
Kemenkeu: Penguatan Rupiah Jadi Bukti RI Tak Sedang Krisis!
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
01 February 2019 15:49

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menegaskan kondisi Indonesia tidak dalam masa krisis. Hal ini dibuktikan dari penguatan rupiah.
Pesan tersebut disampaikan Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kementerian Keuangan Nufransa Wira Sakti, seperti dikutip CNBC Indonesia, Jumat (1/2/2019).
"Indonesia tidak krisis! Kondisi ekonomi Indonesia sangat baik," kata Nufransa melalui akun Facebook-nya.
Pernyataan tersebut tak lepas dari pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang kembali ke bawah Rp 14.000/US$. Bahkan, level rupiah hari ini masih bertahan di Rp 13.900/US$.
Pada Jumat (1/2/2019) pukul 14:00, US$ 1 dibanderol di level Rp 13.955, atau menguat 0,11% jika dibandingkan dengan penutupan pasar spot Kamis.
Menurut Nufransa, penguatan rupiah tak lepas dari hasil rapat Federal Open Market Committe (FOMC) yang memutuskan tidak akan mengubah kebiijakan suku bunga bank sentral AS (The Federal Reserve).
Sikap Fed yang lebih lunak (dovish) membuat arus modal meninggalkan negeri Paman Sam, dan berlabuh ke sejumlah negara-negara berkembang seperti Indonesia.
"Di kawasan Asia, rupiah menguat paling moncer bila dibanding Ringgit, Dolar Singapura, Baht, Peso, Yen, Yuan, dan Dolar Taiwan," ungkapnya.
Bendahara negara menegaskan, naik turunnya nilai tukar terhadap dolar AS memang sangat terpengaruh dari kondisi global, terutama sentimen yang bersumber dari AS.
"Saat rupiah melemah dan nilai dolar melambung tinggi, beberapa pihak menuduh pemerintah selalu menyalahkan kondisi global terutama naiknya suku bunga The Fed. Padahal memang faktanya seperi itu," katanya.
"Namun demikian, saat rupiah melemah, pemerintah dan BI tidak tinggal diam. BI sebagai otoritas moneter yang bertugas menjaga stabilitas nilai tukar rupiah selalu berlaku profesional dan independen,"
"Kementerian Keuangan juga membuat berbagai kebijakan untuk memacu ekspor dan mengendalikan impor," jelasnya
Menurur Nufransa, derasnya aliran modal asing yang masuk ke pasar keuangan domestik mencerminkan bahwa para pelaku pasar memandang optimis prospek perekonomian Indonesia.
"Pilihan investor untuk membawa arus modal masuk ke Indonesia tentu saja merupakan bentuk kepercayaan akan stabilitas ekonomi dan keamanan berinvestasi di Indonesia," tegasnya.
(dru) Next Article Yield Obligasi Pemerintahan Biden Turun, Apa Ngaruhnya?
Pesan tersebut disampaikan Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kementerian Keuangan Nufransa Wira Sakti, seperti dikutip CNBC Indonesia, Jumat (1/2/2019).
"Indonesia tidak krisis! Kondisi ekonomi Indonesia sangat baik," kata Nufransa melalui akun Facebook-nya.
![]() |
Pada Jumat (1/2/2019) pukul 14:00, US$ 1 dibanderol di level Rp 13.955, atau menguat 0,11% jika dibandingkan dengan penutupan pasar spot Kamis.
Menurut Nufransa, penguatan rupiah tak lepas dari hasil rapat Federal Open Market Committe (FOMC) yang memutuskan tidak akan mengubah kebiijakan suku bunga bank sentral AS (The Federal Reserve).
Sikap Fed yang lebih lunak (dovish) membuat arus modal meninggalkan negeri Paman Sam, dan berlabuh ke sejumlah negara-negara berkembang seperti Indonesia.
"Di kawasan Asia, rupiah menguat paling moncer bila dibanding Ringgit, Dolar Singapura, Baht, Peso, Yen, Yuan, dan Dolar Taiwan," ungkapnya.
Bendahara negara menegaskan, naik turunnya nilai tukar terhadap dolar AS memang sangat terpengaruh dari kondisi global, terutama sentimen yang bersumber dari AS.
"Saat rupiah melemah dan nilai dolar melambung tinggi, beberapa pihak menuduh pemerintah selalu menyalahkan kondisi global terutama naiknya suku bunga The Fed. Padahal memang faktanya seperi itu," katanya.
"Namun demikian, saat rupiah melemah, pemerintah dan BI tidak tinggal diam. BI sebagai otoritas moneter yang bertugas menjaga stabilitas nilai tukar rupiah selalu berlaku profesional dan independen,"
"Kementerian Keuangan juga membuat berbagai kebijakan untuk memacu ekspor dan mengendalikan impor," jelasnya
Menurur Nufransa, derasnya aliran modal asing yang masuk ke pasar keuangan domestik mencerminkan bahwa para pelaku pasar memandang optimis prospek perekonomian Indonesia.
"Pilihan investor untuk membawa arus modal masuk ke Indonesia tentu saja merupakan bentuk kepercayaan akan stabilitas ekonomi dan keamanan berinvestasi di Indonesia," tegasnya.
(dru) Next Article Yield Obligasi Pemerintahan Biden Turun, Apa Ngaruhnya?
Most Popular