
Penguatan Rupiah Tak Kuat Dorong Harga Obligasi RI
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
24 January 2019 10:23

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah kembali terkoreksi hari ini meskipun harga minyak melemah dan nilai tukar rupiah menguat.
Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu seiring dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain, yang dialami China, India, Malaysia, dan Rusia.
Data Refinitiv menunjukkanterkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling terkoreksi adalah FR0068 dengan kenaikan yield 1,7 basis poin (bps) menjadi 8,52%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Seri acuan 10 tahun dan 20 tahun juga terkoreksi dengan penurunan yield menjadi 8,08% dan 8,53%.
Sebaliknya, seri acuan 5 tahun masih menguat 1,5 bps menjadi 7,97%.
Pelemahan minyak dan penguatan rupiah umumnya dapat membuat pasar obligasi positif, tetapi kali ini pergerakan harga obligasi masih tertinggal dari dua sentimen positif utama tersebut.
Yield Obligasi Negara Acuan 24 Jan 2019
Sumber: Refinitiv
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu seiring dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain, yang dialami China, India, Malaysia, dan Rusia.
Data Refinitiv menunjukkanterkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling terkoreksi adalah FR0068 dengan kenaikan yield 1,7 basis poin (bps) menjadi 8,52%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Seri acuan 10 tahun dan 20 tahun juga terkoreksi dengan penurunan yield menjadi 8,08% dan 8,53%.
Sebaliknya, seri acuan 5 tahun masih menguat 1,5 bps menjadi 7,97%.
Pelemahan minyak dan penguatan rupiah umumnya dapat membuat pasar obligasi positif, tetapi kali ini pergerakan harga obligasi masih tertinggal dari dua sentimen positif utama tersebut.
Yield Obligasi Negara Acuan 24 Jan 2019
Seri | Jatuh tempo | Yield 23 Jan 2019 (%) | Yield 24 Jan 2019 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 23 Jan'19 |
FR0077 | 5 tahun | 7.991 | 7.976 | -1.50 | 7.9336 |
FR0078 | 10 tahun | 8.079 | 8.08 | 0.10 | 8.0235 |
FR0068 | 15 tahun | 8.505 | 8.522 | 1.70 | 8.4602 |
FR0079 | 20 tahun | 8.529 | 8.535 | 0.60 | 8.4868 |
Avg movement | 0.22 |
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
Negara | Yield 23 Jan 2019 (%) | Yield 24 Jan 2019 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 9.13 | 8.97 | -16.00 |
China | 3.148 | 3.155 | 0.70 |
Jerman | 0.225 | 0.233 | 0.80 |
Perancis | 0.636 | 0.639 | 0.30 |
Inggris | 1.327 | 1.326 | -0.10 |
India | 7.533 | 7.577 | 4.40 |
Italia | 2.755 | 2.769 | 1.40 |
Jepang | 0.005 | 0.01 | 0.50 |
Malaysia | 3.674 | 4.074 | 40.00 |
Filipina | 6.455 | 6.455 | 0.00 |
Rusia | 8.28 | 8.29 | 1.00 |
Singapura | 2.224 | 2.213 | -1.10 |
Thailand | 2.44 | 2.44 | 0.00 |
Turki | 15.32 | 15.32 | 0.00 |
Amerika Serikat | 2.755 | 2.746 | -0.90 |
Afrika Selatan | 8.86 | 8.85 | -1.00 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Most Popular