
Rupiah Terkuat di Asia, Tapi Hati-hati Kalau Terlalu Kuat
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
31 January 2019 16:45

Faktor utama yang mendorong keperkasaan rupiah berasal dari sisi eksternal, yaitu hasil rapat komite pembuat kebijakan The Federal Reserves/The Fed (Federal Open Market Committee/FOMC). Sesuai perkiraan, Jerome 'Jay' Powell dan kawan-kawan mempertahankan suku bunga acuan di 2,25-2,5% atau median 2,375%.
Tidak selesai sampai di situ, The Fed lagi-lagi menelurkan pernyataan bernada kalem alias dovish. The Fed bakal lebih bersabar dalam mengeksekusi kenaikan suku bunga acuan.
"Dalam situasi ekonomi global dan pasar keuangan saat ini, serta tekanan inflasi yang minim, Komite akan bersabar dalam menentukan kenaikan suku bunga acuan berikutnya," tulis pernyataan The Fed.
Situasi ini tidak menguntungkan bagi dolar AS. Tanpa kenaikan suku bunga, berinvestasi di dolar AS menjadi kurang pemanis. Selain itu, ekspektasi inflasi juga bisa terangkat sehingga menggerus nilai mata uang ini.
Tidak cuma di Asia, dolar AS juga melemah secara global. Pada pukul 16:19 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) masih terkoreksi 0,02%. Dalam seminggu terakhir, indeks ini jeblok 1,31%.
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
(aji/aji)
Tidak selesai sampai di situ, The Fed lagi-lagi menelurkan pernyataan bernada kalem alias dovish. The Fed bakal lebih bersabar dalam mengeksekusi kenaikan suku bunga acuan.
"Dalam situasi ekonomi global dan pasar keuangan saat ini, serta tekanan inflasi yang minim, Komite akan bersabar dalam menentukan kenaikan suku bunga acuan berikutnya," tulis pernyataan The Fed.
Tidak cuma di Asia, dolar AS juga melemah secara global. Pada pukul 16:19 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) masih terkoreksi 0,02%. Dalam seminggu terakhir, indeks ini jeblok 1,31%.
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular