
Sempat Turbulensi, Ini Alasan IHSG Finis di Atas 6.400
tahir saleh & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
16 January 2019 17:15

Di sisi lain, dua sentimen negatif membatasi laju bursa saham Asia pada hari ini. Pertama, komentar Gubernur European Central Bank (ECB) Mario Draghi. Berbicara di hadapan Parlemen Eropa, Draghi mengatakan bahwa perekonomian zona euro telah secara mengagetkan melemah seiring dengan tekanan yang berasal dari luar blok mata uang euro tersebut, seperti perlambatan ekonomi China.
Padahal, ECB baru saja mengakhiri program pembelian obligasi pemerintah dan korporasi (quantitative easing) pada Desember 2018 lalu.
Sentimen negatif yang kedua bagi bursa saham Asia datang seiring dengan kisruh terkait dengan penutupan sebagian pemerintahan AS (partial government shutdown). Hingga kini, terhitung sudah 25 hari pemerintahan AS berjalan dengan pincang, menjadikannya yang terpanjang di era modern.
Shutdown kali ini terjadi lantaran partai Republik dan Demokrat tak mampu menyepakati anggaran belanja negara, seiring dengan adanya ketidaksepahaman mengenai anggaran untuk pembangunan infrastruktur perbatasan AS-Meksiko.
Pemerintahan Presiden Donald Trump kini memproyeksikan bahwa kerugian akibat shutdown adalah dua kali lebih besar dari yang diekspektasikan sebelumnya, menurut seorang sumber dari kalangan pemerintahan yang tak ingin disebutkan namanya, seperti dikutip dari CNBC International.
Pada awalnya, pemerintah memproyeksikan bahwa shutdown akan memangkas pertumbuhan ekonomi sebesar 0,1% setiap 2 minggu. Kini, diproyeksikan bahwa setiap minggunya shutdown akan membuat pertumbuhan ekonomi terpangkas sebesar 0,1%.
Perubahan ini terjadi lantaran pemerintah memperhitungkan kerugian dari kontraktor yang tak bisa melakukan bisnis dengan pemerintah, serta macetnya anggaran belanja dan fungsi-fungsi pemerintahan.
TIM RISET CNBC INDONESIA (ank)
Padahal, ECB baru saja mengakhiri program pembelian obligasi pemerintah dan korporasi (quantitative easing) pada Desember 2018 lalu.
Sentimen negatif yang kedua bagi bursa saham Asia datang seiring dengan kisruh terkait dengan penutupan sebagian pemerintahan AS (partial government shutdown). Hingga kini, terhitung sudah 25 hari pemerintahan AS berjalan dengan pincang, menjadikannya yang terpanjang di era modern.
Pemerintahan Presiden Donald Trump kini memproyeksikan bahwa kerugian akibat shutdown adalah dua kali lebih besar dari yang diekspektasikan sebelumnya, menurut seorang sumber dari kalangan pemerintahan yang tak ingin disebutkan namanya, seperti dikutip dari CNBC International.
Pada awalnya, pemerintah memproyeksikan bahwa shutdown akan memangkas pertumbuhan ekonomi sebesar 0,1% setiap 2 minggu. Kini, diproyeksikan bahwa setiap minggunya shutdown akan membuat pertumbuhan ekonomi terpangkas sebesar 0,1%.
Perubahan ini terjadi lantaran pemerintah memperhitungkan kerugian dari kontraktor yang tak bisa melakukan bisnis dengan pemerintah, serta macetnya anggaran belanja dan fungsi-fungsi pemerintahan.
TIM RISET CNBC INDONESIA (ank)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular