Nasib Harga Karet, Benarkah Masih Suram di 2019?

Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
07 January 2019 20:29
Dari awal tahun 2018 harga karet terus mengalami tren pelemahan hingga mencapai titik terendahnya pada 15 November di posisi US$ 1.168/ton.
Foto: REUTERS/Kham
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga karet hari ini (7/1/2019) menjadi hangat diperbincangkan, lantaran rencana pemerintah untuk menggunakan karet sebagai campuran aspal untuk menciptakan permintaan. Harapannya, tambahan permintaan tersebut dapat menaikkan harga karet.

Latar belakangnya adalah karena harga karet dianggap sudah terlalu rendah. "Kita kan menghadapi harga karet rendah sekali, salah satu jalan keluar kita harus menciptakan demand terhadap produk karet," ujar Menko Perekonomian Darmin Nasution hari ini (7/1/2019).

BACA: Aspal-Karet, Solusi Darmin Kerek Harga Karet

Benarkah demikian?

Hingga hari ini harga karet di pasar berjangka TOCOM berada di level US$ 1.642/ton, naik sebesar 1,67% dari penutupan perdagangan sebelumnya (4/1/2019). Bila ditinjau lebih jauh, harga karet memang sudah melemah sebesar 9,09% secara tahunan (YoY). Tahun 2018, harga karet berada di posisi puncak pada bulan Januari pada posisi US$ 1.857/ton.

Memang, dari awal tahun 2018 harga karet terus mengalami tren pelemahan hingga mencapai titik terendahnya pada 15 November di posisi US$ 1.168/ton.



Menurut Ketua Umum Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo), Moenardji Soedargo jatuhnya harga karet tahun ini disebabkan oleh beberapa faktor.

Kondisi perekonomian global saat ini yang tengah mengalami perlambatan menjadi salah satunya. Akibat memanasnya hubungan dagang AS-China membuat dampaknya melebar ke seluruh dunia. Pelemahan perekonomian global mencerminkan konsumsi bahan baku industru yang turut melemah, termasuk industri ban sebagai pengguna karet alam.

Selain itu gambaran fundamental pasokan dan permintaan di pasar global yang seringkali tidak akurat menciptakan persepsi seolah-olah dunia tengah dibanjiri pasokan karet (oversupply). Menurut moenardji, tidak akuratan data tersebut mengakibatkan munculnya spekulan yang membuat harga menjadi tertekan.

Namun demikian, sejak November 2018, harga karet sejatinya menunjukkan pola penguatan hingga hari ini. Tercatat sejak 15 November, harga komoditas unggulan Indonesia ini naik drastis sebesar 40,5% hingga saat ini.

Namun sepertinya masih belum cukup untuk membuat industri ini kembali normal. Menurut Moenardji, harga karet butuh mencapai level US$ 1.800/ton untuk mengembalikan kondisi yang ideal.

(TIM RISET CNBC INDONESIA)
(taa/gus) Next Article Harga Karet Meroket, Tertinggi dalam 8 Bulan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular