Dolar AS Hampir di Bawah Rp 14.000, Rupiah Runner-up Asia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
28 January 2019 08:29
Dua Sentimen Global Angkat Rupiah
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Tidak hanya di Asia, dolar AS juga tengah teraniaya di level global. Pada pukul 08:17 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback terhadap enam mata uang utama dunia) terkoreksi 0,05%. 

Dolar AS ditinggalkan karena risk appetite investor sedang membumbung tinggi. Setidaknya ada dua sentimen besar yang mendongkrak gairah pelaku pasar. 

Pertama, Wakil Menteri Perdagangan China Wang Shouwen dan Wakil Menteri Keuangan China Liao Min dijadwalkan mengunjungi Washington pada 28 Januari waktu setempat. Bahkan kabarnya Yi Gang, Gubernur Bank Sentral China (PBoC), disebut-sebut juga akan ikut dalam delegasi itu. 

Mereka akan 'membuka jalan' bagi kedatangan Wakil Perdana Menteri China Liu He pada 30-31 Januari. Liu akan bertemu dengan Menteri Keuangan AS Steve Mnuchin dan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer. 

Kabar ini membuat pasar berbunga-bunga. Harapan akan damai dagang AS-China sepertinya bisa terwujud, meski mungkin memakan waktu yang tidak sebentar. 

Meski 'gong' baru bergema saat kehadiran Wakil PM Liu, tetapi kehadiran 'tim advance' ini tidak kalah penting. Mungkin saja ada berita bagus dari sana, yang semakin mempertegas kemesraan poros Washington-Beijing. 

Sentimen kedua adalah berakhirnya penutupan sebagian (partial shutdown) pemerintahan AS. Presiden Donald Trump dan legislatif akhirnya sepakat mengakhiri shutdown melalui sebuah anggaran sementara yang umurnya hanya untuk 3 pekan ke depan. 


Walau hanya sementara, tetapi kesepakatan itu sudah cukup membuat pelaku pasar bahagia. Investor kini bisa menghembuskan nafas, karena satu risiko besar bisa hilang untuk sementara. 

Akan ada sekitar 800.000 abdi negara di AS yang kembali bekerja. Kontrak-kontrak sektor swasta dan pemerintah akan kembali berjalan. Ekonomi AS pun bisa menggeliat lagi sehingga membawa optimisme ke pasar keuangan dunia. 

Dua sentimen ini sudah lebih dari cukup untuk membuat investor emoh bermain aman. Untuk apa bermain aman kalau situasi sedang kondusif? Lebih baik mencari cuan sebanyak mungkin dengan masuk ke instrumen berisiko di negara berkembang, termasuk Indonesia. Rupiah sepertinya sudah merasakan aliran modal ini sehingga menjadi mata uang terbaik kedua di Asia.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular