Kali Terakhir Tutup di Atas 6.500, Besoknya IHSG Anjlok 1,35%

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
31 January 2019 20:03
Lagi-Lagi Perang Dagang
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Hal yang membuat IHSG anjlok pada tanggal 1,35% yakni perang dagang berpotensi membayangi IHSG pada perdagangan esok hari. Kemarin dan hari ini, AS dan China menggelar negosiasi dagang tingkat tinggi di Washington yang melibatkan tokoh-tokoh penting seperti Wakil Perdana Menteri China Liu He dan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer.

Negosiasi kali ini terbilang krusial. Pasalnya, periode gencatan senjata selama 90 hari yang disetujui oleh Trump dengan Presiden China Xi Jinping di sela-sela KTT G20 pada Desember silam akan berakhir pada tanggal 1 Maret mendatang.

Trump sebelumnya sudah mengancam akan menaikkan bea masuk bagi produk impor asal China senilai US$ 200 miliar menjadi 25% dari yang sebelumnya 10%, jika kedua negara gagal mencapai kesepakatan dagang hingga tenggat waktu tersebut berakhir.

Kemarin, orang-orang yang familiar dengan dialog dagang AS-China mengatakan bahwa sejauh ini hanya ada sedikit indikasi bahwa pejabat pemerintahan China akan memenuhi permintaan utama dari AS yakni melindungi hak kekayaan intelektual dari perusahaan-perusahaan asal Negeri Paman Sam, serta mengakhiri kebijakan-kebijakan yang dianggap memaksa adanya transfer teknologi dari perusahaan asal AS kepada perusahaan asal China, seperti dikutip dari Reuters.

“Jelas bahwa terkait masalah-masalah struktural, dalam transfer teknologi secara paksa, ada perbedaan yang signifikan jika bukan jurang yang besar di antara kedua pihak,” papar salah seorang dari sumber tersebut, seperti dikutip dari Reuters.

Terkait masalah transfer teknologi secara paksa, China sejatinya tak benar-benar keras kepala. China diketahui bergerak cepat guna meloloskan Rancangan Undang-Undang (RUU) yang akan melarang transfer teknologi secara paksa dan intervensi pemerintah secara ilegal terhadap perusahaan-perusahaan asing yang beroperasi di Negeri Panda.

Xinhua News melaporkan bahwa pemungutan suara terhadap RUU tersebut akan dilakukan pada bulan Maret, seperti dikutip dari Reuters. RUU tersebut pada awalnya diperkenalkan pada 23 Desember 2018 dan biasanya memakan waktu satu tahun atau lebih untuk bisa diloloskan.

Pemungutan suara atas RUU tersebut dipercepat pasca National People’s Congress (NPC) Standing Committee menggelar rapat khusus selama 2 hari pada pekan ini untuk melakukan tinjauan yang kedua terhadap RUU tersebut.

Dengan etikat baik yang ditunjukkan China, ada kemungkinan negosiasi dagang kali ini akan membuahkan hasil yang signifikan.

Namun, kemungkinan bahwa negosiasi dagang AS-China tak membuahkan hasil juga tak bisa dibilang kecil. Jika AS merasa tawaran dari China tak memuaskan, bisa jadi tawaran tersebut akan ditolak mentah-mentah.

Selama perang dagang kedua negara berkecamuk, terlihat bahwa pemerintahan AS sama sekali belum melunak terhadap China, berbeda dengan dalam hal lain seperti pembangunan tembok perbatasan AS-Meksiko.

Dalam masa kampanye, Trump menyebut bahwa dirinya akan membuat Meksiko membayar sendiri biaya pembangunan tembok perbatasan kedua negara. Namun, hal ini tidak terealisasi.

Belum lama ini, pemerintahan AS harus mengalami yang namanya partial government shutdown selama 35 hari lantaran Partai Demokrat menolak anggaran pembangunan tembok perbatasan AS-Meksiko senilai US$ 5,7 miliar yang diminta Trump. (ank/gus)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular