Dolar AS Hampir di Bawah Rp 14.000, Rupiah Runner-up Asia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
28 January 2019 08:29
Dolar AS Hampir di Bawah Rp 14.000, Rupiah Runner-up Asia
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Bahkan dolar AS sedikit lagi bisa didorong ke bawah Rp 14.000. 

Pada Senin (28/1/2019), US$ 1 dihargai Rp 14.060 kala pembukaan pasar spot. Rupiah menguat 0,14% dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu. 

Seiring perjalanan pasar, rupiah semakin perkasa. Pada pukul 08:09 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.020 di mana rupiah menguat 0,43% dan menyentuh titik terkuat sejak 20 Juni 2018. 

Apabila rupiah terus menguat, bukan tidak mungkin dolar bisa benar-benar dipaksa melorot ke bawah Rp 14.000. Awal tahun ini sepertinya menjadi periode manis bagi mata uang Tanah Air. 


 

Pagi ini, mayoritas mata uang Asia berhasil menguat di hadapan greenback. Meski penguatan rupiah cukup mengesankan, tetapi belum bisa menjadi yang terbaik di Benua Kuning. 

Yuan China menjadi mata uang terbaik Asia pagi ini. Disusul oleh  rupiah di posisi runner-up dan ringgit Malaysia di peringkat ketiga. 

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Asia pada pukul 08:15 WIB: 



(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Tidak hanya di Asia, dolar AS juga tengah teraniaya di level global. Pada pukul 08:17 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback terhadap enam mata uang utama dunia) terkoreksi 0,05%. 

Dolar AS ditinggalkan karena risk appetite investor sedang membumbung tinggi. Setidaknya ada dua sentimen besar yang mendongkrak gairah pelaku pasar. 

Pertama, Wakil Menteri Perdagangan China Wang Shouwen dan Wakil Menteri Keuangan China Liao Min dijadwalkan mengunjungi Washington pada 28 Januari waktu setempat. Bahkan kabarnya Yi Gang, Gubernur Bank Sentral China (PBoC), disebut-sebut juga akan ikut dalam delegasi itu. 

Mereka akan 'membuka jalan' bagi kedatangan Wakil Perdana Menteri China Liu He pada 30-31 Januari. Liu akan bertemu dengan Menteri Keuangan AS Steve Mnuchin dan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer. 

Kabar ini membuat pasar berbunga-bunga. Harapan akan damai dagang AS-China sepertinya bisa terwujud, meski mungkin memakan waktu yang tidak sebentar. 

Meski 'gong' baru bergema saat kehadiran Wakil PM Liu, tetapi kehadiran 'tim advance' ini tidak kalah penting. Mungkin saja ada berita bagus dari sana, yang semakin mempertegas kemesraan poros Washington-Beijing. 

Sentimen kedua adalah berakhirnya penutupan sebagian (partial shutdown) pemerintahan AS. Presiden Donald Trump dan legislatif akhirnya sepakat mengakhiri shutdown melalui sebuah anggaran sementara yang umurnya hanya untuk 3 pekan ke depan. 


Walau hanya sementara, tetapi kesepakatan itu sudah cukup membuat pelaku pasar bahagia. Investor kini bisa menghembuskan nafas, karena satu risiko besar bisa hilang untuk sementara. 

Akan ada sekitar 800.000 abdi negara di AS yang kembali bekerja. Kontrak-kontrak sektor swasta dan pemerintah akan kembali berjalan. Ekonomi AS pun bisa menggeliat lagi sehingga membawa optimisme ke pasar keuangan dunia. 

Dua sentimen ini sudah lebih dari cukup untuk membuat investor emoh bermain aman. Untuk apa bermain aman kalau situasi sedang kondusif? Lebih baik mencari cuan sebanyak mungkin dengan masuk ke instrumen berisiko di negara berkembang, termasuk Indonesia. Rupiah sepertinya sudah merasakan aliran modal ini sehingga menjadi mata uang terbaik kedua di Asia.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular