
Ditengah Koreksi Bursa Regional, IHSG Ditutup Menguat 0,43%
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
30 January 2019 16:57

Di sisi lain, rilis data ekonomi Jepang yang menggembirakan berhasil meredakan tekanan bagi bursa saham regional, bahkan berhasil membuat IHSG ditutup di teritori positif.
Pada pagi hari ini, penjualan barang-barang ritel periode Desember 2018 diumumkan tumbuh sebesar 1,3% YoY, mengalahkan konsensus yang sebesar 0,8% YoY, seperti dilansir dari Trading Economics.
Rilis data ini lantas memberikan sinyal bahwa tekanan terhadap perekonomian Jepang tak separah yang sebelumnya diekspektasikan pelaku pasar. Dalam beberapa waktu terakhir, data ekonomi yang datang dari Negeri Sakura memang terbilang mengecewakan.
Tingkat inflasi periode Desember 2018 misalnya, diumumkan sebesar 0,3% YoY, jauh melambat dari capaian November yang sebesar 0,8% YoY, seperti dilansir dari Trading Economics. Laju inflasi bulan Desember juga merupakan yang terlambat sejak Oktober 2017.
Kemudian, berdasarkan Reuters Tankan Index periode Januari 2019 yang didapat dari survei terhadap perusahaan skala besar dan menengah di Jepang, optimisme pelaku usaha sektor manufaktur turun 5 poin menjadi 18 pada bulan ini, level terendah dalam 2 tahun terakhir.
Melansir Reuters, eksportir mengeluhkan lemahnya permintaan dari China dan AS. Mereka juga menyuarakan kekhawatirannya mengenai perang dagang antar 2 negara mitra dagang utamanya tersebut.
Perekonomian Jepang yang relatif kuat memang didukung dengan keputusan International Monetary Fund (IMF) yang mengerek naik proyeksi pertumbuhan ekonomi Jepang untuk tahun 2019 dan 2020, terlepas dari proyeksi pertumbuhan ekonomi global yang direvisi ke bawah.
Pada tahun ini, perekonomian Jepang diproyeksikan tumbuh sebesar 1,1%, dari yang sebelumnya 0,9% pada proyeksi periode Oktober 2018. Untuk tahun depan, pertumbuhan ekonomi Jepang diproyeksikan melandai menjadi 0,5%. Walaupun ada perlambatan yang signifikan, pertumbuhan ekonomi sebesar 0,5% merupakan peningkatan dari proyeksi sebelumnya yang hanya 0,3%. (ank/hps)
Pada pagi hari ini, penjualan barang-barang ritel periode Desember 2018 diumumkan tumbuh sebesar 1,3% YoY, mengalahkan konsensus yang sebesar 0,8% YoY, seperti dilansir dari Trading Economics.
Rilis data ini lantas memberikan sinyal bahwa tekanan terhadap perekonomian Jepang tak separah yang sebelumnya diekspektasikan pelaku pasar. Dalam beberapa waktu terakhir, data ekonomi yang datang dari Negeri Sakura memang terbilang mengecewakan.
Kemudian, berdasarkan Reuters Tankan Index periode Januari 2019 yang didapat dari survei terhadap perusahaan skala besar dan menengah di Jepang, optimisme pelaku usaha sektor manufaktur turun 5 poin menjadi 18 pada bulan ini, level terendah dalam 2 tahun terakhir.
Melansir Reuters, eksportir mengeluhkan lemahnya permintaan dari China dan AS. Mereka juga menyuarakan kekhawatirannya mengenai perang dagang antar 2 negara mitra dagang utamanya tersebut.
Perekonomian Jepang yang relatif kuat memang didukung dengan keputusan International Monetary Fund (IMF) yang mengerek naik proyeksi pertumbuhan ekonomi Jepang untuk tahun 2019 dan 2020, terlepas dari proyeksi pertumbuhan ekonomi global yang direvisi ke bawah.
Pada tahun ini, perekonomian Jepang diproyeksikan tumbuh sebesar 1,1%, dari yang sebelumnya 0,9% pada proyeksi periode Oktober 2018. Untuk tahun depan, pertumbuhan ekonomi Jepang diproyeksikan melandai menjadi 0,5%. Walaupun ada perlambatan yang signifikan, pertumbuhan ekonomi sebesar 0,5% merupakan peningkatan dari proyeksi sebelumnya yang hanya 0,3%. (ank/hps)
Next Page
Sudah Melemah 2 Hari Berturut-Turut
Pages
Most Popular