
Internasional
The Fed Sebut Perang Dagang & Lesunya Ekonomi Jadi Risiko AS
Prima Wirayani, CNBC Indonesia
10 January 2019 07:20

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve kembali memberi sinyal dovish atau melunak terkait kebijakan moneternya di masa depan.
Dalam risalah pertemuan terakhir Federal Open Market Committee (FOMC) Desember lalu yang dirilis Rabu (9/1/2019), terungkap bahwa bank sentral berpendapat arah kebijakan moneter ke depan kini kurang jelas bila dibandingkan sebelumnya.
Meski para pejabat masih sepakat bahwa beberapa kenaikan suku bunga secara bertahap akan tetap sesuai, laporan itu juga mencatat rendahnya inflasi berarti The Fed dapat bersabar dalam upaya pengetatan kebijakan lebih lanjut, dilansir dari CNBC International.
Dalam rapat tersebut, bank sentral AS menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin menjadi di kisaran 2,25%-2,5% bulan lalu. Ini adalah kenaikan keempat di 2018 dan kesembilan kalinya sejak normalisasi kebijakan moneter dijalankan bank sentral di Desember 2015.
"Kekhawatiran terkait meningkatnya ketegangan perdagangan, prospek pertumbuhan global, dan keberlanjutan pertumbuhan laba perusahaan adalah beberapa di antara berbagai faktor yang tampaknya berkontribusi terhadap penurunan signifikan harga ekuitas AS," menurut risalah tersebut.
Hal serupa juga telah disampaikan Gubernur The Fed Jerome Powell sebelumnya.
Dalam pidato yang ia sampaikan dalam sebuah forum yang mendudukkannya dengan para mantan bos The Fed lainnya, Janet Yellen dan Ben Bernanke, Jumat pekan lalu Powell mengatakan para pembuat kebijakan akan bersabar terkait pendekatan kebijakannya.
Sebagaimana terlihat dalam risalah tersebut, para pejabat The Fed masih melihat ekonomi AS kuat namun mereka juga memperhatikan berbagai risiko yang dirasakan pasar.
Beberapa risiko tersebut adalah "kemungkinan perlambatan pertumbuhan ekonomi global yang lebih tajam dari perkiraan, penurunan stimulus fiskal yang lebih cepat, meningkatnya ketegangan perdagangan, kondisi fiskal yang mengetat, atau dampak negatif pengetatan kebijakan moneter saat ini yang lebih besar dari perkiraan."
Beberapa pejabat The Fed yakin bank sentral harus menilai bagaimana risiko-risiko tersebut akan memengaruhi kegiatan ekonomi di masa depan. Para anggota FOMC juga menekankan bahwa kebijakan bank sentral bukanlah sesuatu yang sudah ditetapkan sebelumnya dan bahwa data ekonomilah yang akan menentukan arah kebijakan.
Mereka juga mengatakan titik akhir dari kenaikan suku bunga di masa depan masih belum diketahui.
"Jika informasi yang masuk mendorong adanya penilaian ulang yang berarti terhadap proyeksi ekonomi dan risikonya, baik pelemahan maupun penguatan, proyeksi kebijakan akan berubah," menurut risalah tersebut.
(prm) Next Article The Fed Gagal Yakinkan Investor Soal Kenaikan Yield Obligasi
Dalam risalah pertemuan terakhir Federal Open Market Committee (FOMC) Desember lalu yang dirilis Rabu (9/1/2019), terungkap bahwa bank sentral berpendapat arah kebijakan moneter ke depan kini kurang jelas bila dibandingkan sebelumnya.
Meski para pejabat masih sepakat bahwa beberapa kenaikan suku bunga secara bertahap akan tetap sesuai, laporan itu juga mencatat rendahnya inflasi berarti The Fed dapat bersabar dalam upaya pengetatan kebijakan lebih lanjut, dilansir dari CNBC International.
"Kekhawatiran terkait meningkatnya ketegangan perdagangan, prospek pertumbuhan global, dan keberlanjutan pertumbuhan laba perusahaan adalah beberapa di antara berbagai faktor yang tampaknya berkontribusi terhadap penurunan signifikan harga ekuitas AS," menurut risalah tersebut.
![]() |
Hal serupa juga telah disampaikan Gubernur The Fed Jerome Powell sebelumnya.
Dalam pidato yang ia sampaikan dalam sebuah forum yang mendudukkannya dengan para mantan bos The Fed lainnya, Janet Yellen dan Ben Bernanke, Jumat pekan lalu Powell mengatakan para pembuat kebijakan akan bersabar terkait pendekatan kebijakannya.
Sebagaimana terlihat dalam risalah tersebut, para pejabat The Fed masih melihat ekonomi AS kuat namun mereka juga memperhatikan berbagai risiko yang dirasakan pasar.
Beberapa risiko tersebut adalah "kemungkinan perlambatan pertumbuhan ekonomi global yang lebih tajam dari perkiraan, penurunan stimulus fiskal yang lebih cepat, meningkatnya ketegangan perdagangan, kondisi fiskal yang mengetat, atau dampak negatif pengetatan kebijakan moneter saat ini yang lebih besar dari perkiraan."
Beberapa pejabat The Fed yakin bank sentral harus menilai bagaimana risiko-risiko tersebut akan memengaruhi kegiatan ekonomi di masa depan. Para anggota FOMC juga menekankan bahwa kebijakan bank sentral bukanlah sesuatu yang sudah ditetapkan sebelumnya dan bahwa data ekonomilah yang akan menentukan arah kebijakan.
Mereka juga mengatakan titik akhir dari kenaikan suku bunga di masa depan masih belum diketahui.
"Jika informasi yang masuk mendorong adanya penilaian ulang yang berarti terhadap proyeksi ekonomi dan risikonya, baik pelemahan maupun penguatan, proyeksi kebijakan akan berubah," menurut risalah tersebut.
(prm) Next Article The Fed Gagal Yakinkan Investor Soal Kenaikan Yield Obligasi
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular