
Persaingan Ketat, BNI akan Naikan Suku Bunga Kredit
Yanurisa Ananta, CNBC Indonesia
23 January 2019 18:28

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) kemungkinan akan menaikan suku bunga kredit tahun ini. Keputusan tersebut berdasarkan kondisi industri perbankan yang masih bersaing karena likuiditas yang ketat.
"Kalau kita lihat tahun ini tentu saja kita akan lihat persaingannya. Likuiditas memang ketat sehingga suku bunga ketat. Kita tidak ingin gegabah juga. Tapi ada kemungkinan [suku bunga kredit naik] karena pasar semakin ketat," kata Direktur Keuangan Anggoro Eko Cahyo dalam acara Paparan Kinerja BNI Tahun 2018 di Jakarta, Rabu (23/1/2019).
Anggoro menyebut, belum ada besaran pasti kenaikan suku bunga kredit tahun ini. Pasalnya, Bank BNI akan fokus menjaga kualitas kreditnya.
Adapun kredit macet perusahaan atau Non performing Loan (NPL) gross Bank BNI mengalami penurunan dari 2,3% menjadi 1,9% di akhir 2018. Sehingga creditcost dari 1,6% pada akhir 3027 menjadi 1,4% pada akhir di 2018.
"Artinya kalau kita mau naikin suku bunga mesti selektif juga debitur mana yg mau kita naikin. Yang kedua, bank-bank besar menaikan atau tidak? Kalau bank-bank besar belum naikin tentu kita wait n see dulu dong," paparnya.
Menanggapi likuiditas yang mengetahui tersebut, BNI belum berencana menerbitkan obligasi baru. Pihaknya hanya akan menerbitkan obligasi berkelanjutan. Loan to deposit ratio (LDR) pun ditargetkan capai level di bawah 90% untuk tahun ini.
"Belum ada [obligasi baru]. Kalau Bond itu kita masih ada PUB, kita masih punya kuota . Jadi gak ada new programnya," ucapnya.
Anggoro menambahkan, suku bunga kredit yang paling cepat mengalami kenakkan, yakni kredit konsumer. Adapun tingkat Capital Adequacy Ratio (CAR) BNI tahun 2018 sebesar 18,5%.
Sepanjang 2018 kredit BNI menunjukkan pertumbuhan 16,2% year on year (yoy), yaitu dari Rp 441,31 triliun pada akhir 2017 menjadi Rp 512,78 triliun pada akhir 2018. Pertumbuhan kredit tersebut mampu menopang peningkatan Laba Bersih BNI 10,3% yoy, dari Rp 13,62 triliun pada akhir 2017 menjadi Rp 15,02 triliun pada akhir 2018.
(hps/hps) Next Article Aksi Korporasi Terbaru BNI, Suntik Rp 400 M ke Multifinance
"Kalau kita lihat tahun ini tentu saja kita akan lihat persaingannya. Likuiditas memang ketat sehingga suku bunga ketat. Kita tidak ingin gegabah juga. Tapi ada kemungkinan [suku bunga kredit naik] karena pasar semakin ketat," kata Direktur Keuangan Anggoro Eko Cahyo dalam acara Paparan Kinerja BNI Tahun 2018 di Jakarta, Rabu (23/1/2019).
Anggoro menyebut, belum ada besaran pasti kenaikan suku bunga kredit tahun ini. Pasalnya, Bank BNI akan fokus menjaga kualitas kreditnya.
Adapun kredit macet perusahaan atau Non performing Loan (NPL) gross Bank BNI mengalami penurunan dari 2,3% menjadi 1,9% di akhir 2018. Sehingga creditcost dari 1,6% pada akhir 3027 menjadi 1,4% pada akhir di 2018.
Menanggapi likuiditas yang mengetahui tersebut, BNI belum berencana menerbitkan obligasi baru. Pihaknya hanya akan menerbitkan obligasi berkelanjutan. Loan to deposit ratio (LDR) pun ditargetkan capai level di bawah 90% untuk tahun ini.
"Belum ada [obligasi baru]. Kalau Bond itu kita masih ada PUB, kita masih punya kuota . Jadi gak ada new programnya," ucapnya.
Anggoro menambahkan, suku bunga kredit yang paling cepat mengalami kenakkan, yakni kredit konsumer. Adapun tingkat Capital Adequacy Ratio (CAR) BNI tahun 2018 sebesar 18,5%.
Sepanjang 2018 kredit BNI menunjukkan pertumbuhan 16,2% year on year (yoy), yaitu dari Rp 441,31 triliun pada akhir 2017 menjadi Rp 512,78 triliun pada akhir 2018. Pertumbuhan kredit tersebut mampu menopang peningkatan Laba Bersih BNI 10,3% yoy, dari Rp 13,62 triliun pada akhir 2017 menjadi Rp 15,02 triliun pada akhir 2018.
(hps/hps) Next Article Aksi Korporasi Terbaru BNI, Suntik Rp 400 M ke Multifinance
Most Popular