
Sempat Turbulensi, Ini Alasan IHSG Finis di Atas 6.400
tahir saleh & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
16 January 2019 17:15

Nasib Perdana Menteri Inggris Theresa May yang berada di ujung tanduk justru membuat investor senang. Pada dini hari tadi, proposal Brexit yang diusung pemerintahan May ditolak oleh parlemen dengan hasil 432 berbanding 202. Ini adalah kekalahan pemerintah terbesar dalam sejarah Inggris modern.
Menanggapi hasil tersebut, pimpinan Partai Buruh Jeremy Corbyn kemudian mengajukan pelaksanaan pemungutan suara atas mosi tidak percaya terhadap kepemimpinan May. Pemungutan suara akan dilakukan pada hari ini.
Jika May lengser nantinya, Corbyn menjadi kandidat kuat untuk menempati posisi perdana menteri. Kehadiran pimpinan baru diharapkan akan membuat negosiasi dengan Uni Eropa menjadi mungkin untuk dibuka kembali sehingga proses Brexit bisa lebih mulus. Apalagi, renegosiasi memang merupakan rencana Corbyn jika dipercaya menjadi perdana menteri.
Sebelumnya, Uni Eropa sudah menyatakan bahwa tidak ada opsi untuk renegosiasi pasca mendengar bahwa May kalah telak di parlemen.
Hingga sore hari ini, poundsterling menguat sebesar 0,22% melawan dolar AS di pasar spot ke level 1,2886.
Selain itu, ada angin segar bagi bursa saham regional yang datang dari China. Rilis data perdagangan internasional China periode Desember 2018 menunjukkan adanya tekanan yang signifikan bagi perekonomian Negeri Panda.
Pada hari Senin (14/1/2019), ekspor periode Desember 2018 dimumkan terkontraksi sebesar 4,4% YoY, di bawah konsensus yang memperkirakan pertumbuhan sebesar 3% YoY, seperti dilansir dari Trading Economics. Kemudian, impor anjlok hingga 7,6% YoY, juga di bawah ekspektasi yang memperkirakan pertumbuhan sebesar 5% YoY.
Pemerintah China terlihat responsif dalam menanggapi hal tersebut. Kemarin, Kementerian Keuangan China mengatakan bahwa mereka akan mengimplimentasikan pemotongan pajak dan biaya yang lebih besar.
Melansir Reuters, beberapa analis percaya bahwa China dapat memberlakukan pemotongan pajak dan biaya senilai CNY 2 triliun. Selain itu, China juga diyakini akan memperbolehkan pemerintah daerah untuk menerbitkan obligasi khusus (special bond) senilai CNY 2 triliun yang sebelumnya banyak digunakan untuk membiayai proyek-proyek penting. (ank)
Menanggapi hasil tersebut, pimpinan Partai Buruh Jeremy Corbyn kemudian mengajukan pelaksanaan pemungutan suara atas mosi tidak percaya terhadap kepemimpinan May. Pemungutan suara akan dilakukan pada hari ini.
Jika May lengser nantinya, Corbyn menjadi kandidat kuat untuk menempati posisi perdana menteri. Kehadiran pimpinan baru diharapkan akan membuat negosiasi dengan Uni Eropa menjadi mungkin untuk dibuka kembali sehingga proses Brexit bisa lebih mulus. Apalagi, renegosiasi memang merupakan rencana Corbyn jika dipercaya menjadi perdana menteri.
Hingga sore hari ini, poundsterling menguat sebesar 0,22% melawan dolar AS di pasar spot ke level 1,2886.
Selain itu, ada angin segar bagi bursa saham regional yang datang dari China. Rilis data perdagangan internasional China periode Desember 2018 menunjukkan adanya tekanan yang signifikan bagi perekonomian Negeri Panda.
Pada hari Senin (14/1/2019), ekspor periode Desember 2018 dimumkan terkontraksi sebesar 4,4% YoY, di bawah konsensus yang memperkirakan pertumbuhan sebesar 3% YoY, seperti dilansir dari Trading Economics. Kemudian, impor anjlok hingga 7,6% YoY, juga di bawah ekspektasi yang memperkirakan pertumbuhan sebesar 5% YoY.
Pemerintah China terlihat responsif dalam menanggapi hal tersebut. Kemarin, Kementerian Keuangan China mengatakan bahwa mereka akan mengimplimentasikan pemotongan pajak dan biaya yang lebih besar.
Melansir Reuters, beberapa analis percaya bahwa China dapat memberlakukan pemotongan pajak dan biaya senilai CNY 2 triliun. Selain itu, China juga diyakini akan memperbolehkan pemerintah daerah untuk menerbitkan obligasi khusus (special bond) senilai CNY 2 triliun yang sebelumnya banyak digunakan untuk membiayai proyek-proyek penting. (ank)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular