Lumayan, Rupiah Tak Lagi Terlemah di Asia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
12 February 2019 12:32
Lumayan, Rupiah Tak Lagi Terlemah di Asia
Ilustrasi Money Changer (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) memang masih melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Namun sebenarnya kondisi rupiah agak membaik. 

Pada Selasa (12/2/2019) pukul 12:21 WIB, US$ 1 diperdagangkan Rp 14.055. Rupiah melemah 0,14% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. 

Meski masih melemah, depresiasi rupiah semakin menipis. Rupiah sempat begitu dekat dengan Rp 14.100/US$, di mana posisi terlemah mata uang Tanah Air hingga tengah hari ini adalah Rp 14.095/US$. 





Jelang tengah hari, dolar AS mulai kehilangan cengkeramannya di Asia. Mayoritas mata uang Benua Kuning kini mampu menguat dengan rupee India sebagai yang terbaik. 

Rupiah pun bukan lagi menjadi mata uang terlemah di Asia. Kini posisi juru kunci di klasemen mata uang Benua Kuning ditempati oleh yen Jepang. Rupiah naik satu tingkat ke posisi runner-up dari bawah. 

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 12:21 WIB: 




(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Investor mulai berani melepas dolar AS karena serangkaian sentimen positif eksternal. Dari Washington, ada peluang pemerintahan AS tidak mengalami penutupan sebagian (partial shutdown) setelah anggaran sementara berakhir pada 15 Februari. 

Mengutip Reuters, Kongres diberitakan  telah mencapai kesepakatan tentatif untuk mencegah terjadinya shutdown. Seorang sumber yang ikut dalam proses negosiasi mengungkapkan, Kongres sepakat untuk menganggarkan US$ 1,37 miliar untuk pembangunan pagar tinggi di perbatasan AS-Meksiko. 

Memang bukan tembok seperti yang ngotot diperjuangkan Presiden AS Donald Trump, anggarannya juga jauh lebih kecil dari US$ 5,7 miliar. Namun pagar ini bisa menjadi jalan tengah yang menyatukan Capitol Hill dengan Gedung Putih. 

"Kami sudah mencapai kesepakatan prinsip. Sekarang staf kami sedang menyusun rinciannya," ujar Richard Shelby, Senator Alabama dari Partai Republik, mengutip Reuters. 

Selain harapan shutdown tidak terulang lagi, sentimen positif yang membuat investor mulai agak berani mengambil risiko adalah perkembangan dialog dagang AS-China. Sepanjang pekan ini, delegasi AS berada di Beijing untuk melakukan dialog dagang. Washington tetap optimistis AS-China akan mencapai sebuah kesepakatan menuju damai dagang.  

"Sepertinya begitu, tentu saja," ujar Kellyanne Conway, Penasihat Senior Gedung Putih, saat menjawab pertanyaan apakah kesepakatan dagang AS-China sudah semakin dekat. 

Untuk menambah optimisme, Conway bahwa menyatakan Presiden Trump masih mungkin bertemu dengan Presiden China Xi Jinping. Trump, menurut Conway, ingin membuat kesepakatan dengan China yang adil bagi rakyat dan kepentingan AS. 

Semoga kabar-kabar positif seperti ini terus bermunculan sehingga harapan damai dagang AS-China tidak pudar. Sebab harapan tersebut akan menjadi mood booster yang ampuh bagi pasar keuangan Asia. 


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)


Sepertinya rupiah masih menanggung beban dari rilis Neraca Pembayaran Indonesia (NPI). Pada kuartal IV-2018 NPI tercatat surplus US$ 5,42 miliar, tetapi karena terus defisit pada 3 kuartal sebelumnya, NPI sepanjang 2018 tetap minus US$ 7,13 miliar. Defisit NPI pada 2018 menjadi yang terdalam sejak 2013. 

Sementara defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD) pada kuartal IV-2018 adalah 3,57% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Ini menjadi defisit terdalam sejak kuartal II-2014.  

Untuk keseluruhan 2018, defisit transaksi berjalan masih di bawah 3% PDB tepatnya 2,98%. Namun ini juga menjadi catatan terburuk sejak 2014. 

NPI menggambarkan keseimbangan eksternal Indonesia, seberapa banyak devisa yang masuk dan keluar. Jika defisit, maka lebih banyak devisa yang keluar ketimbang yang masuk. Artinya lebih banyak rupiah 'dibakar' untuk ditukarkan menjadi valas sehingga ketika NPI defisit menjadi wajar apabila rupiah melemah. 

Apalagi transaksi berjalan terus mencatatkan defisit, bahkan semakin dalam. Transaksi berjalan menggambarkan devisa dari ekspor-impor barang dan jasa, devisa yang lebih bertahan lama.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular