Simak Resep Chatib Basri Tekan Capital Outflow

Iswari Anggit, CNBC Indonesia
08 January 2019 08:07
Pemerintah Indonesia dinilai perlu hati-hati dan tidak terlena dengan kebijakan The Fed
Foto: Reuters
Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah kebijakan longgar bank sentral Amerika Serikat, The Fed, pemerintah Indonesia dinilai perlu hati-hati dan tidak terlena dengan kebijakan The Fed yang cenderung dovish atau menahan penaikkan suku bunga AS, Fed Funds Rate. Kewaspadaan itu perlu agar dana asing yang masuk tidak cepat keluar.

Ekonom Muhammad Chatib Basri mengatakan kewaspadaan itu perlu agar Indonesia tidak terlena dan pada akhirnya membuat perekonomian justru jatuh.

"Namun saya ingin mengingatkan sejak dini, krisis atau gejolak pasar keuangan umumnya dimulai dari masuknya arus modal portofolio secara drastis, akibat dari penurunan tingkat bunga The Fed di AS yang mencari imbal yang lebih tinggi di EM [emerging market]," kata Chatib Basri melalui tulisan di akun Facebook pribadinya, Senin (7/1/2019).

Mantan Menteri Keuangan ini mengatakan arus modal yang masuk hanya membawa dampak positif dalam jangka pendek. Ketika The Fed melakukan normalisasi kebijakan moneter dengan kembali menaikkan suku bunga, maka akan terjadi arus modal keluar.

"Pasar keuangan terguncang, nilai tukar jatuh, terutama di negara-negara yang defisit transaksi berjalannya dibiayai oleh [investasi] portofolio. Saya ingin mengatakan bahwa kita harus berhati-hati. Arus modal yang akan masuk ini suatu hari akan berbalik meninggalkan Indonesia."

Kondisi itu, katanya, akan sangat membahayakan bagi perekonomian Indonesia. Pasalnya, defisit transaksi berjalan (current account defisit/ CAD) Indonesia, bergantung pada arus modal portofolio, yang bisa masuk dan keluar kapan saja, sesuai dengan suku bunga The Fed.

Sebab itu, Chatib Basri memiliki beberapa masukan bagi pemerintah Indonesia, agar perekonomian tidak terdampak terlalu parah, seandainya The Fed harus menaikkan suku bunga, dan arus modal keluar terjadi lagi.

Pertama, pemerintah harus melakukan pendalaman pasar keuangan (financial deepening), sehingga pasar obligasi dan pasar modal Indonesia tidak tergantung kepada pembiayaan eksternal. Hal ini dapat dilakukan dengan mendorong lebih banyak investor lokal.

"Tawarkan insentif yang menggiurkan atau buat aturan agar BUMN, asuransi, dana pensiun, dana haji, dan retail menempatkan investasinya dalam obligasi pemerintah."

Kedua, terapkan apa yang disebut Reverse Tobin Tax. Jika dalam Tobin Tax, arus modal masuk jangka pendek dikenakan pajak, maka dalam Reverse Tobin Tax, pemerintah menawarkan pemberian insentif pajak jika investor melakukan re-investasi keuntungannya untuk jangka panjang.

Ketiga, ciptakan instrumen pasar keuangan agar masyarakat Indonesia juga memiliki opsi untuk menempatkan investasi portofolio dalam mata uang asing di dalam negeri (on shore). Ketersediaan berbagai instrumen pasar keuangan ini akan meningkatkan pasokan dolar di dalam negeri.

Terakhir, dalam jangka menengah-panjang, Indonesia harus kembali menggerakan ekspor manufaktur, serta meragamkan produk dan tujuan ekspornya.
(tas) Next Article Chatib Basri: Rupiah akan Melemah Hingga Juni 2019

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular