
Analisis Teknikal
Tenang, IHSG Masih Dalam Tren Kenaikan
Yazid Muamar, CNBC Indonesia
08 January 2019 08:06

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengawali pekan kedua awal tahun dengan menguat 0,2% ke level 6.287, Senin (7/1/2019). Tim Riset CNBC Indonesia memprediksi indeks akan kembali menguat hari ini.
Prediksi tersebut berdasarkan perkembangan pasar dan hasil analisis secara teknikal. Rentang pergerakannya berpotensi pada level 6.275 hingga 6.350.
Dorongan tersebut salah satunya datang dari bursa saham Amerika Serikat (AS) yang berakhir menguat. Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 0,42%, S&P 500 terangkat 0,7%, dan Nasdaq Composite lompat 1,26%.
Pertemuan tingkat wakil menteri AS-China di Beijing selama dua hari masih menjadi sentimen positif bagi bursa-bursa Asia. Harapan pelaku pasar agar perang dagang AS-China dapat berganti menjadi damai dagang nampaknya mulai terwujud.
Sentimen lain yang ikut meningkatkan risk appetite pasar adalah pernyataan Jerome 'Jay' Powell, Gubernur The Federal Reserve/The Fed. Akhir pekan lalu, Powell mengungkapkan bahwa bank sentral Negeri Paman Sam siap untuk mengubah posisi (stance) kebijakan moneter jika memang dibutuhkan.
Dari dalam negeri, yield obligasi pemerintah seri acuan tenor 10 tahun turun 10,1 basis poin (bps). Penurunan yield adalah tanda harga instrumen ini sedang naik akibat tingginya permintaan.
Hasil lelang Surat Utang Negara (SUN), Kamis (3/1/2019), dari keenam seri yang ditawarkan mencapai Rp28,25 triliun dari penawaran yang masuk sebesar Rp55,27 triliun. Penawaran yang lebih besar tersebut mengindikasikan gairah investasi surat berharga dalam negeri masih sangat diminati.
Potensi penguatan IHSG hari ini pun masih terbuka. IHSG sendiri masih dalam tren kenaikan dalam jangka pendek maupun menengah.
Grafik yang terbentuk pada penutupan kemarin adalah shooting star dengan ekor tidak terlalu panjang. Pola tersebut mengindikasikan penurunan namun kurang terlalu kuat di tengah tren kenaikan IHSG.
Posisi IHSG juga masih bergerak di atas garis rerata harganya selama lima hari (moving average/MA5), posisi tersebut mengindikasikan IHSG cenderung menguat.
Sentimen positif dari global dan dalam negeri membuat IHSG berpotensi untuk naik dengan menguji level 6.350 sebagai level resistance.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/prm) Next Article Lesu, IHSG Kayaknya Ditutup Merah Lagi Jelang Long Weekend
Prediksi tersebut berdasarkan perkembangan pasar dan hasil analisis secara teknikal. Rentang pergerakannya berpotensi pada level 6.275 hingga 6.350.
Dorongan tersebut salah satunya datang dari bursa saham Amerika Serikat (AS) yang berakhir menguat. Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 0,42%, S&P 500 terangkat 0,7%, dan Nasdaq Composite lompat 1,26%.
Sentimen lain yang ikut meningkatkan risk appetite pasar adalah pernyataan Jerome 'Jay' Powell, Gubernur The Federal Reserve/The Fed. Akhir pekan lalu, Powell mengungkapkan bahwa bank sentral Negeri Paman Sam siap untuk mengubah posisi (stance) kebijakan moneter jika memang dibutuhkan.
Dari dalam negeri, yield obligasi pemerintah seri acuan tenor 10 tahun turun 10,1 basis poin (bps). Penurunan yield adalah tanda harga instrumen ini sedang naik akibat tingginya permintaan.
Hasil lelang Surat Utang Negara (SUN), Kamis (3/1/2019), dari keenam seri yang ditawarkan mencapai Rp28,25 triliun dari penawaran yang masuk sebesar Rp55,27 triliun. Penawaran yang lebih besar tersebut mengindikasikan gairah investasi surat berharga dalam negeri masih sangat diminati.
Potensi penguatan IHSG hari ini pun masih terbuka. IHSG sendiri masih dalam tren kenaikan dalam jangka pendek maupun menengah.
![]() |
Posisi IHSG juga masih bergerak di atas garis rerata harganya selama lima hari (moving average/MA5), posisi tersebut mengindikasikan IHSG cenderung menguat.
Sentimen positif dari global dan dalam negeri membuat IHSG berpotensi untuk naik dengan menguji level 6.350 sebagai level resistance.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/prm) Next Article Lesu, IHSG Kayaknya Ditutup Merah Lagi Jelang Long Weekend
Most Popular