
Analisis Teknikal
Perhatian! IHSG Siap Menembus Level 6.500
Yazid Muamar, CNBC Indonesia
31 January 2019 08:30

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ke jalur positif dengan menguat 0,43% ke level 6.464 kemarin, Rabu (30/1/2019).
Para pelaku pasar berbondong-bondong membeli saham untuk mengantisipasi keputusan bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve yang akan menahan suku bunganya dan mencermati pertemuan Wakil Perdana Menteri China Liu He di Washington yang membahas solusi atas perang dagang.
Tim Riset CNBC Indonesia memprediksi IHSG masih akan melanjutkan penguatan dengan menembus level resistance 6.500 hari ini, Kamis. Analisis tersebut berdasarkan perkembangan pasar dan hasil analisis secara teknikal.
Sentimen positif datang dari bursa Wall Street di mana tiga indeks utama membukukan performa kenaikan cukup signifikan. Dow Jones Industrial Average (DJIA) melonjak 1,77%, S&P 500 terdongkrak 1,57%, dan Nasdaq Composite melambung 2,18%.
Bursa saham New York mendapatkan dorongan dari keputusan rapat komite pengambil kebijakan The Federal Reserves/The Fed (Federal Open Market Committee/FOMC). Jerome 'Jay' Powell dan sejawat memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di 2,25%-2,5% atau median 2,375%. Sesuai dengan ekspektasi pasar.
"Dalam situasi ekonomi global dan pasar keuangan saat ini, serta tekanan inflasi yang minim, Komite akan bersabar dalam menentukan kenaikan suku bunga acuan berikutnya," tulis pernyataan The Fed.
Saham adalah instrumen yang bekerja optimal dalam lingkungan suku bunga rendah, karena kenaikan suku bunga akan mendongkrak biaya pinjaman emiten sehingga menggerus laba. Oleh karena itu, hasil rapat FOMC betul-betul direspons positif para pelaku pasar sehingga mengangkat kinerja Wall Street.
Dari dalam negeri, IHSG alami pembalikan arah (technical rebound), Rabu (30/1/2019), setelah dua hari tertekan indeks mampu mengakhiri perdagangan dengan penguatan 0,43% ke level 6.464. Dua indeks sektor utama, yaitu konsumer dan keuangan, tampak positif dalam mendorong kenaikan indeks.
Secara teknikal, IHSG mengakhiri perdagangan dengan pola lilin putih pendek (short white candle) yang mengindikasikan kenaikan lanjutan.
Potensi penguatan juga masih terlihat, di mana IHSG kembali bergerak di atas rata-rata nilainya selama lima hari (moving average/MA5).
Pergerakan IHSG hari ini akan cenderung dipengaruhi sentimen dari perkembangan ekonomi global, the Fed yang tampak lebih kalem berpotensi diikuti Bank Indonesia (BI) dalam hal kebijakan suku bunganya, tentunya akan memberikan sentimen positif bagi IHSG.
Selain itu, perang dagang antara AS versus China diperkirakan tidak tambah menegang lantaran adanya pembicaraan yang mengarah ke damai dagang. Liu He dikabarkan sudah tiba di Washington dan langsung melakukan pembicaraan dengan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer.
AS dan China sepakat untuk melakukan 'gencatan senjata' selama 90 hari, yang akan berakhir awal Maret. Pelaku pasar berharap Washington dan Beijing bisa menyelesaikan segala perbedaan di antara mereka dalam waktu sebulan ini, sehingga ancaman perang dagang lanjutan bisa dihindari.
Sebab jika masa 'gencatan senjata' selesai dan belum ada kesepakatan, maka AS akan menaikkan tarif bea masuk bagi impor produk-produk made in China senilai US$200 miliar dari 10% menjadi 25%. Kalau AS sampai melakukannya, maka kemungkinan besar China bakal membalas. Perang dagang pun kembali berkobar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/prm) Next Article Lesu, IHSG Kayaknya Ditutup Merah Lagi Jelang Long Weekend
Para pelaku pasar berbondong-bondong membeli saham untuk mengantisipasi keputusan bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve yang akan menahan suku bunganya dan mencermati pertemuan Wakil Perdana Menteri China Liu He di Washington yang membahas solusi atas perang dagang.
Tim Riset CNBC Indonesia memprediksi IHSG masih akan melanjutkan penguatan dengan menembus level resistance 6.500 hari ini, Kamis. Analisis tersebut berdasarkan perkembangan pasar dan hasil analisis secara teknikal.
Bursa saham New York mendapatkan dorongan dari keputusan rapat komite pengambil kebijakan The Federal Reserves/The Fed (Federal Open Market Committee/FOMC). Jerome 'Jay' Powell dan sejawat memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di 2,25%-2,5% atau median 2,375%. Sesuai dengan ekspektasi pasar.
"Dalam situasi ekonomi global dan pasar keuangan saat ini, serta tekanan inflasi yang minim, Komite akan bersabar dalam menentukan kenaikan suku bunga acuan berikutnya," tulis pernyataan The Fed.
Saham adalah instrumen yang bekerja optimal dalam lingkungan suku bunga rendah, karena kenaikan suku bunga akan mendongkrak biaya pinjaman emiten sehingga menggerus laba. Oleh karena itu, hasil rapat FOMC betul-betul direspons positif para pelaku pasar sehingga mengangkat kinerja Wall Street.
Dari dalam negeri, IHSG alami pembalikan arah (technical rebound), Rabu (30/1/2019), setelah dua hari tertekan indeks mampu mengakhiri perdagangan dengan penguatan 0,43% ke level 6.464. Dua indeks sektor utama, yaitu konsumer dan keuangan, tampak positif dalam mendorong kenaikan indeks.
Secara teknikal, IHSG mengakhiri perdagangan dengan pola lilin putih pendek (short white candle) yang mengindikasikan kenaikan lanjutan.
![]() |
Pergerakan IHSG hari ini akan cenderung dipengaruhi sentimen dari perkembangan ekonomi global, the Fed yang tampak lebih kalem berpotensi diikuti Bank Indonesia (BI) dalam hal kebijakan suku bunganya, tentunya akan memberikan sentimen positif bagi IHSG.
Selain itu, perang dagang antara AS versus China diperkirakan tidak tambah menegang lantaran adanya pembicaraan yang mengarah ke damai dagang. Liu He dikabarkan sudah tiba di Washington dan langsung melakukan pembicaraan dengan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer.
AS dan China sepakat untuk melakukan 'gencatan senjata' selama 90 hari, yang akan berakhir awal Maret. Pelaku pasar berharap Washington dan Beijing bisa menyelesaikan segala perbedaan di antara mereka dalam waktu sebulan ini, sehingga ancaman perang dagang lanjutan bisa dihindari.
Sebab jika masa 'gencatan senjata' selesai dan belum ada kesepakatan, maka AS akan menaikkan tarif bea masuk bagi impor produk-produk made in China senilai US$200 miliar dari 10% menjadi 25%. Kalau AS sampai melakukannya, maka kemungkinan besar China bakal membalas. Perang dagang pun kembali berkobar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/prm) Next Article Lesu, IHSG Kayaknya Ditutup Merah Lagi Jelang Long Weekend
Most Popular