
Kepemilikan Asing Terus Bertambah, Obligasi Mulai Menguat
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
10 January 2019 10:50

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah relatif menguat terbatas pada awal perdagangan hari ini di tengah empat sentimen positif dari tingkat global.
Naik tipisnya harga surat utang negara (SUN) itu seiring dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder.
Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling menguat adalah seri FR0078 bertenor 5 tahun yang mengalami penurunan yield 2,9 basis poin (bps) menjadi 7,92%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Seri lain yang menguat adalah seri 5 tahun degan penurunan yield 1,3 bps menjadi 7,84%.
Dua seri acuan lain yaitu seri 15 tahun dan 20 tahun masih terkoreksi dengan kenaikan yield masing-masing 1 bps dan 0,2 bps menjadi 8,28% dan 8,33%.
Dalam risetnya pagi ini, Analis Fixed Income PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Dhian Karyantono memprediksi pasar obligasi akan positif hari ini dengan empat faktor pendukung dari tingkat global.
Keempatnya adalah rilis risalah rapat (minutes of meeting) FOMC yang dovish, hasil pertemuan China-AS yang positif, berlanjutnya penutupan sebagian (partial shutdown) fungsi pemerintahan di AS yang dapat menekan Dollar Index, serta rencana bank sentral China untuk menerbitkan instrumen pinjaman jangka menengah bagi perbankan.
Yield Obligasi Negara Acuan 10 Jan 2019
Sumber: Refinitiv
Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 522 bps, melebar tipis dari posisi kemarin 521 bps.
Yield US Treasury 10 tahun turun hingga 2,69% dari posisi kemarin 2,73%.
Investor Asing Rekor Lagi
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 902,44 triliun SBN, atau 37,81% dari total beredar Rp 2.386 triliun berdasarkan data per 8 Januari.
Angka kepemilikannya masih bertambah Rp 9,19 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama.
Penguatan di pasar surat utang hari ini juga terjadi yang terjadi di pasar ekuitas dan pasar uang.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 0,27% menjadi 6.289 hingga pagi ini, sedangkan nilai tukar rupiah menguat 0,32% menjadi Rp 14.075 di hadapan tiap dolar AS.
Pelemahan dolar AS seiring seiring dengan turunnya nilai mata uang dolar AS di depan mata uang utama negara lain, yaitu Dollar Index yang melemah 0,08% menjadi 95,141.
Dari pasar surat utang negara berkembang, mayoritas negara mengalami kenaikan yaitu di Brasil, China, Singapura, Thailand, dan Indonesia, sedangkan koreksi masih terjadi di India, Malaysia.
Di negara maju, penguatan hanya terjadi di pasar JGB Jepang, gilts Inggris, dan US Treasury di AS.
Penguatan di pasar obligasi negara berkembang tampaknya menjadi peralihan dari pasar ekuitas Asia yang pagi ini justru mengalami koreksi.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Naik tipisnya harga surat utang negara (SUN) itu seiring dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling menguat adalah seri FR0078 bertenor 5 tahun yang mengalami penurunan yield 2,9 basis poin (bps) menjadi 7,92%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Seri lain yang menguat adalah seri 5 tahun degan penurunan yield 1,3 bps menjadi 7,84%.
Dua seri acuan lain yaitu seri 15 tahun dan 20 tahun masih terkoreksi dengan kenaikan yield masing-masing 1 bps dan 0,2 bps menjadi 8,28% dan 8,33%.
Dalam risetnya pagi ini, Analis Fixed Income PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Dhian Karyantono memprediksi pasar obligasi akan positif hari ini dengan empat faktor pendukung dari tingkat global.
Keempatnya adalah rilis risalah rapat (minutes of meeting) FOMC yang dovish, hasil pertemuan China-AS yang positif, berlanjutnya penutupan sebagian (partial shutdown) fungsi pemerintahan di AS yang dapat menekan Dollar Index, serta rencana bank sentral China untuk menerbitkan instrumen pinjaman jangka menengah bagi perbankan.
Yield Obligasi Negara Acuan 10 Jan 2019
Seri | Jatuh tempo | Yield 9 Jan 2019 (%) | Yield 10 Jan 2019 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 9 Jan 2019 |
FR0077 | 5 tahun | 7.861 | 7.848 | -1.30 | 7.8249 |
FR0078 | 10 tahun | 7.951 | 7.922 | -2.90 | 7.9155 |
FR0068 | 15 tahun | 8.275 | 8.285 | 1.00 | 8.2639 |
FR0079 | 20 tahun | 8.337 | 8.339 | 0.20 | 8.3239 |
Avg movement | -0.75 |
Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 522 bps, melebar tipis dari posisi kemarin 521 bps.
Yield US Treasury 10 tahun turun hingga 2,69% dari posisi kemarin 2,73%.
Investor Asing Rekor Lagi
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 902,44 triliun SBN, atau 37,81% dari total beredar Rp 2.386 triliun berdasarkan data per 8 Januari.
Angka kepemilikannya masih bertambah Rp 9,19 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama.
Penguatan di pasar surat utang hari ini juga terjadi yang terjadi di pasar ekuitas dan pasar uang.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 0,27% menjadi 6.289 hingga pagi ini, sedangkan nilai tukar rupiah menguat 0,32% menjadi Rp 14.075 di hadapan tiap dolar AS.
Pelemahan dolar AS seiring seiring dengan turunnya nilai mata uang dolar AS di depan mata uang utama negara lain, yaitu Dollar Index yang melemah 0,08% menjadi 95,141.
Dari pasar surat utang negara berkembang, mayoritas negara mengalami kenaikan yaitu di Brasil, China, Singapura, Thailand, dan Indonesia, sedangkan koreksi masih terjadi di India, Malaysia.
Di negara maju, penguatan hanya terjadi di pasar JGB Jepang, gilts Inggris, dan US Treasury di AS.
Penguatan di pasar obligasi negara berkembang tampaknya menjadi peralihan dari pasar ekuitas Asia yang pagi ini justru mengalami koreksi.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
Negara | Yield 7 Jan 2019 (%) | Yield 8 Jan 2019 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 9.14 | 9.095 | -4.50 |
China | 3.13 | 3.122 | -0.80 |
Jerman | 0.215 | 0.216 | 0.10 |
Perancis | 0.711 | 0.714 | 0.30 |
Inggris | 1.259 | 1.248 | -1.10 |
India | 7.454 | 7.47 | 1.60 |
Italia | 2.899 | 2.906 | 0.70 |
Jepang | 0.031 | 0.026 | -0.50 |
Malaysia | 4.081 | 4.083 | 0.20 |
Filipina | 6.866 | 6.866 | 0.00 |
Rusia | 8.44 | 8.44 | 0.00 |
Singapura | 2.278 | 2.24 | -3.80 |
Thailand | 2.58 | 2.535 | -4.50 |
Turki | 16.35 | 16.35 | 0.00 |
Amerika Serikat | 2.728 | 2.694 | -3.40 |
Afrika Selatan | 8.78 | 8.78 | 0.00 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Most Popular