
Jerry Ng dan 'Magic' 10 Tahun di BTPN
Herdaru Purnomo, CNBC Indonesia
31 January 2019 07:27

Jakarta, CNBC Indonesia - Jerry Ng resmi meninggalkan posisi nomor satu sebagai Direktur Utama PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) pada Kamis (31/1/2019). Pria kelahiran Kalimantan 2 Juli 1965 ini tak lagi menjadi Nahkoda setelah proses merger antara BTPN dengan PT Bank Sumitomo Mitsui Indonesia (SMBCI).
Posisinya digantikan oleh Ongki Wanadjati Dana yang sebelumnya bersama Jerry Ng membangun BTPN yang telah berubah nama menjadi PT Bank BTPN Tbk.
Jerry Ng yang memulai karirnya di Citibank ini membuat banyak gebrakan selama 10 tahun di BTPN. Sejak berdiri pada 1958 hingga menjadi perusahaan terbuka pada 2008, BTPN beroperasi secara sederhana dengan hanya memiliki satu unit bisnis, yakni bisnis pensiun.
Selama 50 tahun itu, aset BTPN mencapai Rp 10 triliun, jumlah nasabah sebanyak 450.000, total kredit yang disalurkan Rp 7,85 triliun, dan dana pihak ketiga (DPK) Rp 8,08 triliun per Desember 2007.
Pergantian pemegang saham pengendali (TPG Nusantara S.a.r.l) dan manajemen pada 2008 membawa energi baru bagi BTPN. Selama 10 tahun terakhir BTPN hingga Desember 2018, aset BTPN mencapai Rp 101,9 triliun. Total pembiayaan tercatat Rp 68,1 triliun, dan pendanaan (funding) sebesar Rp80,5 triliun.
BTPN tidak lagi sekadar dikenal sebagai bank pensiunan. Jerry Ng membawa BTPN sebagai bank mass market yang inovatif dalam mengadopsi teknologi digital untuk meningkatkan pelayanan nasabah. BTPN menjadi bank terbaik di kelasnya.
Jerry Ng yang berkarir di Industri Keuangan selama lebih dari 30 tahun ini berhasil meningkatkan kinerja keuangan BTPN dengan positif.
Peningkatan kinerja BTPN ditopang dari sejumlah bisnis baru, di antaranya:
Bisnis yang melayani segmen mass market & UMKM :
Digital Banking
Menyongsong perubahan dalam era revolusi industri ke-4 dan disrupsi digital, dalam 5 tahun terakhir BTPN kembali berinovasi dengan menciptakan 2 platform digital banking untuk dua segmen yang berbeda :
Di perkenalkan pada 2011, Daya merupakan realisasi dari komitmen BTPN untuk meningkatkan kapasitas nasabah secara berkelanjutan. Daya terintegrasi di dalam semua lini bisnis dan merupakan Unique Value Proposition BTPN. Tiga pilar utama Daya terdiri dari program dan kegiatan dengan fokus bidang: Daya Sehat Sejahtera (Kesehatan), Daya Tumbuh Usaha (Pengembangan Usaha), dan Daya Tumbuh Komunitas (Pengembangan Komunitas).
Sejalan dengan transformasi digital yang dilakukan untuk bisnis-bisnis inti, program Daya kini dapat diakses secara digital agar aktivitas pelatihan dan pendampingan nasabah dapat semakin luas dan efektif. Semenjak diluncurkan hingga Juni 2018, BTPN telah menyelenggarakan 823.989 aktivitas pemberdayaan dengan jumlah penerima manfaat lebih dari 9,5 juta nasabah.
BTPN Sinaya
Bersamaan dengan peluncuran Daya, BTPN juga memperkenalkan bisnis pendanaan BTPN Sinaya. Berasal dari frase "sinar yang memberdayakan", BTPN Sinaya tidak hanya menawarkan layanan prima dan personal dengan hasil optimal, juga memberikan kesempatan bagi nasabahnya untuk berpartisipasi dalam misi memberdayakan jutaan masyarakat Indonesia.
Transformasi dan Digitalisasi Jaringan Distribusi
Selain menciptakan inovasi baru berbasis digital, BTPN juga menggulirkan agenda transformasi yakni mengintegrasikan teknologi digital ke dalam bisnis inti BTPN dan jaringan distribusinya. Ada empat inisiatif yang digulirkan; digitalisasi, sentralisasi, migrasi ke digital channel dan integrasi cabang dengan tetap mempertahankan konsep customer centricity sebagai landasan utama.
Transformasi dan inovasi digital memangkas biaya operasional, sehingga rasio biaya terhadap pendapatan (cost to income ratio/CIR) menjadi lebih baik. Biaya operasional rutin perusahaan (business as usual) BTPN selama kurun Januari - Desember 2018 tercatat Rp 3,48 triliun, turun 12% dari periode yang sama 2017 sebesar Rp 3,93 triliun.
Penurunan biaya ini membuat pendapatan operasional bersih (net operating income) meningkat 12% menjadi Rp5,2 triliun meski pendapatan operasional (operating income) hanya tumbuh 2% menjadi Rp10,2 triliun. Rasio biaya terhadap pendapatan pun turun dari 69% pada 2017 menjadi 56% pada 2018.
Sementara itu rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio) sebesar 25% dan rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) sebesar 1,24%. Rasio pinjaman terhadap pendanaan (loan to deposit ratio/LDR) berada di level 96%.
Laba bersih BTPN (net profit after tax/NPAT) tahun 2018 mencapai Rp 1,97 triliun, melonjak 61% dari periode yang sama tahun 2017 sebesar Rp 1,22 triliun.
(dob) Next Article Begini Kisah 'Cuan' Besar Northstar Investasi di BTPN
Posisinya digantikan oleh Ongki Wanadjati Dana yang sebelumnya bersama Jerry Ng membangun BTPN yang telah berubah nama menjadi PT Bank BTPN Tbk.
Jerry Ng yang memulai karirnya di Citibank ini membuat banyak gebrakan selama 10 tahun di BTPN. Sejak berdiri pada 1958 hingga menjadi perusahaan terbuka pada 2008, BTPN beroperasi secara sederhana dengan hanya memiliki satu unit bisnis, yakni bisnis pensiun.
Pergantian pemegang saham pengendali (TPG Nusantara S.a.r.l) dan manajemen pada 2008 membawa energi baru bagi BTPN. Selama 10 tahun terakhir BTPN hingga Desember 2018, aset BTPN mencapai Rp 101,9 triliun. Total pembiayaan tercatat Rp 68,1 triliun, dan pendanaan (funding) sebesar Rp80,5 triliun.
![]() |
BTPN tidak lagi sekadar dikenal sebagai bank pensiunan. Jerry Ng membawa BTPN sebagai bank mass market yang inovatif dalam mengadopsi teknologi digital untuk meningkatkan pelayanan nasabah. BTPN menjadi bank terbaik di kelasnya.
Jerry Ng yang berkarir di Industri Keuangan selama lebih dari 30 tahun ini berhasil meningkatkan kinerja keuangan BTPN dengan positif.
30 Desember 2007 | 30 Desember 2018 | |
Aset | Rp10,6 triliun | Rp101,9 triliun |
Kredit | Rp7,85 triliun | Rp68,1 triliun |
DPK | Rp8,08 triliun | Rp80,5 triliun |
Bisnis yang melayani segmen mass market & UMKM :
- BTPN Mitra Usaha Rakyat (MUR) - Diluncurkan pada 2009 untuk melayani nasabah mikro dengan plafon pinjaman mulai Rp 20 juta. Sebagai bentuk keseriusan melayani segmen ini, pada tahun pertama beroperasi, manajemen membangun jaringan MUR lebih dari 600 unit di seluruh Indonesia.
- BTPN Purna Bakti - Rebranding bisnis pensiunan menjadi BTPN Purna Bakti, yang dikembangkan dan didesain khusus untuk menjawab kebutuhan nasabah yang telah dan akan memasuki masa purnabakti. Kantor pelayanan baru yang aman dan nyaman, dilengkapi fasilitas pemeriksaan kesehatan gratis, sarana ibadah, dan pusat komunitas kegiatan sosial.
- BTPN Mitra Bisnis - Sejak melayani nasabah mikro, manajemen melihat segmen ini terus berkembang sehingga kebutuhannya semakin kompleks. Untuk mengakomodasi perkembangan ini, BTPN meluncurkan Mitra Bisnis pada 2013. Selain melayani nasabah MUR yang naik kelas, unit ini juga membidik segmen nasabah yang lebih luas di usaha kecil dan menengah.
- BTPN Tunas Usaha Rakyat (TUR) - Inovasi lain di bisnis pembiayaan mikro adalah dengan memasuki segmen lebih bawah lagi yakni masyarakat prasejahtera produktif dengan pembiayaan Rp2 juta per nasabah. Segmen ini dilayani melalui BTPN Tunas Usaha Rakyat di bawah manajemen Unit Usaha Syariah (UUS) sejak 2011.
Digital Banking
Menyongsong perubahan dalam era revolusi industri ke-4 dan disrupsi digital, dalam 5 tahun terakhir BTPN kembali berinovasi dengan menciptakan 2 platform digital banking untuk dua segmen yang berbeda :
- BTPN Wow! - BTPN ikut menjadi pionir dalam program 'Laku Pandai' yang digagas Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan meluncurkan BTPN Wow! pada 2015. Unit bisnis ini menyediakan layanan perbankan untuk mass market dengan memanfaatkan telepon seluler dan didukung jasa agen.
- Jenius - Melalui peluncuran Jenius pada 2016, BTPN memperkenalkan revolusi dalam bidang perbankan dengan proses digitalisasi yang dimulai sejak awal. Jenius merupakan platform perbankan digital yang fokus menyasar segmen consuming class.
Di perkenalkan pada 2011, Daya merupakan realisasi dari komitmen BTPN untuk meningkatkan kapasitas nasabah secara berkelanjutan. Daya terintegrasi di dalam semua lini bisnis dan merupakan Unique Value Proposition BTPN. Tiga pilar utama Daya terdiri dari program dan kegiatan dengan fokus bidang: Daya Sehat Sejahtera (Kesehatan), Daya Tumbuh Usaha (Pengembangan Usaha), dan Daya Tumbuh Komunitas (Pengembangan Komunitas).
Sejalan dengan transformasi digital yang dilakukan untuk bisnis-bisnis inti, program Daya kini dapat diakses secara digital agar aktivitas pelatihan dan pendampingan nasabah dapat semakin luas dan efektif. Semenjak diluncurkan hingga Juni 2018, BTPN telah menyelenggarakan 823.989 aktivitas pemberdayaan dengan jumlah penerima manfaat lebih dari 9,5 juta nasabah.
BTPN Sinaya
Bersamaan dengan peluncuran Daya, BTPN juga memperkenalkan bisnis pendanaan BTPN Sinaya. Berasal dari frase "sinar yang memberdayakan", BTPN Sinaya tidak hanya menawarkan layanan prima dan personal dengan hasil optimal, juga memberikan kesempatan bagi nasabahnya untuk berpartisipasi dalam misi memberdayakan jutaan masyarakat Indonesia.
Transformasi dan Digitalisasi Jaringan Distribusi
Selain menciptakan inovasi baru berbasis digital, BTPN juga menggulirkan agenda transformasi yakni mengintegrasikan teknologi digital ke dalam bisnis inti BTPN dan jaringan distribusinya. Ada empat inisiatif yang digulirkan; digitalisasi, sentralisasi, migrasi ke digital channel dan integrasi cabang dengan tetap mempertahankan konsep customer centricity sebagai landasan utama.
Transformasi dan inovasi digital memangkas biaya operasional, sehingga rasio biaya terhadap pendapatan (cost to income ratio/CIR) menjadi lebih baik. Biaya operasional rutin perusahaan (business as usual) BTPN selama kurun Januari - Desember 2018 tercatat Rp 3,48 triliun, turun 12% dari periode yang sama 2017 sebesar Rp 3,93 triliun.
Penurunan biaya ini membuat pendapatan operasional bersih (net operating income) meningkat 12% menjadi Rp5,2 triliun meski pendapatan operasional (operating income) hanya tumbuh 2% menjadi Rp10,2 triliun. Rasio biaya terhadap pendapatan pun turun dari 69% pada 2017 menjadi 56% pada 2018.
Sementara itu rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio) sebesar 25% dan rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) sebesar 1,24%. Rasio pinjaman terhadap pendanaan (loan to deposit ratio/LDR) berada di level 96%.
Laba bersih BTPN (net profit after tax/NPAT) tahun 2018 mencapai Rp 1,97 triliun, melonjak 61% dari periode yang sama tahun 2017 sebesar Rp 1,22 triliun.
"Sejak awal tahun, kami fokus berkonsolidasi dalam rangka menuntaskan agenda penggabungan usaha (merger) dengan SMBCI. Kami bersyukur dapat melewati semua ini dengan tetap mencetak kinerja yang positif," tutup Jerry Ng kepada CNBC Indonesia, Kamis (30/1/2018).
(dob) Next Article Begini Kisah 'Cuan' Besar Northstar Investasi di BTPN
Most Popular