
Nyali Investor Ciut, Pasar Obligasi Kembali Koreksi
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
25 January 2019 18:02

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah kembali terkoreksi tipis hari ini, Jumat (25/1/2019) di tengah ramainya sentimen negatif di tingkat global.
Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu seiring dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder.
Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling terkoreksi adalah seri FR0078 dengan kenaikan yield 2,1 basis poin (bps) menjadi 8% dari 7,98% kemarin. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Seri acuan juga kompak terkoreksi sore ini yaitu 10 tahun, 15 tahun, dan 20 tahun dengan kenaikan yield menjadi 8,1%, 8,52%, dan 8,53%.
Koreksi pasar saat ini dipengaruhi oleh sentimen negatif perang dagang yang kembali memanas karena dikompori oleh Menteri Perdagangan AS yang menyatakan kesepakatan dengan China masih jauh.
Selain itu faktor Presiden Bank Sentral Eropa (ECB) yang menyatakan Uni Eropa masih akan mengalami risiko penurunan beberapa waktu ke depan juga membuat pelaku pasar ciut dan beralih ke aset yang dinilai lebih aman.
Faktor Venezuela yang diperparah dengan campur tangan AS mendukung oposisi juga dapat menjadi sentimen dan memicu kenaikan harga minyak, yang tentu efeknya akan berdampak pada rupiah dan sentimen negatif pada makroekonomi.
Potensi dari sepinya pasar juga membayangi, dari sisi pelaku pasar akan menunggu (wait and see) hingga lelang digelar pemerintah Selasa depan.
Sumber: Refinitiv
Pekan depan, pemerintah sudah menetapkan target Rp 15 triliun-Rp 30 triliun untuk lelang rutin SUN. Seri yang akan dilelang adalah FR0077, FR0078, FR0068, dan FR0079.
Sumber: Refinitiv
Koreksi hari ini membuat skor pasar obligasi pekan ini masih merah, dengan 3 hari terkoreksi dan 2 hari menguat.
Koreksi pasar obligasi pemerintah hari ini tidak tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih menguat.
Indeks tersebut naik 0,09 poin (0,04%) menjadi 236,1 dari posisi kemarin 236,01.
Koreksi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 537 bps, melebar dari posisi kemarin 536 bps.
Yield US Treasury 10 tahun naik lagi hingga 2,732% dari posisi kemarin 2,73%.
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 901,91 triliun SBN, atau 37,33% dari total beredar Rp 2.416 triliun berdasarkan data per 23 Januari.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 8,66 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama.
Koreksi di pasar surat utang hari ini tidak seperti yang terjadi penguatan di pasar ekuitas dan pasar uang.
Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan hanya dialami pasar India dan Afsel, sedangkan di pasar obligasi negara maju, yang menguat hanya pasar gilt di Inggris.
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/tas) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu seiring dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder.
Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling terkoreksi adalah seri FR0078 dengan kenaikan yield 2,1 basis poin (bps) menjadi 8% dari 7,98% kemarin. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Seri acuan juga kompak terkoreksi sore ini yaitu 10 tahun, 15 tahun, dan 20 tahun dengan kenaikan yield menjadi 8,1%, 8,52%, dan 8,53%.
Koreksi pasar saat ini dipengaruhi oleh sentimen negatif perang dagang yang kembali memanas karena dikompori oleh Menteri Perdagangan AS yang menyatakan kesepakatan dengan China masih jauh.
Selain itu faktor Presiden Bank Sentral Eropa (ECB) yang menyatakan Uni Eropa masih akan mengalami risiko penurunan beberapa waktu ke depan juga membuat pelaku pasar ciut dan beralih ke aset yang dinilai lebih aman.
Faktor Venezuela yang diperparah dengan campur tangan AS mendukung oposisi juga dapat menjadi sentimen dan memicu kenaikan harga minyak, yang tentu efeknya akan berdampak pada rupiah dan sentimen negatif pada makroekonomi.
Potensi dari sepinya pasar juga membayangi, dari sisi pelaku pasar akan menunggu (wait and see) hingga lelang digelar pemerintah Selasa depan.
Yield Obligasi Negara Acuan 24 Jan 2019 | |||||
Seri | Jatuh tempo | Yield 24 Jan 2019 (%) | Yield 25 Jan 2019 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 24 Jan'19 |
FR0077 | 5 tahun | 7.982 | 8.003 | 2.10 | 7.9562 |
FR0078 | 10 tahun | 8.099 | 8.102 | 0.30 | 8.0770 |
FR0068 | 15 tahun | 8.522 | 8.525 | 0.30 | 8.4692 |
FR0079 | 20 tahun | 8.529 | 8.53 | 0.10 | 8.4717 |
Avg movement | 0.70 |
Pekan depan, pemerintah sudah menetapkan target Rp 15 triliun-Rp 30 triliun untuk lelang rutin SUN. Seri yang akan dilelang adalah FR0077, FR0078, FR0068, dan FR0079.
Rencana Lelang Surat Utang Negara (SUN) | ||||||
29-Jan-19 | SPN03190430 | SPN12200130 | FR0077 | FR0078 | FR0068 | FR0079 |
Jatuh tempo | 9-Jul-19 | 23-Jan-20 | 11-Jan-00 | 15-May-29 | 15-Mar-34 | 15-Apr-39 |
Kupon imbal hasil | Diskonto | Diskonto | 8.125% | 8.25% | 8.375% | 8.375% |
Target indikatif | 15,000 | |||||
(Rp miliar) | 30,000 |
Koreksi hari ini membuat skor pasar obligasi pekan ini masih merah, dengan 3 hari terkoreksi dan 2 hari menguat.
Koreksi pasar obligasi pemerintah hari ini tidak tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih menguat.
Indeks tersebut naik 0,09 poin (0,04%) menjadi 236,1 dari posisi kemarin 236,01.
Koreksi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 537 bps, melebar dari posisi kemarin 536 bps.
Yield US Treasury 10 tahun naik lagi hingga 2,732% dari posisi kemarin 2,73%.
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 901,91 triliun SBN, atau 37,33% dari total beredar Rp 2.416 triliun berdasarkan data per 23 Januari.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 8,66 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama.
Koreksi di pasar surat utang hari ini tidak seperti yang terjadi penguatan di pasar ekuitas dan pasar uang.
Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan hanya dialami pasar India dan Afsel, sedangkan di pasar obligasi negara maju, yang menguat hanya pasar gilt di Inggris.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang | |||
Negara | Yield 24 Jan 2019 (%) | Yield 25 Jan 2019 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 9.1 | 9.11 | 1.00 |
China | 3.146 | 3.166 | 2.00 |
Jerman | 0.179 | 0.186 | 0.70 |
Perancis | 0.589 | 0.594 | 0.50 |
Inggris | 1.266 | 1.255 | -1.10 |
India | 7.557 | 7.555 | -0.20 |
Italia | 2.671 | 2.646 | -2.50 |
Jepang | 0 | 0 | 0.00 |
Malaysia | 4.08 | 4.081 | 0.10 |
Filipina | 6.483 | 6.483 | 0.00 |
Rusia | 8.24 | 8.24 | 0.00 |
Singapura | 2.204 | 2.205 | 0.10 |
Thailand | 2.43 | 2.44 | 1.00 |
Turki | 15.05 | 15.21 | 16.00 |
Amerika Serikat | 2.73 | 2.732 | 0.20 |
Afrika Selatan | 8.785 | 8.735 | -5.00 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/tas) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Most Popular