Tertolong Rilis Cadangan AS, Harga Minyak Menguat Tipis

Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
14 February 2019 12:15
Hingga pukul 12:00 WIB, harga minyak jenis Brent kontrak April naik sebesar 0,58% ke posisi US$ 63,98/barel
Foto: Ilustrasi: Fasilitas minyak terlihat di Danau Maracaibo di Cabimas, Venezuela, 29 Januari 2019. REUTERS / Isaac Urrutia
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah pada siang hari ini (14/2) masih lanjut menguat

Hingga pukul 12:00 WIB, harga minyak jenis Brent kontrak April naik sebesar 0,58% ke posisi US$ 63,98/barel, setelah juga menguat 1,91% kemarin (13/2).

Sementara harga minyak jenis lightsweet (WTI) kontrak Maret juga menguat sebesar 0,50% ke level US$ 54,17/barel, setelah ditutup naik 1,51% pada perdagangan kemarin.

Selama sepekan harga minyak tercatat naik sekitar 3,36% secara point-to-point. Sedangkan sejak awal tahun, harga si emas hitam masih tercatat naik sekitar 19%.



Semakin optimisnya pelaku pasar akan perkembangan yang baik dari dialog dagang AS-China memberi sokongan pada harga emas hingga hari ini.

Sebuah kabar dari South China Morning Post mengatakan bahwa Presiden China, Xi Jinping dijadwalkan hadir dalam dialog dagang hari Jumat mendatang, menurut seorang sumber yang mengetahui rencana tersebut, mengutip Reuters.

Turut hadirnya Xi Jinping dalam arena dialog akan menjadi pendorong yang ampuh untuk mempercepat laju perundingan.

Bahkan Bloomberg baru saja melaporkan bahwa Presiden AS Donald Trump tengah mempertimbangkan untuk menambah tenggat waktu gencatan senjata selama 60 hari, mengutip Reuters.

Sebelumnya Trump memang telah mengeluarkan komentar senada beberapa waktu lalu.

"Saya mungkin bisa menoleransi kesepakatan mundur sedikit (dari tenggat waktu 1 Maret), tetapi saya lebih suka tidak," ujar Trump saat rapat kabinet, mengutip Reuters.

Bila kesepakatan antara kedua negara raksasa ekonomi dunia tersebut bisa cepat dicapai, maka perdagangan dunia bisa kembali lancar.

Akibatnya, roda ekonomi yang tengah melambat saat ini dapat kembali di gas. Permintaan akan energi pun bisa terkerek naik.

Selain itu, ancaman kembali tutupnya sebagai layanan pemerintah (government shutdown) AS yang muncul beberapa hari lalu juga bisa dihindari.

Pasalnya, pasca adanya kesepakatan dari kongres perihal anggaran pemerintah yang akan kembali diajukan pekan ini, Trump disebut-sebut bisa menerima usulan tersebut tersebut.

Jika berjalan lancar, maka Trump akan meneken rancangan anggaran baru pada akhir pekan ini. Dengan begitu, AS bisa terhindar dari shutdown, dan ekonomi bisa berjalan tanpa hambatan.

Namun demikian, Rabu kemarin lembaga resmi pemerintah AS, Energy Information Administration (EIA) merilis data yang menunjukkan bahwa inventori minyak mentah Negeri Paman Sam kembali meningkat.

Dalam rilisnya, EIA menuliskan bahwa inventori minyak AS di minggu yang berakhir pada 8 Februari naik 3,6 juta barel menjadi 450,8 juta barel, yang merupakan jumlah tertinggi sejak November 2017.

Meningkatnya inventori minyak diakibatkan oleh aktifitas kilang pengolahan minyak AS yang sedang lesu.

Utilisasi kilang pengolahan minyak mentah berkurang 4,8 persen poin menjadi 85,9% dari total kapasitasnya, yang mana terendah sejak Oktober 2017, berdasarkan data dari EIA.

Alhasil, jumlah hasil olahan kilang minyak minggu lalu berkurang 865.000 barel/hari menjadi hanya 15,8 juta barel/hari.

Hal ini menjadi salah satu pertanda bahwa permintaan produk-produk olahan minyak seperti bensin memang sedang lesu.

Padahal, produksi minyak AS terus masih berada di rekor tertingginya, yaitu sebesar 11,9 juta barel/hari, yang dicapai sejak awal Januari.

Tingginya jumlah pasokan minyak kala permintaan sedang lesu menimbulkan kekhawatiran pelaku pasar akan kesetimbangan fundamental di pasar minyak dunia yang bisa kembali timpang seperti tahun lalu. Tak ayal sentimen ini dapat menghambat kenaikan harga minyak.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/gus) Next Article Sepekan Melejit 5% Lebih, Harga Minyak Dunia kini Terpeleset

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular