Akhir Sesi 1, IHSG Juara 2 dari Bawah

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
18 January 2019 12:30
Akhir Sesi 1, IHSG Juara 2 dari Bawah
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Mengawali hari dengan positif, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) justru terdampar di dasar klasemen hingga tengah hari. Pada saat pembukaan perdagangan, IHSG menguat 0,32% ke level 6.444,21. Indeks kemudian sempat memperlebar penguatannya menjadi 0,45% ke level 6.452,56.

Per akhir sesi 1, IHSG tercatat melemah sebesar 0,11% ke level 6.416,79. Performa IHSG hanya lebih baik dari indeks Sensex (India) yang melemah 0,29%.



Sejatinya, ada cukup banyak sentimen positif bagi bursa saham regional. Kemarin (17/1/2019), Kementerian Perdagangan China mengatakan bahwa Wakil Perdana Menteri Liu He yang merupakan tokoh penting dalam negosiasi dagang kedua negara akan berkunjung ke Washington pada 30 dan 31 Januari.

Liu He akan bertemu dengan dengan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin dan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer, tokoh penting lainnya dalam negosiasi dagang AS-China.


Bahkan, Wall Street Journal melaporkan bahwa beberapa orang sumber mengungkapkan Liu akan berdiskusi dengan Mnuchin mengenai kemungkinan penghapusan bea masuk untuk berbagai produk made in China. Walaupun kemudian kabar itu dibantah oleh Kementerian Keuangan AS, pelaku pasar tetap menaruh harapan yang besar bahwa hal tersebut akan bisa direalisasikan.

Kemudian, pada hari ini CNBC International melaporkan bahwa pejabat pemerintahan Korea Utara Kim Yong Chol telah tiba di Washington untuk menggelar diskusi dengan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo. Diskusi ini digelar untuk membahas rencana pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un.

Jika jadi digelar, maka pertemuan antara Trump dan Kim akan menjadi yang kedua setelah yang pertama digelar di Singapura pada tahun 2017.

Menurut seorang sumber yang mengetahui masalah tersebut, Kim Yong Chol bisa mengunjungi Gedung Putih untuk bertemu langsung dengan Trump, seperti dikutip dari CNBC International.

NEXT


Penguatan IHSG yang sudah banyak memicu investor untuk melakukan aksi ambil untung. Hingga penutupan perdagangan kemarin, IHSG tercatat sudah menguat 3,7% jika dibandingkan posisi akhir 2018.

Secara historis, bulan Januari memang merupakan bulan yang baik bagi pasar saham tanah air; dalam lima tahun terakhir (2014-2018), hanya satu kali IHSG membukukan imbal hasil negatif secara bulanan pada bulan Januari, itupun hanya sebesar 0,05% (Januari 2017).

Namun jika dirata-rata, imbal hasil IHSG pada bulan Januari dalam lima tahun terakhir hanyalah sebesar 1,79% MoM. Lantas, penguatan sepanjang bulan ini memang terbilang sudah terlalu tinggi.

Sektor barang konsumsi (-0,78%) memotori pelemahan IHSG pada hari ini. Saham-saham barang konsumsi yang dilepas investor diantaranya: PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (-1,43%), PT HM Sampoerna Tbk/HMSP (-1,32%), PT Indofood Sukses Makmur Tbk/INDF (-1%), PT Kalbe Farma Tbk/KLBF (-0,93%), dan PT Gudang Garam Tbk/GGRM (-0,24%).

Saham-saham barang konsumsi terus dilepas investor seiring dengan kekhawatiran terkait lemahnya konsumsi masyarakat Indonesia. Belum lama ini, Bank Indonesia (BI) mengumumkan IKK periode Desember 2018 di level 127, meningkat dari capaian bulan sebelumnya yang sebesar 122,7. Posisi IKK bulan Desember menjadi yang tertinggi sejak Agustus 2018.



Kenaikan IKK pada bulan lalu didorong oleh seluruh komponen pembentuknya. Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) naik menjadi 111,9, dari yang sebelumnya 109,1. Sementara itu, Indeks Ekspektasi Kondisi Ekonomi (IEK) naik menjadi 142,1, dari yang sebelumnya 136,4.

Namun, tingginya angka IKK tak diimbangi dengan kian gencarnya masyarakat Indonesia dalam melakukan konsumsi. Pada bulan Desember, porsi dari konsumsi terhadap total pengeluaran hanya sebesar 67,2%, turun dari posisi November yang sebesar 68,2%. Porsi untuk cicilan pinjaman juga turun menjadi 12,3%, dari yang sebelumnya 12,8%.  Sebaliknya, porsi yang digunakan untuk tabungan naik menjadi 20,4%, dari yang sebelumnya 19%.

Ada kemungkinan, masyarakat menahan konsumsinya seiring dengan ketidakpastian yang masih tinggi sampai dengan akhir tahun 2019.


TIM RISET CNBC INDONESIA



Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular