
Investor Asing Masih Jualan, IHSG Hanya Bisa Naik Tipis
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
14 February 2019 17:01

Berbeda dengan bursa saham negara-negara tetangga, IHSG justru sudah melemah selama 5 hari berturut-turut. Dalam periode 7-13 Februari, IHSG melemah sebesar 1,97%. Bengkaknya defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) menjadi motor yang membuat bursa saham Indonesia tertekan dalam beberapa hari terakhir.
Sepanjang kuartal-IV 2018, CAD Indonesia tercatat senilai US$ 9,1 miliar atau 3,57% dari PDB, naik dari capaian kuartal-III 2018 yang sebesar 3,37% dari PDB. CAD pada kuartal-IV 2018 merupakan yang terparah sejak kuartal-II 2014.
Lantaran sudah terkoreksi dalam, ruang bagi investor untuk melakukan aksi beli di bursa saham tanah air menjadi terbuka. Sentimen positif berupa damai dagang AS-China dan rilis data ekonomi China yang menggembirakan dimanfaatkan investor untuk melakukan aksi beli.
Namun sayang, aksi jual investor asing membuat IHSG hanya bisa menguat tipis. Hingga akhir perdagangan, investor asing membukukan jual bersih senilai Rp 963,8 miliar. Jual bersih pada hari ini lantas menandai yang ke 5 secara berturut-turut.
Pelemahan rupiah sukses memaksa investor asing untuk kembali keluar dari pasar saham tanah air. Hingga akhir perdagangan, rupiah melemah 0,21% di pasar spot ke level Rp 14.085/dolar AS. Pelemahan rupiah, apalagi jika berlangsung dalam dan lama, tentu berpotensi membuat investor asing menderita rugi kurs.
Rilis data ekonomi AS menjadi momok bagi rupiah. Kemarin tingkat inflasi AS periode Januari diumumkan stagnan alias tak ada perubahan harga. Data ini berada di bawah konsensus yang memperkirakan adanya inflasi sebesar 0,1% MoM, seperti dilansir dari Forex Factory.
Namun, tingkat inflasi inti periode yang sama diumumkan sebesar 0,2% MoM, sesuai dengan ekspektasi. Secara tahunan, tingkat inflasi inti berada di level 2,2% YoY.
Tingkat inflasi inti yang relatif tinggi lantas memantik kekhawatiran bahwa The Federal Reserve selaku bank sentral AS akan mengeksekusi kenaikan suku bunga acuan pada tahun ini.
Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 13 Februari 2019, kemungkinan bahwa the Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps pada tahun ini adalah 11,3%, melonjak dari posisi 11 Februari yang sebesar 1,8%.
TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/hps)
Sepanjang kuartal-IV 2018, CAD Indonesia tercatat senilai US$ 9,1 miliar atau 3,57% dari PDB, naik dari capaian kuartal-III 2018 yang sebesar 3,37% dari PDB. CAD pada kuartal-IV 2018 merupakan yang terparah sejak kuartal-II 2014.
Lantaran sudah terkoreksi dalam, ruang bagi investor untuk melakukan aksi beli di bursa saham tanah air menjadi terbuka. Sentimen positif berupa damai dagang AS-China dan rilis data ekonomi China yang menggembirakan dimanfaatkan investor untuk melakukan aksi beli.
Pelemahan rupiah sukses memaksa investor asing untuk kembali keluar dari pasar saham tanah air. Hingga akhir perdagangan, rupiah melemah 0,21% di pasar spot ke level Rp 14.085/dolar AS. Pelemahan rupiah, apalagi jika berlangsung dalam dan lama, tentu berpotensi membuat investor asing menderita rugi kurs.
Rilis data ekonomi AS menjadi momok bagi rupiah. Kemarin tingkat inflasi AS periode Januari diumumkan stagnan alias tak ada perubahan harga. Data ini berada di bawah konsensus yang memperkirakan adanya inflasi sebesar 0,1% MoM, seperti dilansir dari Forex Factory.
Namun, tingkat inflasi inti periode yang sama diumumkan sebesar 0,2% MoM, sesuai dengan ekspektasi. Secara tahunan, tingkat inflasi inti berada di level 2,2% YoY.
Tingkat inflasi inti yang relatif tinggi lantas memantik kekhawatiran bahwa The Federal Reserve selaku bank sentral AS akan mengeksekusi kenaikan suku bunga acuan pada tahun ini.
Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 13 Februari 2019, kemungkinan bahwa the Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps pada tahun ini adalah 11,3%, melonjak dari posisi 11 Februari yang sebesar 1,8%.
TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/hps)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular