
Internasional
Utang AS Menggunung Rp 224.880 T, Bos The Fed Cemas
Prima Wirayani, CNBC Indonesia
11 January 2019 07:31

Jakarta, CNBC Indonesia - Gubernur bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve, Jerome Powell, mengkhawatirkan menggelembungnya utang Negeri Paman Sam.
"Saya sangat mencemaskannya," kata Powell di Economic Club of Washington, Kamis (10/1/2019).
"Dari sudut pandang The Fed, kami benar-benar melihat panjangnya siklus bisnis: itu adalah kerangka referensi kami. Fiskal jangka panjang, ketidakberlanjutan pemerintah federal AS bukanlah sesuatu yang berdampak dalam jangka menengah yang relevan bagi pengambilan keputusan kami," ujarnya, dilansir dari CNBC International.
Namun, "isu jangka panjang yang harus kami hadapi, dan utamanya, kami tidak punya pilihan selain menghadapinya," tambah Powell.
Komentar bos The Fed itu muncul saat defisit tahunan AS mencapai level tertinggi baru di atas US$1 triliun (Rp 14.055 triliun), sebuah fakta yang dikhawatirkan para ekonom akan menjadi masalah bagi generasi mendatang.
Defisit tahunan pernah melampaui US$1 triliun sebelumnya namun tidak pernah terjadi saat perekonomian tumbuh secara berkelanjutan seperti saat ini. Fakta tersebut meningkatkan kekhawatiran mengenai apa yang akan terjadi bila resesi menerpa AS.
Nilai total utang AS sekitar US$21,9 triliun, di mana sekitar US$16 triliun (Rp 224.880 triliun) adalah utang pemerintah. Biaya bunga utang tersebut dapat terus naik sebagian karena langkah kenaikan suku bunga acuan oleh bank sentral AS di bawah kepemimpinan Powell.
The Fed telah menaikkan suku bunganya sebanyak empat kali tahun lalu dan memproyeksikan akan ada dua kali kenaikan lagi di tahun ini, turun dari proyeksi sebelumnya sebanyak tiga kali.
"Raja obligasi" Wall Street Jeffrey Gundlach mengatakan di Desember bahwa The Fed sepertinya sedang menjalankan misi bunuh diri dengan menaikkan bunga acuan saat defisit pemerintah meningkat. Biasanya, ketika defisit melebar, The Fed akan menurunkan suku bunganya.
(prm) Next Article The Fed Gagal Yakinkan Investor Soal Kenaikan Yield Obligasi
"Saya sangat mencemaskannya," kata Powell di Economic Club of Washington, Kamis (10/1/2019).
"Dari sudut pandang The Fed, kami benar-benar melihat panjangnya siklus bisnis: itu adalah kerangka referensi kami. Fiskal jangka panjang, ketidakberlanjutan pemerintah federal AS bukanlah sesuatu yang berdampak dalam jangka menengah yang relevan bagi pengambilan keputusan kami," ujarnya, dilansir dari CNBC International.
Komentar bos The Fed itu muncul saat defisit tahunan AS mencapai level tertinggi baru di atas US$1 triliun (Rp 14.055 triliun), sebuah fakta yang dikhawatirkan para ekonom akan menjadi masalah bagi generasi mendatang.
Defisit tahunan pernah melampaui US$1 triliun sebelumnya namun tidak pernah terjadi saat perekonomian tumbuh secara berkelanjutan seperti saat ini. Fakta tersebut meningkatkan kekhawatiran mengenai apa yang akan terjadi bila resesi menerpa AS.
![]() |
Nilai total utang AS sekitar US$21,9 triliun, di mana sekitar US$16 triliun (Rp 224.880 triliun) adalah utang pemerintah. Biaya bunga utang tersebut dapat terus naik sebagian karena langkah kenaikan suku bunga acuan oleh bank sentral AS di bawah kepemimpinan Powell.
The Fed telah menaikkan suku bunganya sebanyak empat kali tahun lalu dan memproyeksikan akan ada dua kali kenaikan lagi di tahun ini, turun dari proyeksi sebelumnya sebanyak tiga kali.
"Raja obligasi" Wall Street Jeffrey Gundlach mengatakan di Desember bahwa The Fed sepertinya sedang menjalankan misi bunuh diri dengan menaikkan bunga acuan saat defisit pemerintah meningkat. Biasanya, ketika defisit melebar, The Fed akan menurunkan suku bunganya.
(prm) Next Article The Fed Gagal Yakinkan Investor Soal Kenaikan Yield Obligasi
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular