
Dolar AS Masih Perkasa, Rupiah Terlemah Kedua di Asia
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
12 February 2019 08:39

Selain itu, dolar AS memang praktis sedang tanpa lawan. Euro, yang sebenarnya diharapkan mampu mengimbangi, ternyata melempem.
Kemarin, euro melemah 0,47% terhadap dolar AS. Bahkan pelemahan euro sudah terjadi selama 6 hari beruntun, dan selama periode itu mata uang Benua Biru terdepresiasi hingga 1,56%.
Apa boleh buat, data-data ekonomi Eropa memang tidak mendukung penguatan euro. Dari Jerman, surplus perdagangan pada Desember 2018 tercatat EUR 13,9 miliar. Jauh di bawah bulan sebelumnya yang mencapai EUR 20,4 miliar dan Desember 2017 yaitu EUR 18,4 miliar.
Sementara pertumbuhan ekonomi Zona Euro pada kuartal IV-2018 adalah 0,2% year-on-year (YoY), sama seperti kuartal sebelumnya. Laju tersebut menjadi yang paling lambat sejak kuartal II-2014.
Kemudian angka pembacaan awal untuk inflasi Zona Euro pada Januari 2019 adalah 1,4% YoY. Lebih lambat dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 1,6% YoY. Perlambatan laju inflasi menandakan permintaan yang masih terbatas.
Perekonomian Eropa yang agak suram itu membuat prospek kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Sentral Eropa (ECB) menjadi mengecil. Mario Draghi cs memang masih menargetkan kenaikan suku bunga acuan setidaknya musim panas (tengah tahun) ini. Namun dengan kondisi ekonomi yang seperti itu, target tersebut sepertinya sulit terlaksana.
Akibatnya, dolar AS kembali tanpa lawan. Investor kembali mengarahkan investasinya ke mata uang Negeri Paman Sam, yang kemudian menebar ancaman kepada mata uang lainnya termasuk rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Kemarin, euro melemah 0,47% terhadap dolar AS. Bahkan pelemahan euro sudah terjadi selama 6 hari beruntun, dan selama periode itu mata uang Benua Biru terdepresiasi hingga 1,56%.
Sementara pertumbuhan ekonomi Zona Euro pada kuartal IV-2018 adalah 0,2% year-on-year (YoY), sama seperti kuartal sebelumnya. Laju tersebut menjadi yang paling lambat sejak kuartal II-2014.
Kemudian angka pembacaan awal untuk inflasi Zona Euro pada Januari 2019 adalah 1,4% YoY. Lebih lambat dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 1,6% YoY. Perlambatan laju inflasi menandakan permintaan yang masih terbatas.
Perekonomian Eropa yang agak suram itu membuat prospek kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Sentral Eropa (ECB) menjadi mengecil. Mario Draghi cs memang masih menargetkan kenaikan suku bunga acuan setidaknya musim panas (tengah tahun) ini. Namun dengan kondisi ekonomi yang seperti itu, target tersebut sepertinya sulit terlaksana.
Akibatnya, dolar AS kembali tanpa lawan. Investor kembali mengarahkan investasinya ke mata uang Negeri Paman Sam, yang kemudian menebar ancaman kepada mata uang lainnya termasuk rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular