Salip Yuan, Rupiah Kini di Puncak Klasemen Mata Uang Asia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
28 January 2019 09:25
Harga Minyak Berpihak ke Rupiah
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Harga minyak, yang dalam beberapa hari terakhir naik dan membebani langkah rupiah, kini kembali terkoreksi. Pada pukul 09:10 WIB, harga minyak jenis brent turun 0,05% dan light sweet melemah 0,26%. 


Tingginya produksi minyak AS masih menjadi pemberat harga komoditas ini. Baker Hughes, lembaga riset migas di AS, menyebutkan ada tambahan 10 rig baru di Negeri Paman Sam sehingga jumlahnya menjadi 862. 

Tahun lalu, produksi minyak Negeri Adidaya mencapai 11,9 juta barel/hari, rekor tertinggi sepanjang sejarah AS. Jika fasilitas produksi terus bertambah, maka pasokan akan semakin melimpah. 

Padahal ada sinyal-sinyal perlambatan ekonomi global. Di China, misalnya, pertumbuhan ekonomi 2018 tercatat 6,6%. Laju paling lambat sejak 1990. 

Artinya, permintaan energi berpotensi menurun karena perlambatan ekonomi sementara produksi justru melimpah. Kelebihan pasokan (oversupply) masih menghantui si emas hitam sehingga harganya terkoreksi. 

Penurunan harga minyak menjadi berkah buat rupiah. Sebab, ketika harga minyak turun maka biaya impornya menjadi lebih murah.  

Akibatnya, tekanan di neraca perdagangan dan transaksi berjalan (current account) akan sedikit mereda. Rupiah pun punya ruang untuk menguat karena pasokan devisa dari ekspor-impor barang dan jasa yang lebih baik. 

Bank Indonesia (BI) juga merestui penguatan rupiah. Nanang Hendarsah, Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter BI, akhir pekan lalu menyatakan bahwa rupiah masih terlalu murah (undervalued) sehingga ruang untuk menguat cukup terbuka. 

"Dengan konstelasi ekonomi dan pasar keuangan global, di mana kebijakan The Fed (The Federal Reserves, bank sentral AS) akan lebih lunak atau dovish, kami optimistis rupiah memiliki peluang untuk terus menguat. Mata uang rupiah masih undervalued, jadi kami akan membiarkan ruang bagi rupiah untuk terus menguat," tegas Nanang kepada CNBC Indonesia. 



TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular