Sanksi ke Venezuela Bikin Pasokan Kilang Minyak AS Terancam

Wangi Sinintya Mangkuto, CNBC Indonesia
24 January 2019 13:11
Sanksi AS ke Venezuela justru merepotkan negara itu sendiri
Foto: REUTERS/MORTEZA NIKOUBAZL
Jakarta, CNBC Indonesia- Sanksi AS untuk ekspor minyak mentah Venezuela berpotensi mengancam pasokan ke kilang-kilang negeri Abang Sam tersebut.

Dikutip dari Reuters, akibat sanksi tersebut Venezuela akan mengalihkan jalur ekspornya yang semula untuk kilang-kilang sepanjang negara teluk pantai, termasuk AS yang jadi pasar terbesarnya, kini akan diperbanyak untuk China, India, dan negara Asia lainnya. Bocoran dari para traders, dilansir Reuters, Rabu (23/1/2019).



Kilang AS yang bergantung pada minyak mentah berat Venezuela akan lebih sulit mendapatkan pasokan, karena minyak mentah Kanada dan Meksiko sering tidak didiskon dan ketersediaannya pun terbatas.

Amerika Serikat sedang mempertimbangkan langkah-langkah dalam melumpuhkan pengiriman minyak Venezuela, yang menyumbang hampir semua ekspor negara itu, sebagai respons terhadap terpilihnya kembali Presiden Nicolas Maduro, yang dinilai hanya sandiwara belaka.

Washington mengakui pemimpin oposisi Juan Guaido sebagai presiden Venezuela, sebagai protes terhadap Maduro yang mencuat di seluruh negeri.

Mereka juga mempertimbangkan sanksi atas pengiriman minyak, suatu langkah yang hingga kini ditentangnya, sumber-sumber perusahaan energi mengatakan kepada Reuters.

Venezuela, rata-rata, mengekspor sekitar 500.000 barel minyak mentah per hari ke Amerika Serikat pada 2018, menurut data Departemen Energi AS. Pangsa ekspor AS menurun dalam beberapa tahun terakhir dengan lebih banyak pengiriman ke Rusia dan China.

Segera setelah sanksi dijatuhkan, Venezuela bisa mencari kesepakatan tambahan dengan Turki, India atau negara-negara Asia lainnya, kata seorang pedagang minyak mentah Venezuela.

"Itu akan memakan biaya bagi Venezuela, tetapi pada akhirnya mereka akan dapat menjual minyak itu ke Asia dengan harga diskon. Akan ada periode di tengah-tengah di mana mereka akan kesulitan menjual barel-barel itu," kata Francisco Monaldi, Pengamat Kebijakan Energi Amerika Latin di Institut Kebijakan Publik Baker di Rice University di Houston, dilansir dari Reuters, Kamis (24/01/2019).

Meskipun Amerika Serikat memproduksi hampir 12 juta barel minyak per hari, kilang Gulf Coast atau di kawasan teluk yang kompleks membutuhkan kadar minyak mentah yang lebih berat untuk menghasilkan diesel dan produk-produk margin tinggi lainnya, dan tidak dapat hanya menggunakan minyak mentah ringan.


(gus) Next Article Bedanya Venezuela, Turki, dan Argentina dalam Sikapi Krisis

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular