Buka-bukaan Bos BCA soal Ancaman Bisnis Perbankan

Samuel Pablo, CNBC Indonesia
30 January 2019 15:58
Salah satu masalah perbankan adalah likuiditas yang harus rebutan dengan pemerintah.
Foto: Gita Rossiana
Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Jahja Setiaatmadja mengatakan tahun ini ada dua yang menjadi perhatian perbankan, yakni likuiditas dan suku bunga acuan.

Namun yang paling diamati sektor perbankan adalah likuiditas.

"Kalau dilihat LFR 93% lebih menurut saya ini sudah pada kondisi yang kita tidak bisa ekspansif," kata Jahja dalam acara Diskusi Perbankan Indef di Jakarta, Rabu (30/1/2019).

"Dari segi perekonomian, rata-rata dari 15 industri memperkirakan [tumbuh] 3,5% bahkan 10%, industri makanan dan minimum bahkan hingga 20%. Tapi ini tidak terlepas dari ketersediaan likuiditas," tambahnya.

Jahja menambahkan dengan LFR 93% plus kredit tumbuh dua digit ditambah dengan pencairan kredit infrastruktur bisa membuat ketersediaan likuiditas perbankan terkurang.

"Sekarang ada persaingan dengan pemerintah dengan SBR015 yang kuponnya 8,15% dan tax-nya lebih murah. Kalau BCA jual Rp 2 triliun, setidaknya 30% kan dari dana kita itu. Itu kan jadi kanibal, kita mesti cari replacing-nya. Ini yang terjadi," terang Jahja.

Jahja menjelaskan dengan keadaan AS saat ini, kecil kemungkinan bank sentral AS akan menaikan suku bunga acuan.

"Yang harus diperhatikan memang dari internal. Siklus ekonomi yang harus kita amati mendekati April-Mei, pembayaran dividen di mana mayoritas masih dimiliki asing. Lalu lebaran di mana industri sudah menyiapkan bahan baku untuk produksi," jelas Jahja.

"Jadi kita percaya BI harus rela menjaga kestabilan, BI pasti mempelajari siklus market yang ada," tukas Jahja.
Simak proyeksi likuiditas perbankan dari Lembaga Penjamin Simpanan di bawah ini:

[Gambas:Video CNBC]


(roy/prm) Next Article Tambah Likuiditas, Pinjaman Kini Jadi Sumber Dana Baru Bank

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular