
Internasional
The Fed Setop Naikkan Suku Bunga, Ekonomi AS Bisa Menguat
Prima Wirayani, CNBC Indonesia
04 February 2019 07:47

Jakarta, CNBC Indonesia - Keputusan bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve untuk menghentikan kenaikan suku bunga acuan akan menjaga perekonomian AS yang sehat secara fundamental agar tetap berada di jalur pertumbuhan lebih tinggi lagi.
Hal itu disampaikan Presiden Federal Reserve Minneapolis Neel Kashkari dalam sebuah acara di gereja di Long Lake, Minnesota, AS, Minggu (3/2/2019). Acara tersebut tertutup bagi wartawan namun rekaman suara perhelatan itu kemudian diedarkan.
"Saya rasa kita masih memiliki ruang untuk berlari dalam pertumbuhan ekonomi AS," kata Kashkari, dilansir dari Reuters.
"Perekonomian AS sehat secara fundamental," tambahnya.
"Kami di The Fed tidak dapat mengontrol bila Eropa mengalami krisis, atau bila China mengalami hard landing, namun kami dapat mengontrol kesalahan kami sendiri, jadi bila kita dapat menghindari menginjak rem secara prematur, saya rasa pertumbuhan dapat terus berlanjut."
Pekan lalu, The Fed menghapus janji untuk tetap menaikkan suku bunga secara bertahap dan alih-alih berjanji untuk lebih sabar dalam mengubah arah kebijakan moneternya. Pernyataan dovish itu disambut baik oleh para pelaku pasar namun oleh beberapa analis dianggap sebagai isyarat bahwa ekonomi mulai melemah.
The Fed telah menaikkan suku bunganya sejak Desember 2015 termasuk empat kali di 2018 menjadi kisaran 2,25%-2,5%.
"Saya rasa ada banyak orang di luar sana yang ingin bekerja. Mari biarkan ekonomi terus menguat dan bila kita kemudian melihat tanda-tanda, upah naik, inflasi meningkat, kita akan selalu bisa menginjak rem. Mari jangan menginjak rem terlalu cepat," ujar Kashkari.
Ia menegaskan bahwa proyeksi perekonomian AS masih kuat. Selama tidak ada tanda-tanda ekonomi overheating, The Fed tidak seharusnya mendorong bunga jangka pendek di atas jangka panjang dan menciptakan apa yang disebut pembalikan yield atau inverted yield yang menjadi tanda awal resesi.
Simak video pernyataan dovish The Fed berikut ini.
(prm) Next Article The Fed Kembali 'Guyur' Rp 889 T ke Pasar Uang AS
Hal itu disampaikan Presiden Federal Reserve Minneapolis Neel Kashkari dalam sebuah acara di gereja di Long Lake, Minnesota, AS, Minggu (3/2/2019). Acara tersebut tertutup bagi wartawan namun rekaman suara perhelatan itu kemudian diedarkan.
"Saya rasa kita masih memiliki ruang untuk berlari dalam pertumbuhan ekonomi AS," kata Kashkari, dilansir dari Reuters.
"Kami di The Fed tidak dapat mengontrol bila Eropa mengalami krisis, atau bila China mengalami hard landing, namun kami dapat mengontrol kesalahan kami sendiri, jadi bila kita dapat menghindari menginjak rem secara prematur, saya rasa pertumbuhan dapat terus berlanjut."
![]() |
Pekan lalu, The Fed menghapus janji untuk tetap menaikkan suku bunga secara bertahap dan alih-alih berjanji untuk lebih sabar dalam mengubah arah kebijakan moneternya. Pernyataan dovish itu disambut baik oleh para pelaku pasar namun oleh beberapa analis dianggap sebagai isyarat bahwa ekonomi mulai melemah.
The Fed telah menaikkan suku bunganya sejak Desember 2015 termasuk empat kali di 2018 menjadi kisaran 2,25%-2,5%.
"Saya rasa ada banyak orang di luar sana yang ingin bekerja. Mari biarkan ekonomi terus menguat dan bila kita kemudian melihat tanda-tanda, upah naik, inflasi meningkat, kita akan selalu bisa menginjak rem. Mari jangan menginjak rem terlalu cepat," ujar Kashkari.
Ia menegaskan bahwa proyeksi perekonomian AS masih kuat. Selama tidak ada tanda-tanda ekonomi overheating, The Fed tidak seharusnya mendorong bunga jangka pendek di atas jangka panjang dan menciptakan apa yang disebut pembalikan yield atau inverted yield yang menjadi tanda awal resesi.
Simak video pernyataan dovish The Fed berikut ini.
(prm) Next Article The Fed Kembali 'Guyur' Rp 889 T ke Pasar Uang AS
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular