi 1,83% YoY, juga lebih dalam dibandingkan konsensus yang memperkirakan koreksi sebesar 0,785% YoY.

Alhasil, defisit neraca dagang bulan Januari adalah senilai US$ 1,16 miliar, lebih dalam dari konsensus yang senilai US$ 925,5 juta. Defisit pada bulan Januari membengkak jika dibandingkan dengan defisit bulan Desember yang senilai US$ 1,03 miliar dan jika dibandingkan defisit Januari 2018 yang senilai US$ 756,02 juta.

Mengecewakannya kinerja ekspor sepanjang bulan lalu dipicu oleh kontraksi pada kedua pos pembentuknya, yakni migas dan non-migas. Sepanjang Januari 2019, ekspor migas anjlok 6,72% YoY, sementara ekspor non-migas melemah 4,5% YoY.

Dari sisi impor, terdapat tekanan bagi seluruh golongan penggunaan barang: impor barang konsumsi anjlok 10,39% YoY, impor bahan baku turun 0,11% YoY, dan impor barang modal turun 5,1% YoY.

Nilai impor barang konsumsi periode Januari 2019 (US$ 1,22 miliar) merupakan yang terendah sejak Juni 2018. Hal ini lantas merupakan indikasi dari lemahnya konsumsi masyarakat Indonesia.

Seiring dengan jebloknya impor barang konsumsi, saham-saham di sektor tersebut pun dilepas investor. Hingga akhir perdagangan, indeks sektor barang konsumsi melemah 0,93%, menjadikannya sektor dengan kontribusi terbesar bagi pelemahan IHSG.

Saham-saham barang konsumsi yang dilepas investor di antaranya: PT HM Sampoerna Tbk/HMSP (-1,86%), PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (-1,79%), PT Indofood Sukses Makmur Tbk/INDF (-1,66%), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk/ICBP (-0,71%), dan PT Kalbe Farma Tbk/KLBF (-0,63%). Investor asing memegang peranan penting dalam mendorong pelemahan IHSG pada hari ini. Hingga akhir perdagangan, investor asing membukukan jual bersih senilai Rp 286,8 miliar, menandai jual bersih selama 6 hari berturut-turut.

Pelemahan rupiah memantik aksi jual investor asing. Hingga akhir perdagangan, rupiah melemah 0,39% di pasar spot ke level Rp 14.140/dolar AS.

Pelemahan rupiah tak lain disebabkan oleh bengkaknya defisit neraca dagang Indonesia. Defisit neraca dagang periode Januari 2019 yang senilai US$ 1,16 miliar merupakan defisit bulan Januari yang terparah dalam setidaknya 12 tahun terakhir. Sebagai catatan, biasanya bulan Januari justru menghasilkan surplus. Dalam 12 tahun terakhir, hanya 4 kali neraca dagang membukukan defisit pada bulan Januari, sementara surplus tercatat sebanyak 8 kali.

Dengan defisit neraca dagang yang begitu dalam, ada kemungkinan bahwa defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) periode kuartal-I 2019 akan kembali bengkak. Sebagai informasi, sepanjang kuartal-IV 2018 CAD Indonesia tercatat senilai US$ 9,1 miliar atau 3,57% dari PDB, terdalam sejak kuartal-II 2014.

5 besar saham yang dilepas investor asing adalah: PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 114,7 miliar), PT Astra International Tbk/ASII (Rp 49,3 miliar), PT United Tractors Tbk/UNTR (Rp 48,2 miliar), PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (Rp 42 miliar), dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 40,9 miliar).

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular