Bos PGN Buka-Bukaan Soal Kabar Integrasi Saka ke Pertamina

Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
18 January 2019 12:20
PGN mempertimbangkan Saka Energi tertintegrasi dengan Pertamina sebagai induk Holding Migas
Foto: Kiri-kanan : Sekretaris perusahaan Rachmat Hutama, Direktue Komerisial, Danny Praditya, Direktur Utama, Gigih Prakoso, Direktur Keuangan, Said Reza Pahlevy dan Direktur infrastruktur dan teknologi, Dilo seno widagdo memberikan keteranga pers mengenai proses PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) akuisisi PT Pertamina Gas (Pertagas) di Gedung Graha PGAS, Jakarta, Jumat, (11/1/2018). Harga pembelian 51% saham Pertagas dan anak usaha yang semula sebesar Rp 16,6 triliun menjadi Rp 20,18 triliun. PGN mengakuisisi 2,59 juta yang setara dengan 51% dari seluruh saham di Pertagas termasuk kepemilikan di seluruh anak perusahaanny. CNBC Indonesia/Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia- PT Perusahaan Gas Negara/PGN Tbk (PGAS) tengah menimbang untuk mengintegrasikan anak usahanya yakni Saka Energi Indonesia, dengan PT Pertamina (Persero) di sektor hulu migas.

Direktur Utama PGN Gigih Prakoso mengatakan, saat ini pihaknya sedang dalam tahap melakukan pembicaraan terkait hal tersebut.



"Masih dibicarakan, jika sudah ada informasi lebih lanjut saya akan update lagi," ujar Gigih kepada CNBC Indonesia saat dihubungi Jumat (18/1/2019)

Sebelumnya, dalam rapat dengan Komisi VII DPR, Kamis (17/1/2019) kemarin, Gigih mengatakan, akan melepas Saka Energi Indonesia jika Pertamina ingin mengambil anak usahanya yang bergerak di bidang hulu migas ini.

Alasannya bisnis yang dijalankan oleh Saka Energi adalah bisnis hulu, sehingga aset-aset yang dimilikinya bisa diintegrasikan dengan aset Pertamina lainnya.

Gigih menuturkan, pihaknya menilai jika ada integrasi antara Saka Energi dan Pertamina maka proses bisnisnya akan menjadi lebih efisien. Ditambah lagi saat ini perusahaan memang sudah tak bisa lagi menjalankan bisnis di sektor hulu.

"Kita kan tidak boleh lagi upstream, yaudah Pertamina ambil aja. Bisa company-nya bisa asetnya, tapi kalau asetnya diambil tapi company-nya kosong. Sebaiknya pemegang sahamnya saja yang berubah. Kalau sekarang PGN 100%, jadi bisa Pertamina 100%," kata Gigih kepada CNBC Indonesia di kawasan Gedung DPR, Jakarta, Kamis (17/1).

Namun, saat ini PGN masih memiliki Saka, dengan alasan untuk memperbaiki kinerja Saka terlebih dahulu, agar ketika dilepas nanti, valuasi Saka Energi bisa tinggi.

Adapun, perbaikan kinerja Saka difokuskan pada parameter-parameter, seperti tingkat produksi, cost per barel, dan reserve replacement ratio.

"Kalau kinerja Saka jelek, nanti siapa yang mau beli? Betulin dulu, biar kalau dijual tidak rugi," kata Gigih.


(gus) Next Article PGN Bakal Bangun 50 Ribu Jargas di 2021, Ada yang Minat?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular