
Analisis Teknikal
Awas! Ada Sinyal Tren Pelemahan Rupiah Jangka Pendek
Yazid Muamar, CNBC Indonesia
07 February 2019 11:07

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah terpantau melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) jelang siang ini. Rupiah bahkan menjadi yang terlemah jika dibandingkan mata uang di kawasan Asia, Kamis (7/2/2019).
Hingga pukul 10:0O WIB, rupiah dibanderol Rp 13.980 per satu US$ atau melemah 0,45% jika dibandingkan penutupan hari sebelumnya di pasar spot. Padahal kala pembukaan pasar, rupiah terdepresiasi tipis hanya 0,06%. Seiring perjalanan pasar, rupiah terus melemah.
Sentimen negatif yang membuat rupiah sedikit depresi adalah penantian investor terhadap data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI). Rencananya esok hari Bank Indonesia (BI) mengumumkan NPI pukul 16:00 di hadapan awak media.
BI memperkirakan NPI kuartal IV-2018 bisa surplus, tetapi defisit di transaksi berjalan (current account) masih cukup lebar di kisaran 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Dengan kondisi fundamental yang agak rentan, rupiah bisa terserang koreksi secara teknikal (technical correction).
Sebab investor sudah menang banyak sehingga beberapa investor ada yang tergiur merealisasikan keuntungan (profit taking). Penguatan rupiah hingga tahun berjalan memang sedikit 'robush'. Rupiah menguat hingga 3% terhadap dolar AS sejak awal tahun.
Secara teknikal, rupiah memiliki kecenderungan tertekan atas dolar Amerika Serikat (AS). Hal ini terlihat dari pergerakan dolar terhadap rupiah yang mulai bergerak di atas garis rata-rata nilainya selama lima hari (moving average five/MA5), artinya dolar AS lebih mendominasi pergerakan dalam jangka pendek.
Potensi pelemahan jangka pendek juga ditunjukkan oleh indikator teknikal bersifat momentum. Pada indikator stochastic slow, rupiah digambarkan telah memasuki fase jenuh beli (overbought), sehingga berpotensi terkoreksi jika tren penguatan berpotensi tertahan jika tidak didukung volume dan sentimen pasar yang mampu membuat pelaku pasar mengoleksi rupiah.
Tren pergerakan mata uang garuda sebenarnya masih di fase penguatan jika dilihat dari awal tahun. Hal ini tercermin dari grafik dolar AS terhadap rupiah yang bergerak turun (downtrend).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/hps) Next Article Tunggu Keputusan dari Thamrin, Rupiah Sulit Bekuk Dolar
Hingga pukul 10:0O WIB, rupiah dibanderol Rp 13.980 per satu US$ atau melemah 0,45% jika dibandingkan penutupan hari sebelumnya di pasar spot. Padahal kala pembukaan pasar, rupiah terdepresiasi tipis hanya 0,06%. Seiring perjalanan pasar, rupiah terus melemah.
Sentimen negatif yang membuat rupiah sedikit depresi adalah penantian investor terhadap data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI). Rencananya esok hari Bank Indonesia (BI) mengumumkan NPI pukul 16:00 di hadapan awak media.
Sebab investor sudah menang banyak sehingga beberapa investor ada yang tergiur merealisasikan keuntungan (profit taking). Penguatan rupiah hingga tahun berjalan memang sedikit 'robush'. Rupiah menguat hingga 3% terhadap dolar AS sejak awal tahun.
Secara teknikal, rupiah memiliki kecenderungan tertekan atas dolar Amerika Serikat (AS). Hal ini terlihat dari pergerakan dolar terhadap rupiah yang mulai bergerak di atas garis rata-rata nilainya selama lima hari (moving average five/MA5), artinya dolar AS lebih mendominasi pergerakan dalam jangka pendek.
![]() |
Potensi pelemahan jangka pendek juga ditunjukkan oleh indikator teknikal bersifat momentum. Pada indikator stochastic slow, rupiah digambarkan telah memasuki fase jenuh beli (overbought), sehingga berpotensi terkoreksi jika tren penguatan berpotensi tertahan jika tidak didukung volume dan sentimen pasar yang mampu membuat pelaku pasar mengoleksi rupiah.
Tren pergerakan mata uang garuda sebenarnya masih di fase penguatan jika dilihat dari awal tahun. Hal ini tercermin dari grafik dolar AS terhadap rupiah yang bergerak turun (downtrend).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/hps) Next Article Tunggu Keputusan dari Thamrin, Rupiah Sulit Bekuk Dolar
Most Popular