
Meroket 506% Sejak IPO, Kenapa Saham NATO Terus Liar?
Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
29 January 2019 09:29

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham PT Nusantara Properti Internasional Tbk (NATO) kembali naik tinggi pada perdagagang hari ini, Selasa (29/1/2019). Gerak liar saham NATO ini sering terjadi sejak saham ini tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pertengahan bulan ini.
Pada perdagangan hari ini, harga saham NATO kembali bergerak liar dan naik 17,92% ke level Rp 625/saham. Volume perdagangan saham NATO mencapai 8,03 juta saham senilai Rp 4,79 miliar.
Sejak tercatat di BEI, harga saham NATO tercatat sudah naik 506,8%, kenaikan harga saham yang cukup signifikan. NATO listing bersama dengan PT Citra Putra Realty Tbk. (CLAY) pada 18 Januari lalu.
Dari sisi fundamental manajemen perseroan pada saat pencatatan saham perdana, menargetkan pertumbuhan pendapatan sebesar 30% sepanjang tahun ini menjadi Rp 30 miliar, naik dari estimasi pendapatan tahun lalu sebesar Rp 23 miliar.
Direktur Keuangan Nusantara Properti Dessy Christian mengatakan beroperasinya tiga properti milik perusahaan di tiga wilayah berbeda di Bali mendorong perusahaan optimistis pendapatan tahun ini bisa lebih tinggi dibandingkan dengan tahun lalu.
"Target kami pendapatan di 2019 sebesar Rp 20 miliar - Rp 30 miliar. Lebih tinggi dibandingkan dengan tahun lalu di Rp 23 miliar," kata Dessy di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (18/1), usai pencatatan perdana (listing) saham perseroan.
Adapun laba bersih tahun ini tidak akan bergerak jauh dari estimasi perolehan laba perusahaan tahun lalu sekitar Rp 5 miliar dan laba kotor sebesar Rp 15 miliar.
Dessy mengatakan pendapatan akan meningkat tajam setelah pembangunan dua resor milik perseroan di Pulau Selayar dan Pulau Rote rampung pada 2021. Meski demikian, Dessy enggan menyebutkan berapa potensi pertumbuhan bisnis ke depan.
Menyimak kenaikan harga saham yang baru IPO tampak tak wajar, jadi perhatian manajemen BEI. Direktur utama BEI Inarno Djajadi menduga hal ini terjadi karena distribusi saham pada saat penawaran di pasar perdana tidak merata.
"Itu karena distribusinya tidak merata. Makanya tahun depan ada electronic book building, nanti kita persyaratkan persentasi tertentu saham harus dipegang public berapa persen. Kepemilikan publiknya harus besar dan distribusinya harus lebih kepada yang pooling dikasih presentase lebih besar," kata Inarno.
(hps/tas) Next Article Pasca-IPO, Nusantara Properti Patok Laba Rp 30 M Tahun Ini
Pada perdagangan hari ini, harga saham NATO kembali bergerak liar dan naik 17,92% ke level Rp 625/saham. Volume perdagangan saham NATO mencapai 8,03 juta saham senilai Rp 4,79 miliar.
Sejak tercatat di BEI, harga saham NATO tercatat sudah naik 506,8%, kenaikan harga saham yang cukup signifikan. NATO listing bersama dengan PT Citra Putra Realty Tbk. (CLAY) pada 18 Januari lalu.
Dari sisi fundamental manajemen perseroan pada saat pencatatan saham perdana, menargetkan pertumbuhan pendapatan sebesar 30% sepanjang tahun ini menjadi Rp 30 miliar, naik dari estimasi pendapatan tahun lalu sebesar Rp 23 miliar.
"Target kami pendapatan di 2019 sebesar Rp 20 miliar - Rp 30 miliar. Lebih tinggi dibandingkan dengan tahun lalu di Rp 23 miliar," kata Dessy di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (18/1), usai pencatatan perdana (listing) saham perseroan.
Adapun laba bersih tahun ini tidak akan bergerak jauh dari estimasi perolehan laba perusahaan tahun lalu sekitar Rp 5 miliar dan laba kotor sebesar Rp 15 miliar.
Dessy mengatakan pendapatan akan meningkat tajam setelah pembangunan dua resor milik perseroan di Pulau Selayar dan Pulau Rote rampung pada 2021. Meski demikian, Dessy enggan menyebutkan berapa potensi pertumbuhan bisnis ke depan.
Menyimak kenaikan harga saham yang baru IPO tampak tak wajar, jadi perhatian manajemen BEI. Direktur utama BEI Inarno Djajadi menduga hal ini terjadi karena distribusi saham pada saat penawaran di pasar perdana tidak merata.
"Itu karena distribusinya tidak merata. Makanya tahun depan ada electronic book building, nanti kita persyaratkan persentasi tertentu saham harus dipegang public berapa persen. Kepemilikan publiknya harus besar dan distribusinya harus lebih kepada yang pooling dikasih presentase lebih besar," kata Inarno.
(hps/tas) Next Article Pasca-IPO, Nusantara Properti Patok Laba Rp 30 M Tahun Ini
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular